11/12/2019

Egois ; terluka untuk melukai


"Yem, kamu apa in sampai kaya gini...?!"
"Apa, aku ga apa-apain kok"
"Kenapa ga mau sama kamu".
.
.
.
"Kamu apa in, sampai sama kamu kaya musuh ki".
"Ga aku apa-apain...."
"Lha kok sampai kaya gini"
"Sama kamu benar-benar ga mau sama sekali"
"Ya ga tau...."
"Biasanya aku sampai ga kepake kok ini kamu deketi sama sekali ga mau. Ada apa...
.
.
.
"Lagi musuhan...."
"Sama kamu busa kaya musuh, kamu apa in?"

***

Sekelumit obrolan yang masih aku ingat dengan jelas dari kejadian dimana dede sama sekali ga mau aku gendong terlebih bila aku dekatipun sudah teriak dan menolak. Sebenarnya mereka sudah berusaha untuk mencoba mendekatkanku dengan dede tapi usaha itu ga berbuah manis, dede masih saja tidak nyaman berada di dekatku. "Ada apa sebenarnya...???!" Pertanyaan semacam ini sempat beberapa kali terlintas di pikiranku namu hanya sekedar melintas, aku sama sekali tidak mencari jawaban dan pokok permasalahannya dimana.

Suatu ketika diwaktu pikiranku lagi iseng mengingat, mengurutkan, dan mengkelompokkan kejadian-kejadian yang telah lalu cuplikan kalimat itupun ikut andil menjadi bagian di dalamnya dan malam itu topik inilah yang menjadi pembahasan otakku. Mengingat kembali sejak kapan dede mulai menjauh dariku, dan mencari inti masalahnya mengapa bisa seekstrim ini padahal dulu nempel sampai ibuk hanya sedikit mengambil peran tapi sekarang aku sama sekali tidak ada akses untuk bisa mendekatinya.

Memang anak kecil itu sensitif dan tau bagaimana orang-orang yang ingin mendekatinya apakah baik dan tulus ataukah sebalinya, apa lagi dede termasuk anak yang sensitif. Aku ingat kembali apa saja yang sudah membuat dede tidak suka, aku tak pernah membentak dan berbuat kasar tapi kenapa ga suka....? Pertanyaan yang menohok kan....

Aku cari-cari dan mengingat semua kejadian yang sudah berlalu dan ketemulah titik permasalahannya. Semuanya bukan tanpa disengaja tapi sepertinya memang perasaanlah dari dua belah pihaklah yang berperan. Sejak aku kenal manga (komik) perlahan dede pun ikut berubah. Disaat bersama dede manga ada diantara kami, ketika dede dengan ibuk seketika hp sudah ada di tanganku dan membuka aplikasi manga padahal sebelumnya sehari-hari hp sama sekali tak terpegang seluruh waktu untuk dede tapi kini waktu terbagi bahkan dede mulai tersisih. Ya sepertinya itulah sedikit faktor pemicunya.

Aku pernah beberapa kali mendapati dede melihat ke arahku ketika membaca manga, tatapan tajam dan entahlah apa yang menjadi pikiran anak sekecil itu yang jelas mata imut itu seperti memperlihatkan protes. Aku tau itu namun tidak mengindahkannya, kembali asik dengan cerita yang sedang kubaca.

Semua ini terjadi karena aku perlahan telah menarik diri. Ketika seseorang telah mulai mendekat dan nyaman beraamaku maka perlahan aku akan mencoba menjauh. Itulah kunci dari pokok permasalahannya. Seharusnya meskipun aku asik dengan manga tapi jika aku masih mempertahankan untuk bisa terus bermain dan menghabiskan waktu dengan dede maka tak akan terjadi seperti ini. Ya itulah yang terjadi. Dari dulu aku tak pernah membiarkan orang lain untuk nyaman berada di sisiku walaupun aku sadar jika aku bisa membuat orang-orang itu nyaman namun aku tak mau mereka berada disisiku.

Jika mereka mendekat aku akan tetap ditempat namun jika mereka merasakan nyaman maka akulah yang mulai tak nyaman dan perlaham akan membuat jarak hingga radius tertentu agar tak menyakiti. Namun jika mereka tetap ditempatnya tanpa mempersempit jarak maka akupun akan tetap berada di tempat semula, yang siap memberikan dan membantu ketika dibutuhkan. Aneh ya..., tapi mungkin inilah caraku bertahan jadi, jangan aneh jika aku sama sekali tak memiliki teman dekat. Hanya orang yang hebat dan patut di acungi jempol lah yang bisa bertahan dengan kelakuan busukku ini. Mungkin pertahananku akan goyah jika mereka gigih untuk terus bertahan dan terus mendesak untuk tetap dekat. 

Jika aku nyaman, maka tamatlah aku. Aku akan mengikutinya, namun jika ia mulai tak nyaman akupun akan menyiksa diriku untuk perlahan menjauhinya. Aku hanya tidak ingin melukai orang lain, biarkan aku saja yang runtuh tak mengapa. Pasti bisa mengatasinya karena sudah biasa. (11/11/19)