Mas : " Kemana nih jadinya..."
Mba : " Aku ngikut... Ini jadinya kemana...."
Mas : " Masih bingung...."
Mba : " Bingung kok masal, trus siapa yang sadar kalau begini..."
Mas : " Mak'e belum sadar ya... Iih hujan"
Mba : " Masak..., ga hujan lho "
Bagaimana juga aku bisa tahu di luar hijan apa enggak sementara dari pagi aku di ruangan terus yang tidak terlihat, jadi di luar panas atau hujan ya maap saja tidak tahu. Kecuali jika hujannya deras baru tahu karena dari ruangan akan terdengar gemuruh suara rintik hujan yang berlomba-lomba menyapa kekasih tercinta (tanah)
Untukmemastikan kebenaran aku pun telpon depan dan menanyakan apakah diluar hujan atau tidak, dan teman yang berjaga di luar pun menjawab terang benerang cenderung panas. Lalu bagaimana bisa sini panas disana hujan..... Aaah boonk kali ni si mas nya.
Untukmemastikan kebenaran aku pun telpon depan dan menanyakan apakah diluar hujan atau tidak, dan teman yang berjaga di luar pun menjawab terang benerang cenderung panas. Lalu bagaimana bisa sini panas disana hujan..... Aaah boonk kali ni si mas nya.
Untuk membuktikan omongannya ia pun mengirimkan foto, dimana terlihat hujan mengguyur dengan lebatnya.
Mba : " itu kan foto kemaren"
Masih ngeyel dan kekeh pendirian jika tidak hijan, namun benar juga foto yang di kirim mirip foto yang di kirim kemaren sebagai bukti jika di tempat itu sudah hujan lebat.
Mas ; " beda yooo... Hujan-hujan enak ni "
Mba : "ya sudah lah kapan-kapan saja... Sukannya lho..."
Mba : "ya sudah lah kapan-kapan saja... Sukannya lho..."
Mas : " gandengan lari-larian sambil hujan-hujanan"
Hmmmmm..., membayangkannya asik juga, hampir mirip seperti imajinasiku selama ini. Romantis juga yaaah
Mba : " ogah.... Hujan cuma rintik-rintik doank mas"
Mba : " ogah.... Hujan cuma rintik-rintik doank mas"
Mas : " deras sini yo... sana gerimis saja to.... Sudah pulang?"
Mba : "iya ni..."
Untuk membuktikan bahwa di tempatku kering kerontang jika hari itu belum menjamah setetes pun tabah disana aku kirim foto keadaan diluar.
Mas : " kering iik.... Ke Panorama yok"
Mba : " mana itu..."
Mas : ' kaya kemaren... Di taman tabanas tapi yang resto"
Mba : " yakin kesana....?"
Mas : " yakin, di resto panorama ya... Tak siap-siap"
Mba : " ok ... "
Aku pun meluncur ke tempat yang sudah disepakati, namun semakin kesini langit semakin gelap dan bertambah gelap saja, bahkan sudah terlihat bahwa langit sebentar lagi menangis. Di bawah pohon di sepanjang jalan beberapa kali melihat serombongan pengendara motor yang berhenti untuk memakai mantel berjaga-jaga sebelum hujan benar datang membasahi bumiku.
Masih melaju, sedikit menambah kecepatan berharap cepat sampai tijuan sebelum hujan deras benar mengguyur. Namun sangat disayangkan kali ini keberuntungan berpihak padaku karena hujan pun mengguyur dengan lebatnya. Seketika membelokkan motor mencari tempat berteduh.
Masih melaju, sedikit menambah kecepatan berharap cepat sampai tijuan sebelum hujan deras benar mengguyur. Namun sangat disayangkan kali ini keberuntungan berpihak padaku karena hujan pun mengguyur dengan lebatnya. Seketika membelokkan motor mencari tempat berteduh.
Mas : " hujan angin... Mba dimana ini"
Mba : " lha gimana jadi ga ... Lain kali saja ya"
Ya memang aku merasakan hujan semakin deras mengguyur juga angin yang kenceng, untung saja mendapat tempat yang aman dari hembusan angin yang membawa titik-titik hujan.
Mas : " ini dimana..."
Mba : " lha mas dimana "
Enggak menjawab malah gantian tanya balik, hehehehe...
Mas : " masih di kantor ... Mba dimana "
Sekali lagi ia menanyakan keberadaanku, entah aku merasanya ada kehawatiran dan rasa ga enak dan satu lagi rasa yang sedikit ga aku mengerti, apa itu ga tau deh karena aku bukanlah pemilik hati, tanyakan saja dengan yang bersangkutan.
Mba : " jalan... Lha mas dimana ik "
Kali ini membalas dengan sedikit rasa bersalah karena sudah berbohong (maap mas)
Mas : " jalan mana ? ... Di kantor sayaaaaang.... Mba di jalan mana "
Mba : " ya sudah besok saja kalau begitu "
Ga tau kenapa sama sekali aku tak bisa menjawab dimana aku sekarang sedang berada, bukan karena aku tak tau tempat tapi memang tak mau membuat dia semakin cemas. Bahwa sebenarnya saat itu aku sudah berada di tempat tujuan, mungkin karena ga bisa bohong hingga memilih untuk ga menjawab. Seketika teringat obrolan tadi siang ketika ia mengatakan bahwa kepalanya pusing sampai rebahan saat bekerja (meskipun biasanya malah tidur) jadi ga tega jika harus menyusul kesini dalam keadaan hujan angin.
Mas : " mba sekarang dimana.... Besok aku ke Jogja"
Mba : " ya lain kali saja kalau begitu, masih banyak waktu"
Mas : " eh mba sekarang dimana "
Panggilan suara tak terjawab
Mas : " mba..."
Mas : " PING ! "
Mas : " PING ! "
Sampai di rumah melihat hp ada beberapa pesan dan juga panggilan tak terjawab. Sebenarnya aku tak menyukai pesan 4 huruf yang berwarna merah dan ditulis dengan huruf besar semua dan di akhiri dengan tanda pentung 'PING' kesannya seperti membentak dan sok kuasa. Tapi kali ini aku merasakannya laen sebuah kehawatiran. Meskipun sudah di yakinkan namun masih saja tak percaya bila aku sudah di rumah, tenang saja mas kenekatanku sudah tak separah dulu. Jadi tak perlu hawatir yaaah... Thx