7/17/2015

Batas Panas dan Dingin #1

Sudah lama kita melihat dalam diam, menyapa dalam kebisuan dan entah berapa kali diri ini ingin memanggil, ingin menghabiskan sebagian waktu untuk berbincang bersama namun takut untuk memulai. Yongsa apakah kau tau jika diam-diam aku memperhatikanmu setiap saat sebanyak waktu yang aku bisa. Tapi tetap saja tak ada keberanian untuk memanggil dan memintamu duduk di sebelahku, di tempat biasa kita menghabiskan waktu bersama.

Di malam ini, tiba-tiba saja ada sapamu untuk pertama kalinya setelah banyak denting waktu yang kita habiskan bersama sunyi.
Y : !-) Satu pesan yang datang di bbm bukan salam, rayuan atau sapaan namun hanya simbol emot yang ga aku ngerti artinya apa.
A : "Kemana aja ik..." Melihat itu timbul perasaan senang, sebel juga ingin marah. Perasaan aneh yang datang sebagai gambaran kerinduan dengan hal yang sepertinya terlupakan.

A : " Met lebaran ya, maap lahir batin "
Y : " Namanya jg gembala, ndak pasti keberadaannya. Oia, lebaran hari ini atau besok atau minggu depan?
Iya, ma'af lahir batin juga, mencangkup kesemuanya. *sungkem* "
A :" Bsok to lebaran. Kan udah sidang, ikut pemerintah aja
Lha kmu kapan... Aah ga jelas, gembala itu kan ninggalin jejak ga ngilang"

Y : "Oh udah diberitakan to? Aku ndak nonton tipi sih. Duuuh... Gembala yang ninggalin jejak itukan gembala seperti pada umumnya, lah aku kan ndak kaya' pada umumnya. Sang penggembala, tapi gembalanya bukan domba, kambing atau sejenisnya."

A : "Udah habis isya tadi. Trus aku nyari-nyarinya gimana klo ga ada jejak. Kangen"
Y : "Dimana ada keteduhan ketenangan disitu lah.
Waah, ada yang kangen juga nih ama aku, kirain aku sendiri yang kangen ama diriku ini. Aaaaakk".
Y : "Serentak kah lebaran tahun ini?"

A : "Ada yang udah sholat eid hari ini kok" 
A : "Udah lama mencari baru sekarang ketemu. Yang di kangeni terlalu sibuk ampe ga peduli sekitar. Aku punya tempat buat menyepi"
Y : "Mencari tapi sepertinya tidak berani untuk menyapa, membuka kata, berbincang. Iyo to? Hayoooooo!!
Y : "Bukan, bukan tidak mempedulikan. Peduli untuk sesuatu yang lebih dipedulikan. (Bukan hanya manusia loh ya)

Y : "Dimana itu? Gambaran tentang keadaan tempat itu seperti apa?"
A : "Ga tau aku kaya ditarik kesana pas awal-awal terus pas nyampe sana baru masuk otak yang tadina ga karuan bisa tenang"
Masih ingat jelas bagaimana aku seperti ga ada bosannya datang ke Kelenteng Sam po kong.
Awal kisah ketika otakku benar-benar sudah kalut :antara bosan, galau, blank, dilema, dsb tiba-tiba di otak kepikiran ingin main ke Kelenteng Sampokong. Seperti ada yang menyuruhku kesana dan tempat itu juga seperti menyeretku untuk di datangi. Dan ketika pulang kerja, aku nekat kesana tidak langsung pulang, sesampainya disana sejak melangkahkan kaki dari pintu masuk aku merasakan ada yang beda, setelah duduk dan menikmati setiap inci dari bangunan dengan cat dasar merah itu perlahan sinyal-sinyal nakal yang membuat kepalaku penuh seperti orang yang galau tingkat propinsi padahal aku ga memikirkan apa pun itu hilang. Aku normal lagi dan sejak saat itulah setiap ada kesempatan aku habiskan soreku di tempat ini, disinilah aku merasakan tenang, walaupun hanya duduk diam ya terkadang sambil mengolah kata untuk satu cerita menurut versiku.
Y : "Daerah mana itu? Pegunungan kah, atau apakah?"
Sementara ini aku masih ga tertarik dengan petualangan alam entah itu pantai, pegunungan atau dimana pun. Jadi bagi yang pamer tempat-tempat mempesona selamat anda gagal. Ga ada keinginan untuk tau ataupun kesana.
A : "Kelenteng yo..." sepertinya yongsa masih belum ngeh dengan apa yang menjadi topik pembicaraan kali ini. Ya maklum saja dia saat ini masih blank, kagak tau apa yang menjadi dilemanya. Lihat aku baik kan ga menggunakan kata galau, karena aku tau kamu ga suka dengan satu kata itu.
Y : "Kelenteng itu seperti gimana to?"
A : "Tempat ibadah orang cina. Yang warna bangunannya merah"

A : "Mau menyapa tapi ragu. Aku Sudah hampir 3 bulan ga pegang hp sampe teman-temanku bbm juga ga aku baca apa lagi buka, aku biarin aja. Di kelenteng sampokong.
Y : "Ragu kenapa to? Aah kaya baru kenal dalam hitungan tahun aja.. Pan kita udah kenal dari masa lalu, bahkan saat kita belum terlahir ini. :D
*Mulai ngaco.
Aaaah kalimat ini keluar lagi. Tapi memang benar sepertinya aku dan yongsa sudah akrap dan sudah mengenal satu sama lain dengan baik padahal kita kenal ada kali 2 tahun dan itu juga lebih banyak saling diam. Namun seperti sudah saling mengenal satu sama lain bahkan seperti sudah menemukan miscery dan merasakan apa yang dirasakan yang lain.

Y : "Lah kenapa ? Tuben amat bisa sampe lama gitu pisah ranjang sama belahan tangan. ((Belahan tangan))"
Entah lah aku juga bingung kenapa bisa sampai lama ga komunikasi dengan teman-teman. Bila ada yang menyapa jarang aku balas bahkan di buka saja enggak kecuali yang kelihatannya sangat penting. Itu juga cuma jawaban singkat ga ada basa basi, seadanya dan to the poin. Mungkin teman-teman yang sempat ngobrol denganku bisa merasakan perubahan jika ga ada semangat untuk ngobrol sehingga mereka juga secepatnya mengakhiri obrolan.

A : "Lha wong pesenku yang dulu saja D terus ga R. Kan emang biasanya gitu slalu D. Terabaikan"
A : "Ga tau, ini saja sebenere masih betah sendiri tapi berhubung lebaran aku paksai. Masih nyaman dengan duniaku sendiri, menerka dan menjelajah pikiran orang lain"
Y : "Pesen yang mana? Perasaanmu udah aku baca tapi ndak aku bales. Terakhir kita chat terhenti ketika membahas pengendalian emosi kan?"
A : "Iya. Tapi aku masih ada 2 pesan yang D terus kok" inilah yang buatku sedih dan merasa terabaikan yoo, aku masih ingin ngobrol merasa obrolan belum klimaks sampai menemukan kesamaan pendapat juga sudah ga menemukan lagi kata yang bisa untuk beradu. Aku tak pernah menghapus history obrolan dan setiap melihat huruf D ya dibilang kecewa iya tapi apa yang bisa aku lakukan, mencoba berpikir positif bahwa di tempat kamu sinyal jelek atau tiba-tiba kuota habis.
D, ini juga yang membuatku enggan untuk menyapamu terlebih dulu karena aku takut tak terbaca atau lebih parahnya ga kamu balas padahal sudah dibaca..

Y : "Kamu masih nakal ya, menjelajahi pikiran orang lain. Nakal iih. Menjelajahi itu hati"
Lah bukannya menjelajahi hati malah  lebih nakal dibanding menjelajahi pikiran ya. Yoo kamu ga nakal kan disana....???
Y : "Masa sih? Udah aku baca yoo"
A : "Yaelah ni lho bru R (read). Pikiran dan hati mereka yang menggoda makanya aku datang.
Y : "Ndak aah"
A : "Apanya yang ndak"
Y : "Maksudnya bukan baru di R. Gitu~ Jangan mereka, kamu udah keluar jalur. Hati sendiri lah yang harus dijelajahi"
Y : "Oia, aku baru ngeh tentang klenteng. Hehe..."

A : "Menjelajahi mereka juga salah satu wujud mengenal diriku sendiri yoo. Yaelah kemana aja seh sampe ga ngeh kelenteng"
Y : "Iya juga sih, bebas ko', tp jangan nimbulin sisi yang gelap loh ya.. Hehe, ojo dimarahi to ah" keluar deh manjanya. Kalau sudaa gini rasanya pengen cubit tu pipi.
A : "Enggak. Malah disarankan untuk mengasah kemampuan biar lebih tajam lagi.
A : "Disana cuma duduk doank, sambil dengerin mp3 udah bikin tenang"
Y : "Semarang kah? Jenis mp3 yang didengerin apa?"
A : "Iya. Deket RS. kariadi.
A : "Lagu biasa. Melangkahkan kaki dari pintu masuk sudah brasa enk di pikiran kok. Katanya temenku juga gtu, kaya ada sesuatu yang menyeretnya untuk datang ke tempat itu tapi dia belum kesana.

Y : "Woooo..."
Nah ini dia kata kebangsaan kita berdua yang sudah lama ga mengudara. Punya banyak arti jika mengatakannya dengan intonasi yang lain.
A : "Apa"
Y : "Ndak. Yowis. Hehe..."
A : "Woooooo..., Mesti mau ngilang lg deh"
Benar saja setelah ini percakapan berhenti dengan chat yang masih kekeh dengan D, yang baru berganti menjadi R di pagi hari menjelang siang.
Mungkin dia ketiduran (meskipun itu jelas ga mungkin buat dia) a anggap saja begiti karena jam juga sudah menunjukkan pertengahan malam. (16/07)

BERSAMBUNG...



★Ell