10/14/2015

Misi Bersama ~ Makam Sunan Kalijaga


Dari makam Raden Fatah kita melaju kendaraan ke makam Sunan Kalijaga. Berbekal informasi yang kita dapat saat bertanya kepada seseorang saat di parkiran Masjid Agung Demak maka kita pun berangkat. Bila dari masjud Agung Demak arahkan motor ke jalan besar, buka belokan pertama melainkan belokan kedua itu lurus saja sampai melewati pasar dan jembatan. Aku melihat ada penunjuk arah makam kadilangu namun motor masih saja lurus, aku katakan pada yongsa bila kita kebablasan, yongsa pun meminggirkan motor, daripada kebablasan semakin jauh maka yongsa bertanya kepada tukang becak yang lagi bersantai dekat dengan kita berbenti, benar saja jika kita kebablasan.

Tukang becak itu menyarankan untuk berbalik, di pertigaan belok kanan. Kita turut apa yang dikatakan, katanya nanti masuk gang setelah pemakaman umum. Makanya setelah berbelok kita mencari makam, sudah ketemu barulah mencari gangnya. jalan pelan-pelan dan ketemu penunjuk arahnya yang menunjuk untuk masuk ke gang. Kami ikuti, kanan kiri hanya rumah penduduk yang sepi. Benar ga ini jalannya, daripada ragu mending bertanya. Yongsa bertanya kepada orang yang ada disana dan memang benar jalannya disini tinggal lurus nanti sampai.

Kami lanjutkan perjalanan dan benar yang disampaikan orang tadi bahwa makam ada di dekat sana, sesampainya dekat makam banyak penjual oleh-oleh juga penitipan motor, kita parkir di dekat makam tepat persis di perbatasan makam. Kami pun masuk makam dengan menitipkan alas kaki yang kita pakai di dekat pintu masuk. Sebelum masuk kita beri salam dan meminta ijin.

Area makam yang tertata rapi dan bersih, sudah ada penyekat untuk lalu lintas orang-orang yang berziarah agar tidak saling tabrak. Di makam Sunan Kalijaga sudah banyak orang yang khusuk mengirimkan doa untuk beliau. Begitu ramai penuh sesak, kami berdua duduk diantara makam nyempil di belakang karena depan sudah penuh sesak tidak ada celah yang bisa ditempati untuk duduk di depan makam beliau.

Seperti di makam Raden Fatah, aku merasakan tubuhku bergetar, ada angin sejuk yang menerpa tubuhku dan ada getaran hebat di tangan kananku yng sengaja aku tutup dengan jaket yang aku bawa. Tenang rasanya berada disini. Menengok ke kanan kiri sudah penuh orang bahkan di belakang kami pun juga penuh bagaimana kami bisa keluar jika begini..., ngalamat nunggu yang belakang bubar baru bisa keluar. Yongsa tenang berada di sampingku, daripada hanya diam maka aku ikutan kelompok peziarah yang ada di dekatku melantunkan doa dan zikir.

Setelah selesai dan yang belakang kami sudah bubar juga, kami berpamitan untuk pulang namun sebelum pergi aku sempatkan untuk maju sedikit untuk memegang batu nisan yang ada di dekatku. Ingin pegang pagar yang mengitari makam Sunan Kalijaga namun tidak mungkin di depan masih banyak orang yang lagi khusuk berdoa. Kami pun pulang mengikuti petunjuk yang sudah dipasang disana.

Di tengah perjalanan kami akan tidak langsung keluar, tepat di belokan ketika masuk tadi melihat anak panah yang menunjukkan sebuah makam Pangeran Haryo Penangsang, sampai disini tidak ada salahnya untuk mampir. Kami tidak tau ini makam beliau apa hanya petilasannya saja karena sampai sekarang makam asli Pangeran Haryo Penangsang tidak diketahui tepatnya berada dimana.

Kebetulan pagarnya ga dikunci jadi kami bisa masuk. duduk di tepi makam dan berdoa untuk beliau. Di makam kami melihat ada taburan bunga dan beberapa dupa yang masih menyala namun sudah hampir habis. Kami tidak lama berada disana, setelah selesai kami pamitan dan keluar dari area makam. Di pintu masuk kita berdua berpamitan dan mengucapkan terima kasih sudah diperkenankan datang kesini. Jangan lupa mengambil sendal di penitipan sendal dengan biaya suka rela.

Kami tidak langsung pulang melainkan berjalan-jalan diantara kios yang menawarkan sofenir dan oleh-oleh, tujuan kami mencari gelang siapa tau mendapatkannya di salah satu kios disini. Berjalan dari satu kios ke kios lainya, melihat barang yang dipasarkan disana hampir sampai ujung  tempat parkir bus namun tak ada satupun gelang yang kami suka. Mungkin bukan disini tempat belinya dan tidak sekarang untuk menemukannya. Aku masih kepikiran dengan STNK yang kena tilang ketika berangkat tadi pagi, namun di dalam diriku ada yang mengingatkan untuk tidak panik dan tidak usah risau semua akan baik. Suara adzan sudah terdengar dan kami memilih untuk sholat di masjid agung saja. Kami pun pergi ke parkiran, sambil bercanda kami nikmati perjalan ini sambil tengak tengok siapa tau gelangnya ketemu.

Ketika perjalanan menuju parkir kedaraan, aku melihat dua orang ibu-ibu yang lagi ngobrol dan di dekat mereka ada tempat asessoris, aku melihat apa yang di jual dan ada sesuatu yang mencuri pandanganku, aku melihat gelang. Aku bilang kepada yongsa dan kita hampiri gelang itu. Ada beberapa jenis gelang  yang di jual, aku memegang gelang yang menyita perhatiaku memperlihatkan kepada yongsa. Gelang bukan dari manik-manik bukan dari kayu tapi seperti kayu, warnanya tidak hitam tidak coklat, lebih besar dari tasbihku dan lebih kecil dari ukuran tasbih pada normalnya. Menimbang dilihat dan membandingkan dengan tasbihku yang biasa aku bawa memang masuk dalam daftar gelang yang aku lihat ini dan terpenting yongsa juga suka dengan gelangnya. Ada sesuatu keistimewaan yang ada di gelang kita, dimana ketika memilih ternyata walaupun sama tetapi berbeda. Ya gelangnya ada beberapa yang berlubang, tidaklah banyak gelang yang tersedia, diantara yang lain ada dua gelang yang menuru kai terlihat berbeda, terlihat berkilau. Saat tanya kepada penjualnya bahan dari gelang yang kami pegang ini si penjualnya pun ga tau, ia hanya mengambil dari pengrajinnya saja.

Kita ambillah gelang itu, saat di lihat ada lagi keanehan dimana gelang yang aku pilih butirannya lebih kecil dibanding punya yongsa. Kami sepakat untuk membelinya, tanpa sengaja waktu yongsa membayar aku menengok ke arah kiriku dan woooow ternyata disampingku adalah makam Pangeran Haryo Penangsang yang tadi kita datangi.

Sampai di depan warung di tempat kami menitipkan motor, yongsa memakai gelangnya namun di tangan kanannya, aku bilang kok di kanan harusnya kan di kiri saat mencopotnya dia kesusahan sehingga aku membantunya untuk mecopot dan memasangkannya di tangan kirinya, begitu juga denga yongsa yang membantuku memakaikan di tangan kiri. Sedikit grogi saat memakaikan gelang di tangan yongsa. Di parkiran aku memberikan jeruk purut yang sudah aku janjikan semalam juga lulur.

Dari sanalah kita seperti sudah terikat, gelang ini hanya sebuah simbol dan pengingat saja. Sebelum pulang beli oleh-oleh terlebih dahulu ya di warung tempat kita nitipin motor. Tidak perlu yang mahal yang penting rame. Ayo pulang namun sebelumnya cari makan terlebih dahulu, di sekitar sana sedikit warung yang ditemui dan sejak awal memasuki wilayah Kadilangu kami pulangnya akan mampir di warung bakso dekat petigaan.

Bakso balungan, entah bagaimana bentuk dan rasanya karena belum pernah makan. Selesai makan kami kembali ke masjid agung Parkir di depan masjid dekat tenda tempat acara berlangsung, disana juga ada bazar tapi sebelum melihat-lihat sebaiknya sholat dulu saja ya baru setelahnya jalan-jalan lagi.

Setelah selesai sholat kami melihat-lihat bazar namun tidak ada yang menarik menurut kami lalu kami duduk di dekat kami parkir motor sambil ngobrol. Dekat tenda acara di depan masjid agung juga ada aksi donor darah, aku ajak yongsa untuk donor tapi ternyata yongsa takut dengan jarum. aku ingin ikut donor tapi ga ada petugasnya yang jaga.

Hari sudah semakin sore, dan saatnya untuk pulang. Padahal masih ingin berdua dengan yongsa. Namun waktu mengingatkan bahwa petualangan kali ini selesai.

Hari ini perjalanan yang luar biasa indah dan penuh kesan. Terima kasih yo untuk perjalanan kali ini. Aku pulang dengan abu sementara yongsa naik bus, aku ingin melihat yongsa jalan dulu tapi malah aku yang disuruh yongsa jalan duluan, dia ga beranjak sebelum aku jalan. Keindahan yang sederhana. Perjalanan pulang lancar walau sedikit macet namun masih bisa jalan, awan di langit tampak indah terlebih terkena sorot dari senja yang semakin mempercantik awan-awan yang tertiup angin.

[18:00] Y: Yo, kl udah sampai rumah kabari ya
[18:38] A: Ni udah nyampe rmh, udah mandi, udah sholat jg n skrang lg nnton naruto sambil mnm kacang ijo. Laporan selesai
#udah pake tanda baca ya
[18:59] Y: Alhamdulillah.
Tumben pake tanda baca, ada apa ini?
[19:26] A: Lha drpd ada yg mengartikan beda, mending pake lah
[19:32] Y: Sip
Km baik" aja kan?
[19:33] A: Kmu gi apa yo. Alhamdulillah baek, knapa mangnya yo
[19:34] Y: Ini gi leyeh". Ndak knp", yg penting km baik
[19:39] A: Walah leyeh" kaya embah" deh. Iya baik kok

[19:54] A: Td pulang pas nyampe daerahku ketemu bapak yg bru pul krj
Mau aku selip ga enk, ada rasa bersalah jg td maen ga bilang" trus takut ketahuan jg klo aku ga krj tp maen
[19:56] Y: Sip, krn km baik
[19:57] A: Ooow gtu, lha kmu gmn
[19:57] Y: Lah km ndak pamitan? Aku aja pamitan, jujur ama ibu. Malahan td yg nganterin ibu
[19:58] A: Bilang ama ibuk tp ga bilang bpk, klo bilang blm tentu di bolehin lgan malah panjang tar critanya
[20:07] Y: Duh, bingung jg sih ya
[20:29] A: Iya... (13/10/15)


★Ell