"Kalau menurutku. sekarang mba lagi punya keinginan or menghendaki sesuatu yang belum tercapai.. dan mba masih berkutat dalam keinginan itu..."
Mendengar kalimat itu awalnya sedikit mengeryitkan dahi, apakah benar yang dikatakannya. Hmmmm..., ya dengan terpaksa aku akan membenarkan perkataannya. Memang benar hingga sekarang aku masih teropsesi pada sesuatu yang aku sendiri tak yakin. Di satu sisi aku menginginkannya namun di pihak lain aku juga tak mau memaksakan dia ada disini bila ia sendiri yang tak menginginkan.
Dia yang tak pernah meninggalkan ruang pikiranku, menyalip sana sini bagai bayang-bayang yang menempati ruang kosong dalam otakku. Aku sadar tak seharusnya seperti ini, tapi bagaimana mengusirnya pergi dari hidupku.
"Posisi sekarang susah untuk berfikir lebih jernih, makanya tenangin pikiran dulu.. Untuk bisa tidaknya mba untuk keluar dari hati ga karuanya tergantung sama diri sendiri bukan orang lain. Ya berserah diri ke yang membuat kehidupan.. Berfikir rasional aja..."
Lepaskan segala yang membelenggu jiwa, biarkan mengalir dan jalani apa yang ada di depan. Boleh berharap tapi juga mesti melihat kenyataan. Gunakan logika jangan sampai dibutakan dengan mimpi-mimpi yang terlalu tinggi. Fokuskan pikiran jangan biarkannya mengembara kemana-mana.
Mungkin saatnya sudah tiba untuk melepaskan genggaman itu, mengiklaskan apa yang aku yakini untuk pergi terbang kemana ia suka. Membebaskan diriku juga dirinya agar hidup kita sama-sama bisa menjadi tenang, aku bisa lebih bebas melangkah dan ia tak perlu lagi mendengar bisikan-bisikan angin dari hati yang mengalunkan namamu ketika malam menjelang.
Perlahan-lahan akan ku lepas dirimu yang mungkin bukan untukku, bagaimanapun aku mempertahankan tak akan ada guna bila tujuan akhir kita sudah berbeda. Maaf kan aku bila tak bisa menepati janji untuk menunggumu kembali yang aku sendiri tak yakin apa kau akan kembali atau malah sudah mendapatkan rumah yang sangat nyaman untuk persinggahan. Berbahagialah selalu, yang merindukanmu...