10/19/2016

Perbedaan #1

Sebenarnya aku ga berani menulis ini, namun berhubung keinginan untuk menulisnya sudah beberapa kali datang maka kali ini aku beranikan diri untuk menguraikan apa yang aku tau, hanya sebagai catatan pengingat saja.

Dari jaman sekolah dulu ibu berpesan jika nanti aku memilih suami keinginannya tidak macam-macam hanya ingin yang seiman itu saja. Lalu aku coba berpikir mengapa harus seiman...??? Aku berpikir mungkin agar saat ibadah bisa bersama-sama, agar nantinya jika sudah memuiliki keturunan tidak ribet saat mengarahkan si anak tentang agama yang akan di anut atau bisa jadi agar anak tidak binging mendapat dua ajaran agama yang berbeda dari orang tuanya.

Lalu semakin kesini sering aku membaca tentang larangan agama untuk menikah dengan penganut agama yang berbeda dan negara juga tidak mengijinkan pernikahan lintas agama hingga saat ini. Apa alasannya..., sebagai orang awam yang tak mengerti secara mendalam tentang agama aku cari sendiri jawabnya yang bisa diterima oleh nalarku. Dan jawaban seperti yang aku tuliskan di atas sudah cukup mampu meredamnya.

Dengan kemajuan teknologi dan perkembangan jaman perlahan pikiranku mulau terbuka mengikuti perkembangan di era modern sekarang ini. Ada umpan balik dari pikiran, apa salahnya menikah dengan beda agama, bukankah pada dasarnya yang dituju itu sama berdoa kepada Tuhan hanya caranya saja yang berbeda-beda. Semua agama juga mengajarkan tentang kebaikan, mengasihi sesama dan bersyukur. Tentang kadar iman setiap orang itu tergantung individu masing masing karena itu sudah menyangkut urusan pribadinya dengan Tuhan.
Itu hak mereka yang mau menikah jika ingin menikah dengan beda agama..., begitu banyak penyangkalan yang secara awam aku lontarkan kepada diriku sendiri untuk mematahkan argumen ibu jika menikah haruslah yang seagama. Waktu itu aku berpikiran jika menikah dengan agama yang berbeda itu tak masalah selama ada toleransi antar keduanya.

Dan sekarang aku mulai paham mengapa ada pertentangan untuk menikah dengan keyakinan berbeda. Menikah tujuannya untuk apa seh...??? Apakah hanya kebutuhan dan status, atau karena ibadah semata-mata karena Allah saja...coba di pikirkan.

Kita hidup tidak hanya disaat sekarang namun pikirkan juga dikehidupan mendatang (setelah kita meninggal), jika pernikahan itu beda agama;
* Sama seperti satu kapal yang mempunyai dua peta yang berbeda, akan menuju kemana terkadang membuat bingung yang lainnya meskipun ada toleransi antar keduanya yang begitu besar. Namun tujuan yang berbeda tidak dapat membuat kebersamaan seperti yang diharapkan (bersama di kehidupan ini dan nanti)
* Lalu bagaimana sang suami bisa menjadi seorang pemimpin jika yang di pimpin tidak ada. Seperti berjalan dengan satu kaki, yang tidak seimbang.
* Jika nantinya memiliki keturunan (anak) dan anak itu mengikuti agama yang di anut ibu atau bapaknya, tidak ada yang mengikuti agamanya lalu siapa yang akan mendoakan saat orang tua sudah meninggal.

Iya benar ga masalah walaupun di doakan keturunannya yang agamanya berbeda itu tidak salah, namun tahukah jika doanya itu tidak sampai kepada yang di tuju, jadi percuma saja kan tidak bisa membantu memberikan jalan terang kepada orang tuanya menuju ke surga. Ibaratnya sudah berbeda jalan, walaupun setiap hari di doakan namun tetap saja tidak akan sampai, berbeda jika yang mendoakan adalah yang seagama siapapun itu maka doa itu akan sampai kepada yang di tuju. Hal semacam ini aku dengar tidak hanya dari satu orang saja dan mereka pada intinya memberikan penjelasan yang sama, bahwa doa yang di panjatkan kepada orang yang sudah meninggal tidak sampai kepada yang di tuju jika dari keyakinan yang berbeda.

#
Maaf bila penalaranku ini salah. Semata-mata hanya menulis dari yang aku tau saja, menyuarakan apa yang menjadi kegamangan dari rasa penasaran. Tidak ada maksud untuk menyinggung ataupun membeda-bedakan. Karena tulisan ini sebagai pemikiran dari orang awam. (18/10/16)



☆ el