Mungkin diamku ini salah namun apa lagi yang bisa aku lakukan selain menerima semuanya atas kesalahan besar yang aku lakukan. Aku tak ingin ada diam diantara kita, aku ingin ada keceriaan lagi seperti biasanya. Aku ingin berbagi cerita walau itu ga penting sekalipun kepadamu, akan tetapi diam ini seperti lampu merah yang tak boleh dilanggar bila tak ingin semakin memperparah keadaan. Lalu aku bisa apa...?! Entahlah hanya bisa menunggu gunung es yang ada di hatimu mencair meskipun itu membutuhkan waktu yang sangat lama bahkan bisa teramat sangat lama sekali.
Tak berani bertanya mengapa seperti ini karena penjelasan "tidak suka" sudah menjelaskan semuanya, terlebih di dalam hati kamu masih ada amarah. Harus berapa lama lagi kita akan saling diam, ya walaupun bukan diam yang sesungguhnya karena masih ada sedikit komunikasi yang sifatnya klise dan seperti basa-basi saja. Seperti orang asing yang baru kenal yang takut-takut untuk bertanya ini dan itu, maka untuk amannya memilih menggunakan kalimat standart yang kebanyakan orang gunakan saja sebagai penanda jika masih ada obrolan diantara kita. Menyeramkan.
"Mengapa tak kau mulai untuk mencairkan suasana...?! Aku ingin, tapi di sini posisiku adalah sebagai yang bersalah dan aku tak ingin lebih membuatnya marah namun disisi lain ingin sekali mencairkan suasana yang sudah tak membuatku nyaman ini. Dia tak merespon, hanya menanggapi sewajarnya saja lalu bagaimana aku bisa mengubah diam ini menjadi seperti semula seperti yang ingin aku lakukan.
Hanya bisa berharap keadaan seperti ini segera berakhir dan kembali seperti sebelumnya. Yang aku bisa lakukan hanya menunggu dengan kesabaran penuh hingga semuanya kembali seperti semula. Mungkin keajaiban yang bisa merubahnya, entahlah.
Yo, dari lubuk hatiku yang terdalam aku mohon maaf untuk salah yang telah aku lakukan hingga membuatmu marah. Aku ga ingin keadaan semakin kacau terlebih membuat sekat yang perlahan akan memberikan jarak dan kamu tau sendiri selanjutnya seperti apa. (16/01/16)