3/27/2017

Untuk Bahagia

Bila di ibaratkan sepiring nasi seperti kebahagiaan, maka setiap orang yang disajikan menu nasi dengan berbagai macam lauk tersebut memiliki cara tersendiri ketika menikmatinya. Ya tentu saja perut yang lapar di depan mata disajikan menu yang menggugah selera alangkah begitu gembiranya dan serta merta akan menyantapnya untuk menuntaskan rasa lapar.

"Namun bagaimana cara menyantap hidangan yang ada di depan mata yang benar....??!"
Entahlah secara pastinya aku pun tak tau, karena untuk melihat menu yang menggugah selera pun untuk saat ini masih aku usahanan. Menikmati apa pun yang terhidang walaupun hanya nasi putih saja tanpa lauk apa pun itu sudah bersyukur. Menurutku sudah enak sekali.

Bahagia kita yang ciptakan, kita yang hadirkan, kita sendiri yang merasakan dan seberapa porsi bahagia yang cukup juga kita sendiri yang tau.

Mungkin membingungkan membaca coretanku kali ini dan bertanya-tanya apa hubungannya antara manisnya di awal, kebahagiaan, dan seporsi makanan. Hehehehehe...., aku saja ga tau nyambungnya dimana, namun tiba-tiba saja terceletuk bahagia itu seperti perut yang meminta di isi. Apakah harus dengan makanan mahal baru bisa dikatakan "ini baru namanya makan" , atau dengan makanan segunung yang baru bisa merasakan kenyang atau dengan makanan yang beraneka macam menu untuk menggugah selera makan padahal makannya hanya saiprit, atau makan apa adanya yang penting makan. Jika ditanya yang mana porsi bahagiamu bila diibaratkan dengan menu pilihan itu ya aku ga tau karena aku makan yang tersedia di rumah walaupun terkadang mikir juga kalau mendengar teman bicarakan makanan di restoran A, B, C, atau saat mendengar nama makanan yang kebarat-baratan itu terkadang bertanya sendiri "makanan apa to itu.." ya maklum saja lidahku terbiasanya makan singkong, tiwol, makanya denger makanan yang aneh juga ga ngerti.

Jadi aku ga tau bahagia itu seperti apa, tapi kalau ditanya bahagiaku bagaimana ini aku bisa jawab. Bahagia menurut aku tidak perlu dicari, karena sudah tersaji tinggal bagaimana cara menikmatinya saja yang mesti di olah agar tidak seperti tertekan dan orang yang paling merana di dunia. Melihat orang-orang di sekelilingku bisa tersengum, mendengar mereka bercerita dan bersiul atau menyanyikan sebait lagu walau terkadang aku ga ngerti lagu apa itu sudah membuatku bahagia. Sekarang aku lebih bisa memahami apa itu bahagia, tidak perlu hal mahal ataupun seperti yang lain namun hanya perlu memahami dirisendiri lalu melihat dengan berbagai sudut pandang.

Dan kini aku punya alasan dan punya pegangan untuk sebuah kebahagiaan. Karena aku punya cinta-kasih dan aku mendapatkan cinta kasih yang begitu tulus dan begitu besar.

Bahagia bukan semata-mata dari apa yang ingin kamu makan, bukan dari aneka hidangan untuk menggugah selera dan bukan juga dari seberapa banyak makanan yang mengenyangkan namun bagaimana menghargai apa yang sudah tersaji walaupun hanya satu butir nasi. (27/03/17)