11/20/2015

Y ~ KITA :Untuk Kangen

[06:30] A: Met pagi yo
[06:30] A: Gimana tidurnya semalem
[06:35] Y: Iya met pagi juga.
Tentang tidur, masih seperti biasa. Meski tidak mencapai nyenyak, lelap namun sedikit membantu mengistirahatkan beberapa bagian tubuh.
Kamu gimana?
[06:38] A: Ya kurang lebih sama lah kaya kamu
[06:40] Y: Apa yang menyebabkan tidurmu seperti itu?
[06:45] A: Ga tau
Sepertinya semalam malah bentar-bentar kebangun
[06:50] Y: Ada sesuatu yang dipikirkan atau dipikiran ada sesuatu?
[06:56] A: Belum tau juga kenapanya. Trus kamu sendiri kenapa
[07:00] Y: Yeeee
[07:01] A: Knapa ik
[07:05] Y: Hehe
[07:09] A: Ada apa seh yo, aneh bener deh
[07:15] Y: Ada banyak, maunya apa? Hahahaa
[07:16] A: Semua

[07:21] Y: Yo, aku kangen
[07:23] A: Kangen apa
[07:28] Y: Kangen dengan yang aku bilang semuanya tadi malam
[07:29] Y: Biar aku perjelas. Semua mengarah ke kamu. Ya, aku kangen kamu.
[07:31] A: Yang benar penjelasan yang pertama apa kedua ni
Aku kembali membuka obrolan kemaren saat Yongsa mengatakan rentetan kangen yang dimaksudkan.
Ya, aku kangen.

Kangen kpd seseorang.
Kangen sebuah kisah.
Kangen suatu tempat.

Kangen berdialog.
Kangen sesuatu yang belum terjadi.
Dan kangen dngn kangen.
Namun jika membaca ada dua hal yang tertangkap olehku, ya ini mungkin pemikiran konyol tapi bila melihatnya akan ada 2 kesimpulan yang terbentuk.
1. Kangen dengan seseorang dan itu belum tentu aku, bisa saja masalalu nya atau orang yang berarti dalam hidupnya, kangen dengan kehidupannya yang dulu atau kangen dengan semua yang pernah dialaminya yang sangat berkesan.
2. Bisa saja kangen yang ditujukan untukku tapi di bagian mana yang menerangkan atau mengarah kepadaku.

[07:38] Yongsa: Semuanya benar, mengarahnya ke kamu.
Coba perhatikan tentang kangen yang aku utarakan kemarin satu per satu.
Karenaa mungkin kamu ndak bisa nangkep atau malah jadi salah sasaran, maka aku perjelas dengan penjelasan yang kedua. Ya, aku kangen kamu.
Masih butuh penjelasan ketiga, atau selanjudnya?
Ya, aku kangen, kangen denganmu yo. Kangen kepada seseorang dan itu kamu. Kangen sebuah kisah, cerita dari imajinasi yang dulu sering kita buat bersama. Kangen suatu tempat, dimana kita sering habiskan waktu bersama, di bawah pohon yang rindang dengan rumput liar membentabg hijau sangat luas bagai permadani dimana terdengar suara burung bernyanyi riang berpadu dengan suara gemericik air dan angin yang berhembus. Langit biru dimana awan berarak-arakan terhembus angin membentuk imajinasi karakter yang kita buat. Kangen berdialog, obrolan dan pembahasan yang sering melebar namun akan berujung pada satu kesimpulan dengan benang merah yang sama. Kangen sesuatu yang belum terjadi, dengan gambaran yang pernah kita lihat tentang kita dan kebersamaan. Dan kangen dengan kangen. Segala hal yang pernah kita lakukan bersama dan ingin mengulangnya kembali hanya denganmu, ya hanya kamu yongsaku.

[07:39] A: Itu masih sore yo belum malam
Ga perlu penjelasan ketiga ato selanjutnya, kan udah sama.
[07:43] Y: Ntah sore ntah malam, ndak penting waktu penyampaiannya.
Bahkan mungkin ndak penting juga tulisannya, tapi coba tengok isi yang terkandung didalamnya.
[07:44] A: Bighug
Semalam aku nyariin kamu mau ndusel tapi ga ketemu
[08:01] Y: Hehe
[08:04] A: Ketawa terus daritadi. Kamu gi apa yo
[08:12] Y: Ndak boleh ketawa?
Gi beli beras ama ayam. Kamu gi apa?
[08:14] A: Ya boleh
Naaah kenapa kamu yang beli, itu kan tugas perempuan. Makanya jago nawar lha suka belanja.
Inget waktu di muria, yongsa terlihat ahli menawar saat beli gelang tasbih juga buah ketika perjalanan pulang, sementara aku hanya diam saja karena tidak pandai bahkan bisa dibilang tidak bisa menawar.

[08:15] A: Ni mau maem, sini yo barengan maem ama sop
[08:21] Y: Hmzz
Ibuk lagi motongi kain, adek nyuci, jadi ya aku yang belanja. Ndak jago nawar.
Sop apa?
[08:27] A: Oooow gtu, kalau jam segini baru belanja brati belum masak donk. Sop daging
[08:28] Y: Belum. Nikmati dulu maemnya.
[08:29] A: Kok timben seh, biasanya jam 6an udah siap semua. Udah selesai
[08:31] Y: Bahan dapur pada abis, jadi ya telat masak. Cepet?
[08:32] A: Belanjanya ga sekalian to. Ya emang maemku kan cepet
[08:36] Y: Tetep aja kena semprot.
Masalah beras, kenapa cuma beli 3kg? Tadi dengerin ndak? Disuruh beli 5kg jg <~ kata ibuk (Di iringin dengan sederet omelan yang lainnya, dan dengan backsound dangdut koplo yang diputar dari tadi pagi buta).
Beralih ke ayam, sama aja kena omelan.
Kenapa beli ayamnya yang kecil, pan tadi disuruh beli yang besar. (Nadanya yang perlahan meninggi).
Tanpa menjawab, aku langsung laporan total belanja trus ngasih kembalian, aku tinggal ke atas.
Ibuk biasanya kalau beli beras memang 5kg, ndak mau banyak-banyak, karena takut ada kutu.
Trus masalah beli ayam, aku ndak suka ukuran ayam yang gede, terihat serem.
[08:38] A: Puk puk puuuuk.... sini nyender
Ya aku tau bagaimana rasanya, ketika apa yang sudah di kerjakan ada kesalahan dan mendapat omelan padahal sudah berusaha menjalankan semuanya dengan baik namun karena pemikiran berbeda itulah akan ada selisih paham dan menimbulkan ketidak puasan lalu bukan ucapan terima kasih melainkan sebuah rentetan lirik dengan nada tinggi yang memerahkan telinga bila mendengarnya.

[08:42] Y: Ini baru selesai ngedumelnya, karena udah ndak terdengar suara yang dikluarkan oleh ibuk.
Hanya karena kesalahan sedikit saja sampe sebegitunya.
Harus dengan se prerfect itukah, agar tidak ada masalah?
Lantas jika ada cacat sedikit, tidakkah ada ampun?
Sesulit itukah, hanya untuk menjalin suatu akrab an?
[08:53] A: Ga tau yo, kadang kita harus bisa menyelam kedalam pemikiran ornk lain, harus menjadi ornk lain lalu menerapkan apa yang seperti mereka lakukan untuk menjadi sempurna di mata ornk tersebut walaupun itu menyiksa dan ga kita suka tapi bagaimana pun berusaha tak akan bisa. Pemikiran kita ga sepenuhnya bisa sama dengan mereka begitu jg sebaliknya
Dan kita pun hanya akan bisa narik napas panjang untuk menghilangkan hampatan yang tiba-tiba menyesakkan. #bighug
[09:17] Y: Makasih yo. Siap-siap gih, udah waktunya berangkat.
[09:49] A: Kembali kasih bu. Ni udah nyampe kantor
[09:54] Y: Bu? Maksudnya
Ini aku juga baru nyampe menara
[09:59] A: Kepleset
Kapan brangkat tau-tau nyampe sana aja seh
[10:01] Y: Kalau kepleset mah masih deket-deket hurup yang disamping, tapi ko' gimana gitu ya?
Ya tadi setengah 10 lebih lah brangkat dari rumah.
Sebenarnya sudah lama ingin ke menara tapi selalu di tunda-tunda dengan alasan malas. Pas ada keinginan bilang besok saja, lalu besok tiba bilang nanti agak siangan, lalu bilang panas, nanti sore saja trus berujung dengan ga jadi dan mengatakan besok dan ada besok-besok selanjutnya tapi tadi pagi pas ada niat kesana langsung mandi dan beneran datang ke menara. Kemaren waktu pergi ke sualayan ADA kan lewat sebelah disana rame banget kata adek jangan lewat sana lalu pulangnya ada keinginan untuk mampir namun dilarang oleh adik katanya "jangan menyisakan" dalam artian bila kita akan berkunjung ke suatu tempat itu seharusnya menjadi prioritas bukan malah belakangan. Jadi saat sudah ada niat berkunjung ke suatu tempat ya jangan mampir-mampir, setelah urusan selesai baru boleh mampir ke tempat yang lain (*).

[10:07] A: Hehehehhee... Tadi pas nulis sambil ngobrol makanya mencetnya jadi laen. Trus sekarang dimananya yo
[10:09] Y: Ow gt to. Di sekitaran samping tempat wudhu ntu lho
[10:10] A: Yang depan menara itu ya
[10:12] Y: Iya
[10:12] Y: Aku masuk dulu yo
[10:16] A: Iya. Salam ya
[10:18] Y: Iya

[12:02] Y: Yo. Sudah aku sampaikan salam mu kepada semuanya.
[12:03] A: Iya, makasih yo. Trus kamu dapat apa disana
[12:05] Y: Iya, sama-sama yo.
Nanti saja ceritanya saat kita jumpa.
:Tadi di menara awalnya hanya duduk di luar yang dekat tempat wudhu ga lama langsung masuk. Aku duduk di tempatbkita dulu tapi agak ke kanan. Tadinya hanya sendiri, seperti ada yang menyuruhku mendekat lalu aku maju, pas ada disana masih sepi, tapi setelah selesai berdoa tiba-tiba saja kaki kiriku sakit banget rasanya lalu datanglah segerombolan peziarah saat mau berdiri kakiku tidak bisa di gerakkan akhirnya aku ikut rombongan yang ada di depanku. Setelah selesai bersamaan itu kakiku sembuh, langsung aku berdiri tapi ada keinginan untuk memegang makam sunan Kudus yang di tutup tabir. Kalau ziarah sama ibuk dan ade mereka selalu menyuruhku untuk memegang tapi akunya ga mau baru sekarang ini, lalu majulah dan memegang tapi badanku tiba-tiba saja kaya ga ada tenaga saat jalan saja sampai sempoyongan kaya orang mabok. Itu di lihati banyak orang, aku juga ke makam pangeran palembang dan aku beranikan diri untuk memegang. Di sana aku juga bilang saat ini datang sendirian tapi suatu saat akan datang dengan kamu , semua aku datengi dan pas ketika mau keluar terdengarlah adzan, sekalian saja sholat disana.
Setelah sholat ada tu keinginan untuk ngerokok, keluarlah aku dari area sambil mencari minum. Di luar yang dekat pagar aku lihati menara, masih sama beliaunya tersenyum. Lalu aku mendekat disana melihat dua sosok perempuan dan laki-laki tapi yang aku perhatikan yang perempuan. Beliaunya sangat cantik mengenakan baju biasa sepertinya masalahnya aku lihatnya di bagian leher ke atas beliau rambutnya di konde tapi bukan seperti konde pengantin yang besar gitu. Beliau seperti menyuruhku untuk ke atas tapi aku katakan nanti bukan sekarang waktunya. Setelah itu langsung pulang karena dari awal pas mau berangkat ibuk sudah pesan sore motornya mau di pake. Oh ya awalnya aku juga mau ke kelenteng setelah dari dalam tapi aku urungkan seperti ada yang mengatakan bahwa sekarang enggak dulu kekelenteng nya. Aku berjalan ke arah sana tapi ga ke kelenteng. Hanya menyusuri penjual mencari tasbih tapi ga nemu yang pas (*).

[12:08] A: Iya
Mie ayam mau ga yo, sini barengan
[12:28] Y: Mauuuuuuuuuuuuuuuu, pasti mie ayamnya pake kuah.
Aku maunya ndak pake kuah. Kalau pun ada cuma dikiiiiiiiit bangeeeeet.
[12:29] A: Ni ga ada kuahnya
Kalau masalah makanan hadaaaaah jangan di tanya dah, memang yongsa segala jenis makanan yang tersedia akan di makannya sampai habis tapi ga terlalu 'kikrik' memilih-milih untuk jenis, tempat dan penjualnya. Dalam artian ga sembarang tempat yang menjual makanan dia mau makan disana.
[12:30] Y: Yeeeeeees. Mauuuuuuuuuu.
[12:31] A: Tp udah habis
[12:31] Y: Gimana rasanya ya kalau disuapi ama kamu. Hehee
[12:31] A: Lah kemaren kan udah maem leker
[12:32] Y: Kebiasaaaaaaaaaaaaaan, udah habis tapi ditawariiiin.
Wis kebacut ngiler iki. Nesuuu aku.
Hu'um. Pas waktu itu mau aku gigit sekalian jari kamu.
[12:37] A: Tadi pas mau maem langsung nawari, kan kamu nya lama makanya habis duluan. Iiiiih iiiiiih

[12:40] Y: Hmz
[12:41] Y: Sampe rumah belum jadi dimasak, udah dibela-belain ndak makan diluar, biar bisa maem dirumah eeh malah gini. Duuh duuh duuuh
[12:42] A: Dari pagi brati belum maem yo
[12:49] Y: Hehe
[12:49] Y: Aku kuat
[12:57] A: Percaya kalau kamu kuat tapi ga buat cacing di perutmu
[13:00] Y: Cacing?
[13:01] A: Iya
[13:02] Y: Jadi kamu lebih perhatian ke cacing? Jadi lebih mengkhawatirkan cacing? Jadi...............? Ok, kalem.
[13:03] A: Kalau cacingnya demo otomatis kan akan terjadi sesuatu di perutmu dan akan bikin sakit kan
[13:05] Y: Bisa aja nutupi nya.
[13:06] A: Apanya yang di tutupi
[13:06] Y: Ndak.
[13:07] A: Huuuuuuu.

[13:07] A: Udah sana lho maem keburu sore
[13:08] Y: Maem apa?
[13:10] A: Ya maem apa gtu yang bisa dimaem
[13:10] Y: Nanti sorean aja dah
[13:13] A: Kok sore. Trus ni ga maem gtu
[13:15] Y: Ya sore nunggu masakan mateng

[13:15] Y: Kenapa ya dalam sebuah hubungan itu terkadang ada perpisahan?
Bukan tentang maut yang menjadi alasan, namun tentang kebosanan trus malah berpaling, lebih parahnya menyabang?
[13:27] A: Ya karena mencari kesempurnaan
[13:34] Y: Kesempurnaan yang seperti apa yang dicari?
Lalu harus ada kesempurnaan dulu baru menjalin sebuah hubungan, gitu?
Jika begitu, kenapa diawal harus menjalin hubungan, bukankah saat pertama juga terlihat sempurna?
[13:36] A: Setiap ornk pastinya menafsirkannya berbeda-beda. Biasanya perpisahan ada karena tidak siapan dengan adanya perubahan
Dari awal pun udah tau ga sempurna namun cinta membutakan or menutupi kekurangan itu
[13:39] Y: Indah.
[13:39] A: Apa nya
[13:40] Y: Kenala tidak siap dengan perubahan?
Yang dimau tetap seperti sedia kala gitu? Bukan kah perubahan itu justru diperlukan?
Membutakan?Apa yang dibutakan? Jelas-jelas sudah terlihat, berasa?
Ini yang indah ~> Setiap ornk pastinya menafsirkannya berbeda-beda.

[13:44] A: Terkadang orang kaget dan ga siap dengan perubahan yang besar.
Iya setiap orang itu akan berubah selama dia masih hidup dan bila pasangan itu bisa mengikuti ritme perubahan dirinya juha pasangannya maka mreka akan menciptakan simfoni kehidupan tp ada yg ga siap dgn perubahan terlebih terkadang perubahan itu ada ego di dlmnya
[13:45] : Cinta.... setiap ornk akan memiliki mimpi dan pandangan sendiri tentang cinta, iya terlihat tapi bukankah yang terlihat seringnya ga sama dengan apa yg dibayangkan....
[13:48] Y: Ow gt.
[13:49] A: Ya secara pastinya ga paham juga yo
[13:57] Y: Sebegitu rumitkah? Padahal cinta itu sangatlah sederhana.
[13:58] A: Cinta itu sederhana namun orang yang menjalani ato orang yang ada di sekelilingnya yang membuat sedikit kerumitan
[14:04] Y: Kalau sudah tau sederhana lantas kenapa malah dibikin rumit?
Unsur kesengajaan atau memang harus rumit dalam menjalani nya?
[14:21] A: Kan ga semua orang berpikiran sama.
Seperti mau ke pasar ada yang muter, ada yang tau jalan pintas, ada yang milih ikut jalan angkot.
Kerumitan itu sudah melibatkan pikiran yo
[14:26] Y: Kalau perumpamaan itu yang kamu ambil, bukan kah tetap dalam tujuannya pasar yang sama?
Lantas kenapa malah menuju mall/ tempat yang lain?
Sedang yang dibutuh kan sebenarnya pasar yang menjadi tujuannya awalnya.

[14:28] A: Ketika berjalan dan melihat hal yang tertarik dan itu masih satu jalur kadang ada rasa penasaran dan memutuskan untuk menengok sebentar
[14:30] Y: Ow gitu to. Aku ngerti.
[14:32] A: Aku ga ngerti
Aku kira Yongsa bener-bener paham dengan yang aku katakan namun kenyataannya dia ga puas dengan jawaban yang aku berikan. Yongsa menganggap jawabanku bukan menjawab dari pertanyaan yang di ajukannya malah semakin melebar, untuk itulah dia mengatakan mengerti agar pembahasan tak semakin melebar dan bertambah kusut. Agar cepat selesai memilih untuk meng 'iya' kan jawaban yang aku kasih walaupun sebenarnya yang di inginkan tidak begitu.

Dan tak ada obrolan lagi. Ternyata ini karen yongsa sudah merasa kesel dengan lertanyaan dan bila nanti di lanjut akan semakin melebar itu akan lebih membuatnya semakin kesel. Makanya untuk hanya membaca pesan tanpa membalasnya. Terkadang saat mendapat pertanyaan aku tak mendapatkaa kaya yang tepat untuk menjabarkan agar lebih mudah diterima dan masuk akal dan saat tidak mendapatkan kata-kata yang tepat itulah mencoba mencari pemisalan dengan contoh atau hal lain yang sekiranya tetap mudah di pahami namun yongsa menerima penjelasanku begitu saja tanpa mengolah atau menelaah bahwa itu hanya semisal, contoh lain untuk memperjelas saja bukan sebuah jawaban dari pertanyaannya. Jadi yang seharusnya di jabarkan atau di telaah kembali malah hanya di terima apa adanya ya jelas saja akan terlihat semakin melebar dari pembahasan yang seharusnya.

[17:07] : Kmu gi marah, apa gi sebel, apa gi jengkel ga yo sekarang
[17:09] Y: Ndak ada rasa marah, sebel ataupun jengkel. Kenapa emangnya?
Apa kamu sedang merasa apa yang kamu tanyakan kapaku?
[17:09] A: Ga nanya aja. Enggak
[17:11] Y: Kenap tanya seperti itu?
[17:12] A: Karena tiba-tiba kepalaku pusing
[17:14] Y: Mungkin karena efek lain.
Jujur saja, awalnya memang iya, tapi aku bisa redam.
Mungkin ada sesuatu disekitarmu/orang yang keberadaannya jauh namun deket ama kamu lagi ada masalah sehingga butuh bantuanmu.
[17:27] A: Biasanya kalau kaya gtu sesek yo, bukan pusing. Kalau pusing itu orang yang aku ajak komunikasi or yang ada di sekelilingku saja
Bagus yo kalau bisa redam
[17:30] Y: Ow gt. Coba liat yang disekitarmu?
[17:30] A: Udah ga ada orang. Juga ga ngerasain apa-apa
[17:30] Y: Kek td pagi aja diomelin, mending aku tinggal setelah meminta maap. Seperti pengecut memang, saat menghindari.
Trus orang yang kamu maksud itu aku?
Maap yo, jika memang benar itu aku. Lain kali ndak diulang, semoga aku selalu ingat akan hal ini.

[17:32] A: Ya kalau ga kamu tinggalin malah akan lebih panjang kan
Bukan nuduh ato gimana yo, kamu jangan salah sangka aku hanya nanya saja. Soalnya kok pusing ya cuma dikit aja pusingnya.
Bukan mempersoalkan pusingku tapi kalau pun aku tanya kamu kenapa pastinya juga bakal kamu bilang gpp biar aku tenang.
Beneran aku gpp yo.
[17:38] Y: Km bukan nuduh, tapi memang benar adanya seperti itu. Maap yo
[17:39] A: Maap buat apa
[17:39] Y: Itu berarti ikatan kita semakin nyatu.
[17:40] A: Hu um
[17:46] Y: Yo maem.
[17:52] A: Maem ama apa
[17:57] Y: Ama nasi. Hehe
[18:02] Y: Hati-hati dalam perjalanan pulang.
[18:04] A: Lauk apa
[18:04] A: Iya aku pulang dulu yo, habis maem magrib an skalian ya
[18:05] Y: Iya

Sudah beberapa hari tidak ada perbincangan malam. Entah karena kita masih lelah atau karena kita ga ada yang perlu di perbincangkan. Meskipun ingin namun ada sesuatu yang berpendapat jika saat ini bukanlah saat yang tepat untuk ngobrol, biarkan diri sama-sama beristirahat sejenak. Namun rasanya aneh saja, setiap hari ngobrol menjelang tidur untuk bertukar cerita atau sekedar membahas sesuatu dimasa lalu atau yang akan dilakukan tapi tiba-tiba saja ga ada suara yang terdengar. Hampa dan itu sama sekali ga menyenangkan, untuk itu pula aku menolak untuk ga memberikan waktu sejenak, aku ingin waktu untuk kita, maka aku mulai menyapanya di malam ini.
[19:18] : Yoo
[19:23] Y: Kulo. Ada apa yo?
Apakah ada sesuatu yang mau kamu sampaikan?
[19:32] A: Ga ada apa-apa. Cuma manggil aja
[19:42] Y: Yakin dank ada apa-apa. Kenapa cuma manggil aja?
Kadang penasaran ketika Yongsa melontarkaa kata "apakah ada sesuatu yang ingin disampaikan?" Sebenarnya apa yang kamu rasakan saat itu yo hingga ada kalimat seperti itu, tapi tau sendiri lah jika aku tanya "apa yang kamu rasakan?!" Ga akan ada jawab yang bisa memperjelas dari kalimat yang terucap sebelumnya.
Ketika ada kata yakin saat itu aku ingin meegatakan "Kangen" namun aku berpikir kembali sepertinya itu klise, dan takut jika nanti di pertanyakan seperti waktu itu.

[19:43] A: Iya. Kan kamu lagi asik, ga mau ganggu aja
[19:46] Y: Maksudnya asiik gimana?
Ndak mau ganggu atau justrus sebaliknya, kamu yang ndak mau diganggu?
[19:47] A: Kan kamu lagi berimajinasi, lagi menggembalakan pikiran iya kan
Yeeee, kalau ga mau di ganggu ngapain juga manggil hayoook
[19:50] Y: Yeeee. Ndak tuuh
Kamu gi apa yo?
[19:51] A: Gi ga ngapa-ngapain
[19:51] Y: Tlpn boleh?
[19:52] A: Boleh
[19:54] Y: Yakin?
[19:54] A: Yakin
Dan malam ini kita bercerita tentang semua hal. Tentang apa yang selama ini menjadi ganjalan juga kesalah pahaman termasuk semua kesimpulan yang telah terbentuk dan ternyata salah. cerita tentang masa laluku, cerita tentang hati dan tentang kita, di malam ini sepertinya malam untuk saling mengerti dan mengurai segala kesalah pahaman. Membebaskan segala keraguan untuk merengkuh, menggenggam dan meyakini untuk sebuah komitmen. Dan ketika ngobrol meskipun di telepon sepertinya waktu berjalan begitu cepat hingga ga terasa bahwa kita sudah berjam-jam berbagi cerita di telepon.

[01:01] A: Masih mau ngobrol apa udahan ni telepon nya
[01:02] Y: Masiiiiih mauuuuuuuuuuuuuu, tapi kamu harus istrahat to
[01:04] A: Ga usah pake tapi iya apa enggak
[01:04] Y: Iyaaaaaaaaa
Dan telpon pun berlanjut. Ga tau dah kita sudah berapa jam berbincang di telepon. Walaupun masih ingin bercerita namun disisi lain kita diwajibkan untuk istirahat karena Yongsa harus bangun di sepertiga malam dan aku juga besok masih masuk kerja jadi sekitar jam 2 dini hari kita memutuskan untuk mengakhiri obrolan malam ini di telepon namun untuk melanjutkan di tempat biasa. Di tempat kita biasamenghabiskan waktu bersama.
[01:59] A: Buruan tidur yo, jgn ngerokok terus
[02:03] Y: Iya yo. Terimakasih untuk malam ini yo.
Kamu juga buruan tidur, sini ndusel. Jangan kelupaan doa dulu yo. (28/10)


★Ell