Dua kali sudah aku memutuskan untuk mundur dari perasaan itu tapi kenyataannya hingga kini aku belum bisa pergi, sepertinya aku sudah terjebak diantara logika dan perasaan bersamanya. Semakin ku coba menepis rasa di hati semakin terasa sakit.
Tak mungkin juga aku melupakannya, tak kan bisa. Mungkin merelakan kata yang lebih tepat, belajar iklas membiarkan dia pergi. Meskipun dikatakan sakit ini hanya sementara, tapi apakah benar begitu. Okelah sekarang aku merasa berantakan, itu tak lama. Semoga saja begitu
Aku harus mengingatkan diri sendiri jika aku bisa jadi ga berada di cerita yang sama dengan dia, lama-lama perasaan itu akan hilang sendirinya. Bisa jadi begitu meskipun aku tak yakin. Biarlah aku jalani apa yang ada di depan, bukan lagi aku yang di kontrol perasaanku melainkan akulah yang harus bisa mengontrol perasaanku.