[13:23] Y: Yo, udah sholat?
[13:31] A: Belum, bentar lagi mau menangin perut dulu
[13:32] Y Oh, yawis. Duluan ya
[13:38] Elly: Iya duluan aja
Sebuah sapaan yang datang, mungkin memcoba mengembalikan keadaan seperti semula, namun terlihat kaku. Apakah hanya begitu saja tanpa menambahkan apa-apa, bukankah obrolan yang lebih lama bisa jadi obat melunturkan keadaan yang terlihat aneh seperti ini.
[18:48] Y: Yoo
[18:59] A: Dalem
[19:01] Y: Lagi apa
[19:03] A: Ni gi mau buat mie. Tapi ga jadi
[19:04] Y: Oh, yaudah… Kenapa
[19:08] A: Lha perutku masih sakit masa ya maem mie. Kamu udah maem yo
[19:15] Y: Dulu kamu ngingetin aku tentang bahaya mie, dari tepung nya kuah nya ampe bumbu-bumbunya. ko' sekarang malah kamu yang sering maem mie.
Tadi siang aku maemnya.
[19:23] A: Yeeee baru ni makan mie, itu juga ga jadi
[19:23] A: Trus malam ga makan
[19:24] Y: Hmzz...Ini mau maem
[19:25] Y: Yoo kamu kenapa to?
Ko' aku jadi sedih semenjak waktu itu
[19:26] A: Sedih knapa. Aku gpp yo, beneran deh
[19:30] Y: Sedih.
Syukurlah kalau kamu beneran ndak apa-apa.
[19:31] Y: Tapi kenapa dan ada apa dengan kita?
[19:32] A: Jujur yo aku beneran ga tau
habis kamu bilang itu aku benae-benar ngorek otakku tapi ga ada yang aku inget sama sekali cuma badanku sakit luar biasa, juga sangat ngantuk.
Sampai minggu seharian hanya tidur tapi tetep belum bisa ngobati ngantuk dan capeknya Malah beberapa hari lalu maagku kambuh ampe sakit banget sekarang pun juga masih brasa ga karuan badanku
[19:37] Y: Sekali lagi aku minta maap. Ya udah rehat giih, lekas sembuh.
Aku berharap kamu akan menanyakan keadaanku yo, bukan malah mendengar kata maaf itu lagi. Andai kamu tahu yo bila aku mengharap kita bisa bercerita seperti biasanya tidak seperti ini yang sama-sama merasa terusik dengan ego dan mengabaikan rasa yang terus bergejolak ingin mendekat.
[19:38] A: Maap buat apa yo. Dari kemaren kamu minta maap trus pergi
Ada apa seh sebenarnya
Saat ini aku ga suka dengan kata maaf, karena menurutku bukan empat kata itu yang aku butuhkan. Mengapa ga kamu kejadian yang lalu dan mencoba berkomunikasi aeperti sedia kala. Aku sudah mulai nyerocos aku kira keadaan akan membaik karena aku juga ingin mencoba mengabaikan ego, mengabaikan sakit ketika teringat kejadian kemaren namun mengala sekali lagi aku dengar kata maaf. Bukankah itu sudah kamu lakukan kemaren yo...?! Aku menceritakan sakitku bukan untuk menyalahkanmu namun aku hanya ingin bercerita bagaimana kondisiku saat ini bukan karena sebab lain. Namu kamu sepertinya menyimpulkan lain dan parahnya apa yang kau pikirkan itu salah.
Dan kini rasa sakit itu kembali, kata maaf bukan menutup luka yang lalu malah seperti membuka kembali yang sudah kucoba tutupi. Perlahan air mata ini kembali mengalir tanpa diminta ataupun tanpa bisa di bendung. Sakit yo permintaan maafmu. Kamu ga punyasalah padaku bahkan hari sabtu itu aku tak bisa menepati janji, tak melakukan tantangan yang kamu berikan waktu itu. Entahlah mengapa mendengar kata maaf malah nyesek dada ini.
[19:39] Y: Ndak tau kenapa, aku merasa bersalah, dan itu membuatku sakit.
[19:40] A: Kata maap itu terlihat menyakitkan buatku
[19:40] Y: 3 hari ini aku merasa ada yang hilang.
Entahlah. Aku tau yo karena aku juga merasakannya dan semua ini karena kita tak bisa datang untuk melihat seperti yang biasa kita lakukan. Apakah kamu secara tak sengaja menyalahkan aku yo karena kita tak bisa datang dan itu bertepatan dengan aku yang beberapa hari ini tidur di kamar ibu. Menganggap ada sesuatu di kamar ibu yang menjadi penghalang untuk kita bertemu, begitukah....
[19:41] A: Aku tanya maap buat apa ga ada penjelasan, hanya bilang minta maap. Sekarang diulang lagi
[19:42] Y: Kalau aku ndak minta maap, aku semakin sakit.
Andai aku tau, permintaan maapku membuatmu sakit, maka tidak akan pernah aku lakukan.
[19:44] A: sudahlah yo kalau ngobrol hanya kaya gini mending dihentikan aja. Ga tahan yoo
[19:47] Y: Iya
[19:47] A: Sampe saat ni aku masih blank jadi kalau kamu mau nyalahin, minta maap ato apa lah aku berikan semua biar kamu senang
Terserah yo maumikir gimana aku terima aja smua
[19:50] Y: Aku tidak butuh senang, aku butuh tenang dan teduh.
[19:50] A: Trus aku harus gimana
[19:55] Y: Aku tidak menuntutmu yo, kamu juga ndak harus gimana-gimana
Aku cuma minta maap dan berharap kamu memaapkanku dengan tulus, tanpa ada kata / rasa paksaan ataupun sejenisnya.
[20:10] A: Aku maapkan semuanya
Tapi tolong jawab yo, permasalahannya itu sebenarnya apa sampe bisa seperti ini
Aku ga suka keadaan seperti ini, bisakah pulih seperti sebelumnya....
[20:32] Y: Aku minta maap untuk kejadian di hari sabtu, tentang ketidak hadiranku untuk menemanimu, dan mungkin masih banyak lagi kesalahan terdahulu.
Dan kemarin aku juga udah jelaskan.
[20:34] Y: Kau menyalah artikan semuanya.
Sumpah, aku tidak menyangka dengan apa yang kamu tulis barusan.
Aku tidak merasa tebebani, sungguh tidak terbebani.
Justru aku senang bisa berbagi denganmu, meski aku tidak selalu memberi solusi. Setidaknya aku ada.
Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya, ternyata pic yang aku kirim sedari tadi gagal akhirnya terkirim juga, padahal itu sudah aku urungkan kirim tapi ternyata terkirim juga.
Itu coretan yang aku buat kemaren setelah obrolan kita dengan linangan air mata yang membanjir di kedua pipiku. Sebuah rasa kekecewaan dari semua yang sudah terjadi. Tak ada maksud apa pun dengan coretan itu namun aku hanya ingin menyuarakan hatiku bahwa aku ga suka diacuhkan. Namun sepertinya yongsa mengartikan lain, ya aku paham itu karena ego yang terluka terlebih emosi yang lagi tinggi. Entah lah yo aku sudah tak bisa berpikir, pasrah dengan apa yang terjadi dan akan terjadi. Namun yang pasti aku ga menyukai keadaan seperti ini.
[20:36] A: Aku maapkan semua
[20:41] Y: Sebegitu sampainya kamu bersikap seperti itu.
Tapi ya itu hak kamu, jika kamu ingin terlepas ya silakan. kamu berhak untuk lakukan itu.
Aku ndak bisa ngomong apa-apa lagi. Ya, aku terima semuanya. Terimakasih
[20:48] A: Udah lah yo aku pusing
Kamu ga akan mengerti meski dijelaskan pun ga ada gunanya
Terserah kamu mikirnya gimana
Mungkin memang ga seharusnya begini, kamu terlalu baik. Aku udah ga bisa mikir.
Kalau kamu mau kesini dan liat apa yang terjadi silahkan aku udah kembali ke kamarku sendiri
Malam itu aku masih tidur di kamar ibu, namun ketika ibu mengatakan "kapan kamu akan tidur di kamarmu sendiri" itu rasanya sakit terlebih suara yang digunakan meninggi. Hati yang terluka mendengar itu semakin sakit, perih... sangat perih mendengarnya. Tadinya aku berencana untuk tidur di kamarku sendiri besok dan aku juga mengutarakan itu kepada ibu, namun setelah ada omongan dari ibu yang ga mengenakkan setelah teguran itu membuatku untuk langsung angkat kaki dari kamar ibu. Rasanya sakiit banget sampe di dada ini begitu perih bagai tersayat berkali-kali.
Beranjak dari kamar ibu, melewati ibu yang lagi nonton televisi di luar sambil mengatakan "tidur di atas saja" tidak lagi mau mendengar apa lagi berkomentar apa yang dikatakan ibu walaupun sampai atas sayup-sayup masih mendengar suara ibu yang hanya beberapa penggalan kata yang terdengar. Sudah ga peduli, aku memaksakan untuk tetap naik walau sebenarnya saat melangkah melewati anak tangga masih ada rasa penakutan yang besar bahkan kaki ku masih goyah untuk menaiki anak tangga agar bisa sampai du atas.
Aku langsung menuju ke kamar, yang rasanya begitu kotor dan gelap meskipun lampu kecil yang dulu aku gunakan sudah di ganti bapak dengan lampu yang lebih terang. Tidak untuk sikat gigi atau ke kamar mandi melankan langsung meraih guling dan mendekapnya erat walau tangis masih saja terdengar dan suara isakana sesekali terdengar. Sepertinya lengkap sudah hari ini semua kesakitan dan ketakutan menjadi satu dimalam ini.
[20:59] A: Artinya apa.
Aku ga mengerti maksud dari ucapan yang baru saja yongsa katakan, karena saat ini otakku sudah ga bisa menampung.
[21:01] Yoo: Istirahatlah
Meski hati dan pikiranku masih tetap tinggal, namun akan aku paksakan kaki ini untuk melangkah dan berlalu.
Jika itu memang yanh kamu pinta, secepatnya aku akan berberes dan mengkemas semuanya.
[21:18] A: Kmu mau kemana
Aku ga pernah memintamu pergi
[21:21] Y: Secara tidak langsung kamu mengusirku.
[21:22] A: Aku minta maap dengan tulisanku ga ada maksud apa pun
Aku begitu frustasi, hampir semingguan seperti hidup di dua dunia meski masih terjaga, ga mengerti apa yang terjadi sampai-sampai dikuasai oleh rasa takut
Mencoba mencari tau tapi ga ada satu pun petunjuk yang aku dapatkan semua terasa hampa dan aku sendirian
Sampai saat ini pun aku ga ngerti apa yang aku tulis bahkan ga ada satu katapun yang keluar dari otakku
Aku ga mengusirmu
[21:24] Y: Sudahlah, aku mengerti maksudmu.
Tak pernah aku merasakan sekecewa ini sebelum malam ini.
[21:26] A: Tapi jika kamu benar mau pergi melepaskan semua silahkan aku ga ngelarangmu. Mungkin ini bisa menjauhkanmu dari kesialan.
Seperti orang yang tak di inginkan, tak berguna lagi dan hanya membawa kesialan bagi orang-orang yang ada di dekatku. Entah mengapa jadi seperti ini, teringat kembali bagaimana aku pernah memiliki niat untuk bunuh diri, andai Tuhan memperbolehkan mengakhiri hidup maka akan aku lakukan sekarang juga, segala perlakuan buruk orang-orang menari di pikiranku. Aku sakit dan sendiri, tanganku yang mencoba merengkuh tibuhku di dalam peluknya, namun disisi lain ada suara yang menghiburku, menenangkan dan mencegahku untuk melakukaa hal bodoh yang sedari tadi terlintas di pikiranku. Suara yang mencoba memberi motivasi untuk memulihkanku dari ketidak warasan, suara lembut dan penuh kasih sayang.
Teringat ketika yongsa bercerita tidur di pangkuan ibundanya, dalam hati aku iri mendengarnya seperti waktu itu saat ini pun airmata mengalir lebih deras dibanding sebelumnya "kamu beruntung yo pernah merasakan bagaimana hangat dan nyamannya pangkuan itu", sementara aku tak pernah merasakannya sama sekali. Jangankan tidur di pangkuan ibu, usapan lembut di kepalaku saja tak pernah aku aku rasakan. Terus saja suara dari dalam diriku mencoba untuk menasehati, memberikan petuah dengan suara lembut penuh kesabaran.
[21:26] Y: Ya, mungkin itu bukan kamu yang menulis, siapapun yang menulis aku menghormati beliau, aku akan meminta maap kepada beliau, jika permintaan maapku tidak tembus, tolong sampaikan maapku.
[21:26] A: Aku aja membenci hidupku apa lagi kamu
[21:31] Y: Aku bilang kekamu, hati dan pikiranku tetap tinggal.
Kamu lah yang tidak menginginkanku lagi, jadi untuk apa aku masih keukeuh berdiam diri. Seperti orang yang tidak tau diri saja aku ini, sudah diusir tapi masih aja tinggal.
Harus bagaimana lagi aku menjelaskan, kamu ga pernah mau dengar dan sudah memiliki penilaian lain tentang apa yang aku tulis jadi bagaimanapun aku berusaha tak akan mampu untuk mengubah pendirianmu.
[21:32] A: Terserah
Aku capek. Awalnya aku kira pembicaraan malam ini akan mencairkan suasana
[21:33] Yoo: Dari dulu dan bahkan malam ini pun aku tetep inget tentang genggaman itu, dan kamu harus tau, aku tidak melepasnya meski kamu tak lagi menggenggam.
[21:33] A: Tapi ternyata malah semakin memperkeruh
Terserah yoo kamu mau mikir gimana. Memang aku yang salah dan ga pernah tau bagaimana bersikap.
Kalau soal genggaman aku ga pernah lupa.
[21:36] Y: Udah beberapa kali km ucapkan kata --> Terserah
Entah apa maksud dari kata itu.
[21:37] A: Minggu ga ada saling sapa aku berpikir kamu memberikan waktu aku untuk berpikir senin kamu menyapa aku kira keadaan akan membaik tapi malah runyam dan sekarang...
itu karena aku udah ga tau harus berkata apa lagi
Karena aku yakin kamu ga butuh penjelasan karena kamu sudah punya kesimpulan dari semuanya jadi semua omonganku pun ga akan kamu dengar, ga akan kamu liat dan ga ada guna lagi
Tadi baru dapat omongan ga enk dari ibuk dan sama kamu pun malah begini
Jelaskan apa lagi kata yang bisa mewakili semua jika penjelasan pun udah ga ada guna, semua omongan mental bahkan mental semua sudah tertutup dengan coretanku.
Gunakan hatimu bukan hanya logikamu yang jalan. Tapi bila semua udah kamu putuskan ga ada yang bisa aku lakukan juga.
Ya udah yo aku mau tidur dulu badan udah mulai ga karuan, Met rehat aja. Maap
[21:52] Y: Aku tidak akan memperlebar lagi.
Mungkin aku memang harus bermain dengan hati.
Ya, met malam juga. Aku memaapkanmu.
Dan untuk kejadian mala. ini aku minta maap
Semoga esok saat terbangun, semua ini udah lenyap mati dan hilang
Aku sudah ga mau lagi membalas karena akan menjadi lebih rumit lagian juga percuma saja karena yongsa sudah memiliki penilaian sendiri dan menutup semuapintu agar penilaian yang sudah dibuatnya tak tergoyahkan sengan kata-kataku. Aku sakit, hanya bisa menangis sendiri dalam sepi di ruangan sempit dengan lampu remang untuk mengusik gelapnya malam.
Tangis masih saja terdengar beradu dengan suara nyamuk yang sedari tadi mengintai mangsanya sebagai sasaran. Tidur meringkuk mendekap guling, karena hanya guling inilah yang akan memberikan kehangatan saat ini sambil terus terusak. Entah sudah berapa lembar tisu terbuang karwna basah menyeka air yang membasahi pipi. Mulai terjadi getaran di dalam tubuhku, apakah ini efek dari tangisku yang tak kunjung usai atau karema sebab lain...?!
Tak hanya tangis yang memecah dan getaran yang mulai terasa di sekujur tubuhku perlahan jari kananku yang tadinya terbuka mendekap guling perlahan aku merasakan jemariku bergerak ada sebuah kekuatan lain yang berasal dari dalam yang tak bisa aku lawan menggerakkan jemariku sampal mengepal lama-lama semakin kuat dan bertambah kuat. Andai kuku-kuku di jariku panjang mungkin telapak tanganku sudah berdarah tertancap kuku atau malah karena kuku yang patah akibat tekanan. Semakin kuat menggenggam sampai tanganku sedikit terangkat bahkan sampai urat di pergelangan tangan terlihat jelas.
Tak hanya tangan kanan, tangan kiriku pun perlaham juga menggenggam sendiri tanpa bisa dicegah. Nyatakah atau kram akibat menangis tak berhenti dari tadi. Genggaman tangan kiri tak sekuat tangan kananku, alaupun terjadi beberapa kali sempat melonggar dan balik lagi menggenggam namun waktunya ga lama. Jika di tangan kananku sungguh lama, aku coba untuk membuka dengan menginstruksikan kepada otak untuk menggerakkan otot tulang dan persendian agar telapak tanganku terbuka namun tak bisa terlalu kuat bahkan lebih kuat menggenggam samapai telapak tangaku terasa tertancap kuku yang sedikit tumbuh.
Lama jemari tanganku menggenggam dan ketika sudah bisa dibuka aku merasakan kesemutan di telapak tangan bahkan melihat beberapa bekas kuku dan warna merah di sama. Perih tangaku, hatiku dan sembab mataku. Terus menangis sampai aku ketiruran. Di tengah malam sempat terjaga dan aku masih seperti posisi semula meringkuk dengan mendekap guling dan tangan kanan tergenggam. Sempat berpikir mengapa apakah tangan kananku tergenggam dan jari kiriku sedikit menekuk ga ada sedikitpun perubahan seperti ketika aku tertidur.
Saat terbangun di pagi hari aku masih melihat posisi yang sama tanpa sedikitpun berubah ataupun bergeser, jari kananku pu masih dalam posisi mengepal. Sempat terpikir apakah aku semalaman tidur dengan posisi begini atau sempat bergeser dan kembali ke keadaan semula lalu genggaman ini mengapa sampai pagi juga masih sama bahkan masih belum bisa dibuka. Aku mencoba membuka perlahan jemariku namun masih saja susah, penantian berbuah manis akhirnya jemariku terbuka tapi hanya separuh tak sabar aku pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi terlihat aneh juga karena sedikit kesusahan untuk memegang gayung dan sikat gigi, tapi lucu juga sempat aku menangkap cengiran di cermin entah apa arti dari cengiranku
Ketika melihat ke cermin ketakutanku menjadi kenyataan dimana mataku bendol akibat tangis semalam. Semoga saja nanti berangkat sudah kempis. Wajahku kacau, terlihat begitu jelas kesedihan. Bahkan ketika di kantor pun ada beberapa orang meeyadari tentang keadaanku.
Tiba-tiba menjadi pendiem padahal biasanya suka banget mengusili temaa yang lain namun hari ini tak ada teman yang berani menyapa ataupun mendekat, bahkan otong ketika melihatku bertanya "kenapa, seperti sedang banyak masalah" aku mencoba sewajar mungkin namun otak yang blank sepertinya sangat menyita semua perhatianku sehingga hanya untuk senyum saja serasa susahnya ga karuan.
Ketika tiba waktu sholat otong mengajakku sholat bareng, memang kami sering sholat bareng bersama beberapa teman lainnya. Di mushola sempet dia melihatku lama sebelum bertanya "kenapa...?!" Di tanya ga aku jawab malah nyelonong pergi untuk wudhu. Dan selepas sholat ketika kembali ke kantor otong yang berjalan di sampingku berkata, "hidup banyak persoalan dan semua orang juga mempunyai persoalan tapi jangan berlarut-larut serahkan saja semua kepada sang pencipta. Meskipun sedang menghadapi persoalan berat tapi jangan terlalu di rasakan, jangan terlalu di pikir" entah apa lagi yang dikatakan karena aku tak begiru mendengarkan dan karena aku juga harus mengembalikan mukenaku di jok motor sementara dia langsung keebali ke kantor langsung.
Dan tak cuma otong ada beberpa rekan kerja yanh menanyakan perihal keadaanku hari ini dan semuanya selalu memberi anjuran untuk tidak terlalu di pikir. Tapi ada satu orang yang menyadari bahwa aku habis menangis, mungkin terlihat dari mataku yang masih bengkak karena saat berangkat aku mengelabuhi bengkak dengan menggunakan kaca mata. Bersyukur berada diantara orang-orang yang peduli denganku. Mungkin Tuhan memelukku dari perhatian mereka. (15/09)