Mendengar kabar dia sakit rasanya langsung nyesek, apalagi ketika pesan tak segera di balas menambah kehawatiran semakin bertambah. Mencoba menenangkan diri dan tidak berpikir macam-macam, namun susah juga apalagi saat dia mengatakan masih di infus aah rasanya semakin ga karuan.
Otakku sudah enggak bisa berfikir, kosong dan kalau sudah begini bisa dipastikan emosiku mulai tak terkendali. Dia yang masih menahan sakit dari jarum infus, dari cairan yang masuk diantara aliran darahnya masih saja bisa tenang dan sabar mendengar semua cerocosku yang tak ada hentinya. "Gak usah hawatir" Dia bagai tahu keresahanku, tanpa banyak omong hanya mendengarkan dan anehnya aku merasakan tak ada sedikitpun dia mengeluhkan rasa sakitnya malah seakan hatinya nyaman dengan keadaannya sekarang.
" Sepertinya mas tenang banget padahal sedang sakit begini, mengapa mas enggak marah sudah sakit mesti mendengarkan omonganku yang enggak diam-diam dari tadi ?"
" Aku mencintaimu sayank"
Kalimat singkat yang membuat jantungku berdegup semakin kencang dan seketika itu juga membuatku salah tingkah hingga tidak ada lagi yang bisa aku katakan padanya. Satu kalimat yang menjawab semuanya. Cinta... Datang tanpa aku sadari, tanpa bisa diduga dan kini mulai bertumbuh perlahan dalam diriku.
Dia, seseorang yang tanpa sengaja datang dengan tiba-tiba perlahan mencuri perhatianku dan membuatku mulai bisa berpikir realistis hingga menghadirkan senyum yang sudah lama hilang terenggut waktu. Dia mewarnai hari-hariku belakangan ini dan aku menyukainya.
Terkadang tak perlu hal besar untuk merasakan bahagia,
hal kecil pun terkadang bisa lebih berarti dari pada yang kita inginkan sebelumnya.