Rencana hari ini ke rumah mba N brangkat jam 10an saja menunggu bapak berangkat daripada nanti ditanya macam-macam. Sudah ijin juga dengan HRD dengan alasan ingin mengurus sesuatu namun ga aku sebutin itu apa. Ya ditanya juga sebenarnya maklum lah HRD nya kepo.
Jam setengah 7an mba N bbm bertanya apakah aku jadi kesana setelah aku pastikan termasuk jamnya mba N mengatakan jika main ketempatnya di undur saja jangan sekarang. Karena ini bukan waktu yang tepat, mba N bercerita jika semalam di datangi pria yang dia sendiri ga tau tapi pria itu bercerita segalanya tentang aku. Setelah mencocokkan antara bapak atau mbah kakong mba N menyimpulkan jika yang datang itu mbah kakong. Beliau datang ke mba N menceritakan semua sambil berlinang air mata, mengatakan jika beliau salah menilaiku. Katanya dari kecil aku yang ga mendapatkan kasih sayang yang tulus dari semuanya walau begitu tetap saja nerimo dan selalu mengalah itulah yang membuat simbah merasa menyesal dan salah menilai tentang aku.
Memang aku ga akrab dengan mbah kakong bahkan seingatku ga pernah berbincang-bincang seperti cucu-cucunya yang lain. Bahkan untuk berbasa basi pun ga pernah. Ya terkadang melihat kakak sepupu yang berbincang sangat akrap atau melihat mbah kakong yang sangat sering membelikan jajan ataupun mainan adik sepupuku sementara aku hanya bisa memandanginya dari jauh, duduk di bangku yang sama dengan jarak itu juga ga masih dalam diam. Tak ada sapa, tak ada nasehat atau suara dari beliau, naaun begitu aku masih bisa berbangga karena pernah dibelikan switer coklat dengan ganbar bunga oleh mbah kakong, benda itu yang selalu aku kenang. Rasanya bangga aja saat mengenakan dan mengatakan yang beliin mbah kakong atau saat bertanya kepada ibu dimana switer yang di belikan mbah kakong. Harusnya aku menyimpannya dengan baik tidak memberikannya kepada orang lain ketika sudah tidak muat lagi namun begitu di otakku masih tersimpan gambar itu secara detail.
Entahlah ketika mba N mengatakan tentang pertemuannya dengan mbah kakong tiba-tiba saja air mataku menetes, sebenarnya mba N salah ga seh mengatakan itu apakah itu benar ditujukan kepadaku atau untuk bapak. Sedikit banyak bapak pernah bercerita masa kecilnya yang seperti di anak tirikan mbah kakong dan seakan disia-sia oleh kakak-kakaknya. Apalagi ketika mba N mengatakan menitipkan aku kepadanya. Itu semakin meebuat linangan air mata ini semakin deras mengalir, ternyata simbah sangat perhatian denganku tidak seperti yang beliau bilang kepada mba N.
Keraguan itu membuatku kembali kemasa kecil dengan semua kejadian juga cerita dari beberapa orang, dimana pernah mbah uti (nenek angkat) berkata bahwa aku waktu kecil pernah mau ditaruh di panti asuhan, ketika orang tuaku bertengkar dan ingin bercerai mereka memperebutkan hak asuhku dan bu dhe juga ingin mengasuhku daripada dibuat rebutan mengingat bu dhe tidak memiliki anak perempuan, namun bapak ga setuju dan keputusan akan ditaruh di panti saja daripada dibuat rebutan. Lalu beberapa kejadian yang melibatkan adik dan sepertinya memang dari kecil semua hal yang aku lakukan itu salah, mungkin karena aku yang terlalu badung ga pernah nurut atau alasaa lain aku juga ga paham. Namun mendengar dan mengingat semua kejadian dimasa lalu hati ini sakit, tapi aku ga dendam ataupun sakit hati setidaknya mereka sudah memperlakukanku juga mengasuhku dengan begitu baik hingga saat ini itu buatku sudah cukup.
Perjalanan kali ini di tunda, lalu mau ngapain ni dirumah secara sudah ijin cuti. Kalau dibatalkan bisa saja seh aku bisa masuk midle tapi nanti sore tidak bisa menepati janji datang ke bangku merah. Berpikir dan memutuskan untuk tetap bolos. Ketika turun untuk membuat teh bertemu ibu yang lagi masak. Sambil membuat teh ibu berkata jika habis ini mau 'rewang' (membantu orang yang punya hajat) ada tetangga yang pindahan, berhubung sudah kenal dekat dan jika tempatku ada acara mereka dengan suka rela membantu. Ketika mendengar itu selintas dari dalam diriku ada yang bilang "jangan lupa bunga" ntara ingin bilang dengan ibu dan enggak, tapi akhirnya ga sempat bilang ibu keburu berangkat.
Ga kerja pagi ga ada kerjaan juga ya sudahlah bersantai di depan televisi nonton drama korea. Sambil nulis pikiranku ga bisa diam berkelana dan mungkin terlalu aktif bisa dibilang begitu. Selalu terngiang bunga... bunga... bunga.... jangan lupa bunga ditaruh di pojok rumah. Haaaa... memangnya kalau hajatan pindahan rumah pake bunga-bunga begitu juga. Ya selama ini aku ga pernah tau tentang hal itu karena aku ga pernah ikut.
Tak hanya soal kembang untuk acara pindahan rumah namun sepertinya aku mendengar suara, ya suara yang selama ini memanggilku untuk datang ke bangku merah mengajakku berpikir bersama. Mengingat tentang mukena di mushola yang ada di area bangku merah yang sepertinya sudah memerlukan ganti lalu beliau memberi ide untuk membeli mukena dua buah untuk ditaruh di sana. Hmmmm... ide bagus karena ga ada salahnya juga menyumbang mukena untuk mushola. Sedikit kebingungan untuk belinya, malas mampir-mampir apa lagi cuaca di luar sangatlah terik lalu aku tanya ke teman yang beberapa hari yang lalu membeli mukena pikirku bisa di anter kan pas besok pulang kerja langsung bisa dibawa ga perlu mampir-mampir tapi emang niatnya harus beli sendiri temanku bilang tidak bisa ngantar.
Sepertinya hari ini adalah hari yang luar biasa, gimana tidak bila sepertinya aku sudah mempunyai jadwal yang harus dikerjakan sampai waktunya. Oh ya bicara soal mukena tiba-tiba teringat dengan mukena lama, aku cari tu mukena nanti mau aku bawa untuk sholat disana. Bahkan selama seminggu itu sudah dipersiapkan juga urutan baju yang di pakai hari itu.
14:30 ~ persiapan mandi, dandan dan sholat.
15:00 ~ berangkat ke sampokong sebelumnya maapir dulu ke toko untuk memilih mukena tapi belinya nanti setelah kembali dari bangku merah, nitip saja dulu.
15:30 ~ sampai sana duduk dulu sebentar
16:00 ~ sholat ashar baru deh berdoa.
Heran aku ketika mengetahui jadwal tak tertulis itu dan ketika waktunya tiba satu persatu aku kerjakan setiap tahapannya. Benar saja jam 3 sore aku berangkat, baru jalan beberapa meter dari rumah teringat tentang bunga, trus baimana donk... ya sudahlah toh bukan keperluanku pikirku begitu tapi masih saja pikiran bunga menggangguku. Sempat juga menego untuk mampir ke minimarket untuk membeli minuman, mampirlahbke minimarket yang aku lewati hanya untuk membeli air mineral. Dan tiba-tiba teringat mukena yang tadi aku ambil tapi lupa membawa, niatnya ga usah dibawa tapi seperti disuruh balik untuk mengambilnya sekalian bilang soal bunga. Naah kan bunga lagi.
Balik lah aku ke rumah hanya untuk mengambil mukena yang ketinggalan sekalian mampir ke rumah tetangga untuk bertemu ibu.
A : "Acara kaya gini meeggunakan bunga ga seh"
I : "Menggunakan ga ya.... tadi beli kinang dan seperangkatnya sekalian belanja tapi kurang tau ada bunga apa enggak. Coba nanti ditanya in" ibu sedikit ragu
A : "Bunganya ditaruh di pojok"
I : "Pojok mana....?!" Tanya ibu untuk memperjelas
A : "Ya pokoknya pojok" setelah mengatakan itu aku pun pamitan pada ibu untuk main.
Kembali lagi baru beberapa meter berjalan teringat pojok belakang sebelah kanan. Nah kan ga pernah tintas deh, biarin aah yang penting sudah dikasih tau selanjutnya biar diurus sendiri. Aku pun melanjutkan perjalanan, dekat dengan toko yang menjual busana muslim aki seperti di ingetin untuk mampir membeli mukena, mampirlah ke toko tersebut dan memilih mukena. Hanya ada sedikit pilihan warna dan model, sejak awal kepincut dengan warna biru mudah dengan motif atasan bunga-bunga bawah polkadut. Beli dua, sedikit lama memilih menimbang. Aku suka warna hijau bagus juga motif sama hanya beda warna, warna putih ga mau katanya jangan cepet kotor sedangkan yang pakai orang banyak, warna merah ga mau, ini mahal, itu ga suka. Hadeeeh... dibolak balik lihat sana sini dan akhirnya pilihan jatih pada warna biru dengan pink motif sama. Bayangkan padahal aku ga suka warna pink, mau ambil warna biru dengan hijau tapi malah jadinya biru dengan pink. Ya sudah lah toh beliau yang milih, setelah milih bertanya dengan mba yang jaga untuk nitip terlebih dahulu diambilnya naati selepas magrib sekalian bayar dan mbaknya mengijinkan.
Lanjut menuju bangku merah. Dari parkir motor pak Joko sudah memberi senyum, setelah membeli karcis masuk dan duduk sebentar. Ternyata keramaian ini karenanakan ada perayaan di tempat besok hari rabu. Ga bisa konsen terlalu ramai, aku hanya mendengarkan musik sambil melihat ke arah patinh besar sesekali melihat juga ke arah bangunan di belakangnya ketika jam di hp ku menunjuk angka 14:05 bergegas ke mushola dan setelah sholat ke warung beli dupa dan masuk.
Ketika sampai di kuil ketemu dengan pak Bio, beliau masih meegenali dengan mengatakan yang kemaren langsung dipersilahkan untuk masuk sendiri. Dupa aku letakkan di meja dan langsung masuk ke goa. Di depan pintu memberi salam lalu duduk karena takut kesemutan posisi duduk dengan kaki meeyamping agar ga cepat kesemutan. Benar saja baru juga duduk langsung air mata menggenang dan tangispun pecah. Air mata mengalir dengan derasnya, terisak hingga merasakan seluruh tubuh merinding dan tangan bergetar lalu bergerak dengan sendirinya sepertinya aku sudah mulai terbiasa juga berbincang dengan suara hati.
Setelah selesai aku keluar dan berbincang dengan pak Kong, menceritakan pas di dalam beliau hanya senyum menyuruhku untuk mengikuti saja dan berharap semoga kedepannya berguna bisa membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Kali ini aku ga langsung pulang tapi ke goa bawah juga. Disana hawanya berbeda sedikit penuh sempai juga tanganku bergetar tapi tak sehebat ketika di goa atas, di goa bawah cuma sebentar. Setelahnya ya pulang. Oh ya sempat juga aku meminta air suci, sedikit penasaran dengan tempat air itu namun karena tidak memiliki tempat karena air mineral yang aku bawa juha masih banyak makanya ya ga jadi minta.
Seperti sudah menjadi rutinitas sebelum pulang pamitan (mendatangi) patung besar dan berbincang sebentar dengan pak Joko. Sempet juga bercerita tentang keinginan menyumbang mukena ke mushola yang ada disana dari niat toko yang menjual sampai pemilihan warna bahkan hingga jam belinya semua yang memilih beliau (yang menuntunku kesini). Dan pulangnya mampirlah ke toko untuk mengambil mukena yang tadi sore sudah aku pilih. Dan perjalanan hari ini berakhir tinggal istirahat dan untuk pemulihan. Perjalan pulangku luar biasa indahnya karena aku merasa ada yang menemaniku selama perjalanan, seorang prajurit yang berpakaian hijau mengawalku di belakang, seperti orang penting saja. Di rumah aku sering mencium bau dupa, tau sendiri kan bau khasnya seperti apa dan itu sesekali sering tercium. Dan ketika tengah malam sering terbangun disanalah tergadang ada rasa takut menjalar, dag dig dug seperti genderang perang "apa pun yang terjadi aku siap..." namun begitu mata tak berani untuk membuka. Bagaimana jika pas buka mata lalu di depan ada sosok yang.... aaah ga berani membayangkan, awalaupun mata terpejam samar melihat bayangan seorang pria yang sangat berwibawa, entahlah siapa beliau yang datang kempatku.
Malam ini aku mimpi aneh, ada seorang pria yang menahan tanganku sangat kuat, enggak menyakiti hanya pegangan itu seakan mengekangku dan tiba-tiba saja selintas melihat wajah seseorang yang aku kenal, yang aku bilang seh terobsesi dan aku sudah lama banget memutus komunikasi. Kita juga hanya kenal di dunia maya, beberapa kali ngobrol juga sedikit shering namun karena sesuatu hal maka akubputuskan untuk mengakhiri pertemanan apa pun yang terjadi. (11/08)
★Ell