5/18/2015

Sehari #3

 Cerita sebelumnya

Jingga mulai kembali ke peraduan untuk memberi kesempatan pada sang bintang dan rembulan untuk menunjukkan kecantikannya di langit yang mulai gelap. Mobil melaju dengan kecepatan sedang karena aku selalu protes jika sudah mulai ngebut. Bukaanya kenapa-kenapa secara jalan basah habis terkena guyuran hujan dan juga lalu lintas yang padat. Bahkan sempat juga mau menabrak mobil yang ada di depan karena tidak fokus di depan, tidak mengurangi kecepatan malah bermain hp terus. Memang susah di kasih tau, bandel ni si mas. Sampai-sampai aku yang berteriak 'jalan' ketika lampu merah sudah berganti hijau. Bahkaa sempat kena klakson mobil yang di belakang karena sudah hijau tapi kagak maju-maju.

Kembali melewati jalan tol bebas hambatan, karena mobil yang melintas di depan cuma sedikit padahal kan sekarang malam minggu. Mungkin sebentar lagi kali ya, karena adzan magrib saja baru terdengar.

Keluar tol pikirku paling langsung pulang, ternyata tidak. Mobil berbelok ke arah yang tidak seharusnya, kemana lagi ini sugguh tidak ada gambaran tempat yang akan di datangi. Apa mungkin mau ambil editan....?! Siapa yang tau juga, ya sudahlah duduk diam saja, entar juga tau mau kemana.
Tapi semakin kesini kok tempatnya sedikit menyeramkan ya, jalan yang gelap, berliku, turunan, sempit dan kanan kiri hanya ditumbuhi pepohonan yang tinggi. Aduh kemana lagi kau membawaku. Gelap, sampai menemukan warung kecil di pinggir jalan yang di depannya terdapat beberapa mobil dan motor terparkir. Terus melaju melelewati jembatan yang cukup besar dengan sungai di bawahnya. Di atas jembatan itu terdapat beberapa kelompok anak muda yang lagi duduk-duduk ada juga yang tiduran dengan botol di depan mereka. Serem, apa mereka lagi mabok kah....?! Entahlah siapa yang tau jika aku hanya melihat dari dalam kaca jendela mobil. Sedikit serem juga, melihat di depan semakin gelap dan kata si mas kalau lurus jalan buntu maka kita memutuskan untuk berbalik saja. Dan berhenti di warung yang berada di pojok untuk sekedar membeli minuman hangat.

Berbubung teh sudah habis yang ada hanya minuman cepat saji dan beberapa minuman botol, maka mau tak mau memilih memesan good day vannila saja dan si mas pesan kopi hitam sama pop mie. sambil menunggu minuman jadi kami memilih duduk di luar, di bangku yaag terbuat dari semen. Karena di teras sudah penuh dengan orang-orang yang datang sebelum kita.

Inilah suasana malam yang menyenangkan dan jarang di dapat, udara yang mulai terasa dingin dengan penerangan redup yang hanya berasal dari sorot lampu teras, di samping kiri kebun yang gelap tanpa penerangan (siapa juga yang mau menerangi kebun yang ga kepake) dan di depan, samar terlihat jembatan yang tadi kami lewati, juga orang-orang itu masih berada disana juga dan sungai yang mengalir cukup deras. Suasana pedesaan, terdengar suara jangkrik dan serangga malam, berbagi dengan desir dedaunan yang tertiup angin juga suara air sungai yang mengalir.

Duduk berdua sambil menikmati segelas kopi panas, sambil bercerita. Bahkan sempat aku melihat cahaya kecil berwarna hijau yang melayang-layang.
"Mas itu apa seh..."
"Mana....?!"
"Itu cahaya yang terbang-terbang, kunang-kunang bukan"
"Hu um"
"Baru kali ini aku liahat kunang-kunang secara langsung"
"Belum pernah lihat, kalau di gunung banyak kunang-kunang pas malam gini"
"Belum. Tau kunang-kunang ya dari televisi, ya baru sekarang lihat kunang-kunang"
"Berati main sama aku bisa tau banyak hal ya" ya tanpa di pungkiri sebenarnya iya, bisa tau jika di Semarang masih ada wisata alam yang bagus, tau secara langsung kunang-kunang dan yang paling mengasikkan di ajak jalan-jalan ke alam itu yang bikin aku senang, bisa menikmati alam yang masih alami.

Benar-benar katro ya aku ini, kunang-kunang saja sampai belum pernah melihat. Parah benar dah.

Hari semakin larut, namun kami masih betah berdua menikmati alam, sementara pembeli yang berada di teras mulai pada bubar tinggal kami berdua disana, dan sepertinya pemilik warung juga sudah mau tutup, tapi kami belum ada niat untuk beranjak dari tempat itu, (sudah pw ; posisi wuenak). Tapi lama-lama kagak enak juga dengan pemilik warung, karena dagangan sudah dimasuk-masukin dan jendela juga sudah di tutup, seperti pengusiran secara halus tapi yang di usir kagak nyadar. Hahahaha....

Dan setah membayar kami pun pergi, bukan ke mobil tapi melihat sungai di waktu malam. Banyak yang mas ceritakan, sampai membuatku mupeng (muka pengen) dan berpikir kapan bisa kesini lagi dan melakukan seperti dalam cerita si masnya. Kembali bermain di sungai, menyeberangi sungai menuju seberang, ke perkampungan penduduk yang ada agak di atas bukit dan menerabas hutan, aiiiih senangnya bila itu benar bisa terwujud. Entahlah apa yang aku dapat di alam, tapi sebagus apa pun tempat wisata buatan aku tetap menyukai berada di alam, sebagus apa pun pemandangan perkotaan namun buatku suara alam lah yang paling indah. Kapan pun kita datang selalu menyajikan pemandangan (tontonan) yang berbeda. Aku hanya penikmat alam yang ingin menjaga kelestarian alam.

Masih betah disini, masih terbuai dengan suara gemericik air sungai yang mengalir dan masih ingin menikmati suasana malam yang sangat langka aku temui, namun malam sudah beranjak dan menyuruh kami untuk kembali ke dunia nyata. Dunia dimana manusia diperbudak oleh kecanggihan alat-alat mutakhir yang sebenarnya meracuni manusia yang tak mau bersusah payah.

Kami pun kembali ke mobil, namun juga seperti masih berat ninggalin semua ini. Andaikan ini mimpi biarkan aku tidur lebih lama lagi, biarkan aku menikmati semua keindahan yang ada di hadapanku, jangan bangunkan aku untuk sementara waktu. Biarkan aku terhipnotis dengan hayalanku, dengan apa yang terpampang di hadapanku, biarkan semua ini terekam secara jelas di otakku hingga tak bisa memudar bahkan terhapus dari memori yang aku punya.

Meskipun ingin berlama-lama, namun tak begitu dengan sang waktu yang memaksaku kembali terjaga. Kami pun pulang, dengan berat hati mengakhiri petualangan ini. 

Terima kasih...
Telah mengenalkanku kepada duniamu,
Sudah menyisihkan waktumu untukku
Memberikan kenangan yang sangat indah
Terima kasih untuk semuanya.


Meskipun dengan berat hati saatnya kita berpisah. Kembali pada kehidupan masing-masing. Kapan-kapan ajak 'belusuk' lagi ya mas. (Big hug)