1/05/2017

Nyampe juga ke Rumah

Hari ini teman-teman kantor pada main ke rumah, ya ga semua cuma yang satu ruangan sama tetangga sebelah saja yang datang. Memang diantara semuanya rumahku saja yang belum pernah pada main.

Belum mandi, baru enak- enak main game ada yang datang. Aku kira teman adiku tapi seperti suara perempuan, ya pikirku paling teman adik perempuanku yang memang biasa main kesini tapi ga mendengar motor berhenti di depan rumah deh. Dan waktu aku lihat ternyata memang tamuku. Ternyata mereka bisa juga sampai rumahku yang bulet dan membingungkan. Entah berapa kali tanya mereka sampai bisa sampai.

Emang kebiasaan orang Jawa ya kalau bertaku suka bawa oleh-oleh. Tak terkecuali mereka yang membawa jajan banyak banget. Ngobrol ngalor ngidul, ada teman yang mau lihat kamarku tapi... Hehehehe.... Aku ga beranjak. Sebenarnya ga enak juga tidak meng 'iya' kan inginnya mereka namun karena di atas lagi banyak jemuran yang membuat pemandangan kurang sedap dilihat makanya aku ga beranjak untuk membawa mereka naik ke atas. Lain kali aja ya....

Mba tam memberikanku sebuah bungkusan, aku tidak langsung membukanya melainkan malah meletakkannya dimeja. Baru juga datang ga berapa lama esti mendapatbtelefon dari suaminya yang menerangkan keadaan anaknya yang sakit baru saja muntah lagi, lalu ia pamitan pulang untuk membawanya ke dokter. Ngobrol ngalur ngidul santai dan ringan Aku juga sedikit bercerita tentang hari terakhirku kerja saat dipanggil bos untuk tanda tangan dan juga kekecewaanku.

Mereka mengatakan sudah ga semangat kerja, terlebih saat tau bakal ada pemutusan kerja lagi dan gaji tahun ini tidak naik. Hanya bertahan (ini menurutku), ya mungkin itu yang dilakukan sampai dikeluarkan biar dapat pesangon daripada keluar sendiri yang ga dapat apa-apa.

Mereka tidak lama main ke rumah karena anak-anak mereka sudah menunggu di rumah. Jam 11an mereka pulang. Namun sebelum pulang, mereka memintaku untuk membuka kado itu yang ternyata isinya sebuah cincin. Merasa tersanjung. Aku coba pakai tapi jari kanan ga ada yang muat, jari manis sebelah kiri masuk tapi ngepas. Agak bingung juga kok polis ya, bingung pakainya gimana soalnya selama ini belum pernah memakai cincin polos. Dan satu lagi kesalahanku yang tidak memakainya melainkan mengembalikan kewadahnya.

Aku mengantar mereka hingga ke jalan besar, pastinya mereka masih bingung jalannya, daripada salah jalan mending aku antar kan.

Setelah mereka pulang aku coba lagi cincin yang diberikan kepadaku. Rasanya aneh memakainya lalu aku copot lagi tu cincin. Aku amati sesaat sampai tertangkap suara yang sepertinya menerangkan tanda tanya tentang kado cincin ini.

Cincin emas itu punya nilai dan arti khusus. Sebuah barang berharga, simbul suatu ikatan, dan tak lekang oleh waktu.

Bertahun-tahun berjuang bersama, enak-ga enak dijalani bareng, tidak ada persaingan ataupun menjatuhkan malah saling menolong menutupi kesalahan dan menanggungnya bersama, apa lagi di awal perjuangan babat alas peluh menjadi makanan sehari-hari. Mereka sudah seperti sodara, berada diantara mereka seperti berada di lingkup keluarga. Sudah banyak cerita kita yang tercipta, berbagi cerita ataupun ngegosip dari yang penting sampai yang tidak penting sama sekali ada. Kalian sudah mengisi sebagian cerita dalam hidupku.

Tidak hanya hitungan hari, bahkan masuk belasan tahun kita bersama hingga tanpa di sadari membentuk zona nyaman dengan sendirinya. Terima kasih ya sudah datang ke rumah, lain kali main lagi kesini ya. Sering-sering main ke sini juga boleh. Kapanpun. (04/01/17)