8/06/2014

Perahu Kertas

Hai Neptunus, apa kabar di laut biru? Perahu kertas yang kali ini akan membawakanmu kisah tentang perjalanan hatiku…
“Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi.”
“Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri.”
“Gimana kita bisa terus jalan kalau tempat kita berpijak aja beda.”
“Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.”
“Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan Bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.”
“Buat apa dia kembali? Buat apa muncul sejenak lalu menghilang lagi nanti?”
“Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memaksa. Tidak juga janji, atau kesetiaan. Tidak ada. Sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap bersamamu, hatinya tidak bisa dipaksa oleh apa pun, oleh siapa pun.”
“Kepala kamu akan selalu berpikir menggunakan pola seharusnya, tapi yang namanya hati selalu punya aturan sendiri. Secerdas-cerdasnya otak kamu, nggak mungkin bisa dipakai untuk mengerti hati.”
“Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya.”
“Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.”
“Ada saatnya cinta harus dilepas, tidak digenggam dengan begitu erat. Bahwa ada saatnya kita tidak perlu berlari, tapi berhenti, melihat sekeliling. dan tersenyum.”
“Nyerah sama realistis itu beda tipis..”
Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama apa yang kita pikirkan. ujung ujungnya kita juga tau kok, mana yang diri kita sebenarnya, mana yang bukan diri kita. Dan…kita juga tau apa yang kita pengen jalani.
aku engga mau sepuluh, dua puluh taun dari hari ini, aku masih terus-terusan memikirkan orang yang sama, bingung diantara penyesalan dan penerimaan.”
Tidak akan ada masa depan bila tidak ada masa lalu. Pengkhianat terbesar adalah harapan kosong. Kenyataan terpahit adalah kenyataan yang tak setinggi harapan itu.
Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya.
Karena bersamamu, aku tidak takut lagi jadi pemimpi.
Mungkin memang harus begini, mungkin harus ini jalannya, meski semua kelihatan baik baik saja, aku merasa tersesat.
Apa yang tak terucap, apa yang tersembunyikan… itulah yang lebih mengkhawatirkan.
Dalam hidup, kita harus memilih antara Mimpi dan Realita.
there’s time where we need to survive and there’s time where we must surrender.”