9/10/2015

Y ~ Masa Lalu, Sekarang, Nanti dan Masa Depan

Y : "Yoo bangun"
waktu menunjukkan angka 02:48 dan itu adalah saatnya bangun sepertiga malam.
A : "Maap yo ga bangun. badan kaya udah ga ada tenaga"
bangun sepertiga malam namun hanya untuk mematikan alarm karena badan brasa berat banget untuk bangun pegel dan lelah seluruh badan.
Y : "Yowis, rehat yoo"
A : "Hu um, kmu gi apa yo"
Y : "Masih berbaring diksur"
A : 'Tumben"
Y : "Mbuh iki piye rasane"
A : "Lha emang rasanya gimana. Rehat wae yoo"
A : "Hu um. Tapi kmu gpp kan yo"
Sepertinya ada sesuatu yang sudah terjadi tapi aku ga tau apa itu. Dia kelihatan ga semangat, dan sedikit lesu di pagi ini. Itu adalah hal yang jarang terjadi karena pagi adalah halindah baginya.

A : "Yoooooo"
Y : "Sholat dulu yoo.
Aku baik dan sehat yoo."
A : "Ntar yo skalian mandi. Beneran kamu gpp kan, brasa aneh deh"
Y : "Beneran ndak apa-apa aku. Kamu udah berangkat kerja?"
A : "Iya iyaaaa percaya kamu ga kenapa-kenapa. Tapi akunya yang knapa-kenapa hehehehe...
Udah ni, baru nyampe telat 3 menit."
Y : "Kamu kenapa yoo. Ko' telat. Kena sanksi lho"

A : "Kangen kamu. Enggak donk kan baru sekali kalau udah 3x baru kena potong"
Y : "Oh gt to "
A : "Kok mukanya kaya ga seneng gtu seh. Ya udah deh ga jadi kangen ajaah"
Y : "Ko' gt? Yakin ndak jadi kangen?"
A : "Lha kamu ga seneng gtu kliatannya. Ya ga yakin lah"
Y : 'Bukan gt, pan maunya ndak hanya dikangeni doang, tapi dimanja juga lah.
A : "Aaaah emang cowok maunya dimanja. Sini siniiiii nyender "
Y : "Dari sejak kapan iki rasane kepiye ngono, mbuh lah rasane ki . Eeh tadi harus melawan rasa emosi. Bener-bener terkuras.
Akhire aku kalah, aku berantem lagi ama ibu.
Padahal udah aku tahan, aku redam, sampe aku menunduk. sampe nangis pula. Sekarang kepalaku pusing. Berat banget."
Y : "Aku bukan cowok yo? Tapi masih boleh lah dimanja?
A : "Bighug "

Y : "Setiap emosi gt sekarang sering pusing, langsung keserang gt dikepala. Ampe bediri aja ndak bisa"
A : "Kamu sama ibu sama-sama keras, pernah ga coba mengikuti/memahami cara berpikir ibuk
Pusing itu seperti ada benturan yo antara emosi ama energi laen dalam tubuhmu. Aku biasanya juga gtu yo
Coba kamu tarik napas panjang dari hidung trus buang pelan-pelan dari mulut, ulangi sampai enkan yo. Sampe dadamu brasa longgaran "
Y : "Aku faham maksud ibu, bahkan aku sendiri salut ama ibu. tapi ada beberapa kata yg bener-benar ndak bisa diterima."
A : "Ya mungkin ibu ga menemukan kata yang tepat. Oooh iya deng kamu bukan cowok lagi
A : "Sini senderan nikmati apa yang bisa dilihat"
Y : "Sampe tadi aku ngomong apa juga aku ndak begitu faham, keras pula tapi sepertinya ibu langsung diem dengerin aku ngomong, ibu jadi nurut nada bicara ibu juga berubah jadi lembut, langsung searah setuju dengan omonganku . Sepertinya ibu  ketakutan gitu. Ndak tau kenapa

A : "Pengen tau ga kenapa"
Y : "Maksudnya. Keipingin boboan
A : "Kmu pengen tau ga ibu langsung diam, brasa ketakutan. Oke okeeee sini"
Y : "Kenapa ?
A : "Karena pada saat marah yang terlihat itu bukan kamu. Itu akan terlihat jelas dari mata."
Y : "Bari ditarik-tarik lah rambutku, cekot-cekot iki"
A : "Coba deh suatu saat buktiik klo pas emosi liat ke kaca. Ya cekot cekot emosi kamu belum stabil kok.
Rambut cepak gtu gimana nariknya. Di usap-usap aja yaa"
Y : "Lah trus siapa?"
A : "Yang jaga kamu tapi sisi buruknya"
Y : "Akan nampak kah?"
A : "Iya"

Y : "Udah netral lg sayang"
A : "pancaran mata akan brasa galak dan menyeramkan"
Y : "Dipijit-pijit dikit jg boleh lah"
A : "Siiiip.... Belajar ngendaliin emosi ya
Aaaah maunya banyak banget ni. Tapi tar beliin wedang ronde ya"
Y : "Yang jaga berapa to?
Ko ada sisi baik dan sisi buruk?"
Y : "Iya. Pan kepingin dimanja. Nagis lagi niiih. *ngancem*
A : "Ya tiap orang beda-beda yo. Tapi sepertinya kamu sudah sdikit terkontaminasi ama hal buruk (maksudnya yang ngikut tapi jahat) itulah yang bikin emosi kamu cepat naik.
Kamu yang ngikuti dia bukan dia yang ngikuti kmu. Iya iyaaa ni lho udah dipijitin kapalanya"
Y : "Oh gt to. Hehe
A : "Iya"
Y : "Yoo udah adzan, sholat dulu nyoook"
A : "Iya kamu duluan yo, ni temanku masih kebelakang belum balik"
Y : "Kepingin bareng jwe. Yawis aku disit yoo. (emot cium) nyolong

A : "Nanti magrib aja yo bareng
Y : "Selesai sudah. Kamu buruan"
Siiiip. Iya nunggu temanku selesai dulu. Mau nyender lagi ga ni"
Pan aku kepinginnya boboan. iiiiikh."
A : "Iya iyaaa sini. Hari ini boleh manja-manjaan sepuasnya deh"
Y : "Kemarin aku ndak ngrokok lho. Udah ganteng belum?
Aseeeek. Tapi ndak mau ada yang ganggu."
A : "Trus hari ini. Siaaaap kapten"

Y : "Dari pagi sampai tadi abis sholat, aku ndak ngrokok. Kalau sekarang......... Dadidudadidu........ Hehe"
A : "Nah nah naaaaaah. Brati gantengnya berkurang donk"
Y : "Mengenai siapa dan bagaimana peranan yang selalu ada menemani dan beserta kita selalu. Sungguh misteri.
Abaikan kegantengan yang berkurang itu."
A : "Misteri tp kita harus bisa tau yo"

Y : "Malaikat jibril itu ada berapa? Apakah hanya ada 1 saja?"
A : "Masalhnya ini tubuh kita jadi apa pun yang terjadi harusnya atas sepengetahuan kita. Satu"
Y : "Iya kita harus faham akan hal ini.
A : "Iya"
Y : "Ko' aku pernah mikir gini ya --> setiap orang mempunyai saudara kembar, sedulur papat lomo pancer, yaap seperti orang tua dulu.
Pancer jelas kita, lalu yang ke empat itu adalah Jibril, Israfil, Mikail dan Izrail."
A : "Makanya kmu coba kenali kalau yang baik biarkan tapi kalau yang jelek suruh pergi"
Y : "Nah itu? Berarti jibril dan ke 3 yang lainnya itu jumlah nya tidak 1."
A : "Nganggep gtu juga bisa yang penting kita punya pelindung"
Y : "Anggepanku malah setiap orang dikawal malaikat jibri dan 3 lainya sendiri-sendiri. Jadi jumlah malaikat ke 4 itu sejajar dengan jumlah manusia."

A : "Yo coba kalau pas tahajut mohon ama Allah bila sekiranya yang ngikut kamu baik biar bisa membatu orang lain tapi bila tidak baik minta untuk  dijauhkan saja"
Y : "Iya."
A : "iya 1 orang punya pengawal masing-masing"
Y : "Maksudku tentang malaikat yoo"
A : "Piye to"
Y : "Mbuh iki aku malah bingung dewe. Wis ora usah dibahas. Hehe
Buruan sholat atuh. Ko' otakku disuruh buat mikir rada susah ya, seperti kepentok gitu.
Ada keinginan untuk nembus pentokan itu ko' susah."
A : "Hu um"

Y : "Dulu pernah kita membagi setengah-setengah (otak dan hati), Berikan semua hatimu kepada ku yoo."
A : "Jangan dipaksain yo nanti juga kebuka sendiri kok soalnya smakin mencoba malah kamu nanti yang brasa sakit"
Y : "Iyo, aku paksain tapi malah sakit"
A : "Brati tuker-tukeran gtu ya. Trus aku jadi pemarah donk
Dibuat rileks aja mikir yg asik-asik.
Tar ya tungguin jangan kemana-mana. Buat kopi dulu yo"
Y : "Bukan tukeran yoo, aku minta duplikat nya aja, yg ori tetep utuh dikamu. Aku ndak mau nularin emosiku ke kamu"
A : "Boleh boleeeh. Kita belajar bareng ya
Y : "Aseeeek 

Y : "Sini duplikatnya. *merem*
A : "Ambil to. Tapi harus di jaga baik-baik ya"
Y: "Aku ndak mau mengambilnya jika kamu ndak memberikannya.
Jadi kamu yang harus menyerahkan nya. Kami yakin, aku bisa menjaga nya?"
A : "Okeh sekarang merem deh. Merem"
Y : "Iya"
A : "Kalau ga yakin ga bakal aku iya in kan.
Gimana kalai kamu berikan keberanian buatku"
Y : "Diluar tubuh ada reaksi, namun aku belum merasakan sesuatu yang di dalam. Tapi sempet ada dorongan dari belakang, ko' gt ya?
Iya, aku akan duplikat keberanianku buat kamu."

A : "Harusnya malam yo kan lebih bisa fokus"
Y : "Emang harus malam hari ya?
Bukan kah setiap saat bisa saja terjadi."
A : "Kadang juga bingung. Mengapa ama kamu brasa kaya ga wajar pas manggil kamu datang trus kadang kaya bisa liat kamu ngapain.
Kadang bisa ngerasain apa yang jadi pikiranmu, bahkan bisa begitu saja ngikuti jalan pikiranmu
Ga tau juga kenapa malam kan bisa lebih fokus dibanding pas banyak orang
Kaya pas tempo hari aku benar-benar ngerasain genggaman kamu sungguh"
Y : "Hu'um. Ini suatu hal yang wajar ndak sih?
Selain ama aku, apakah kamu demikian dengan orang tertentu?
Padahal aku sendiri diatas, tapi angin lagi ribut.
Iya, pas waktu aku memintamu berbaring di sampingku itu bener-bener nyata. Sampai aku liat dirimu, trus aku lepaskan genggaman itu."

A : "Selama ini ga pernah ampe segitunya cuma kepekaan aja merasakan emosi orang lain bahkan ama temanku sendiri pun ga bisa seperti ini paling ngerasain cuma dikit itu juga ga bisa jabarin kenapanya
Iya"
Y : "Kamu bisa nangkep sinyal, Mungkin temenmu ndak menyambut, jadi ndak ada lintasan bulat."
A : "Kalai itu benar nyata lha wong jariku dari kebuka trus perlahan setengah menutup kaya orang gandengan lama-lama jadi pegangan kenceng itu tanganku hampir mengepal sempurna pas kmu lepas juga tanganku perlahan kebuka.
Ya mungkin juga seh. Kaya pas kamu pengen ngerasain deg degannya  gimana itu juga bisa to tapi ga sebagus sebelumnya"
Y : "Aku ndak sengaja terlalu erat menggenggam, tapi langsung sadar trus aku lepasin. Terjadilah sesuatu yang menyakitkan kemudian."
A : "Menyakitkan gimana"
Y : "Hu'um. Terkadang aku takut yoo, aku menularkan sesuatu yang ndak baik ke kamu. Itu yang pernah aku bilang ke kamu bahwa aku takut ama kami bukan karena apa.
Ya pokonya ada sesuatu kejadian setelah aku lepas genggaman itu."

A : "Tenang aja yo sedikit banyak aku udah bisa bedain mana yang baik dan yang enggak. juga bisa mengenali suara walau masih dikit-dikit eh
Kamu ga bisa nguasai dirimu ya"
Y : "Aku ndak tenang yo, namanya juga energi, bisa saja dalam penyamaran, hal yang buruk terkadang terlihat dan berasa baik."
A : "Harusnya waktu itu ga kamu lepas yo"
Y : "Belum sepenuh nya bisa mengendalikan diri. Makanya sering terjadi perlawanan. Kata orang perang brotoyudho dalam diri sendiri, tapi ndak tau juga sih."
A : "Bukankah 2 orank jauh lebih baik dan bisa menjadi team yang solit"
Y : "Aku ndak tega liat kamu waktu itu yoo."
A : "Inget ga waktu aku bilang kalau kmu sudah mulai sedikit melenceng. Nah itulah yang kamu perangi yo
Trus apa aku bisa tersenyum liat kAmu kaya gtu"
Y : "Iya sih, kita akan lebih kuat jika kita bersama, tapi tetep ndak tega yoo"
A : "Mungkin saat seperti itu malah lbh bisa mempertajam buat misi selanjutnya yo"
Y : "Hu'um.

Y : "Tapi akhir-akhir ini seperti ndak ada peperangan lagi.
Apa mungkin lagi lada mengatur strategi kali ya? Duuuh
Setelah terlepas, malahan aku menyuruhmu balik, aku memalingkan tubuhku menghadap kelain arah.
A : "Mungkin belum ada bentrok aja yo. Tapi berharapnya selesai yang jelek pergi"
Y : "Mungkin. Iya, semoga udah pergi.
Tapi ko' aku berasa suatu saat ada serangan lagi"
A : "Tubuh kamu belum sembuh total yo. Harus bertahap"
Y : "Iya sih, aku juga ngerasa tubuh ini berbeda.
Entah perbedaan menuju yang baik, atau malah sebaliknya. Aku belum tau.

Y : "Oia, rasa sakit didada udah ndak berasa, dipegang pun ndak sakit, tapi kalau dikasih tehanan, masih berasa sakit."
A : "Coba 3-4 hari lagi yo dirasain. Mudah-mudahan hal baik"
Y : "Iya. Semoga hal yang baik, aaminn"
A : "Asal kamu tetap di kudus bisa yo"
Y : "Kenapa harus dikudus? Mungkin selasa aku balik kejogja.
Tadi nya ibu nyuruh aku kecirebon, tapi aku ndak mau, aku tetep mau ke jogja."
Mendengar ini mulai ada kehawatiran sendiri dalam diriku tentangmu yo. Entahlah aku ga suka jika kamu balik ke Jogja, aku pun ga tau alasan pastinya apa tapi ada hal-hal yang sepertinya belum bisa aku jabarkan dengan jelas.
A : "Pernah kan aku bilang lebih suka kamu di kudus daripada di jogja
Karena aku ngerasa di jogja terlalu banyak gangguan yo. Banyak teman-teman kmu yg 'pinter' dan saat kumpul kamu mendengar apa perkataan mereka dan tanpa disadari terekam dan kamu ingin lakukan ini itu karena menurut kamu semua itu benar.
Disana kamu bisa tersesat yo. Aku sangat ga mau itu terjadi"
Y : "Tapi kalau aku dikudus, aku ndak bisa bergerak, aku belum kenal dengan kota kudus, kehidpan dan lain-lainnya.
Lagian aku ama ibu juga ndak searah. Aku mencoba welcome akan kudus, tapi seperti ada penolakan.
Iya sih, banyak orang tua dan orang 'pintar' berdatangan ke Jogja, sebagian aku pernah bertatap muka, sebagian hanya merasa."

A : "Yo gimana kamu bisa kenal kalau kamu ga mencoba membuka diri
Masalah sama ibuk itu karen kalian sama kerasnya dan ga pernah tinggal bersama lama.
Yang menolak itu diri kamu karena kamu sudah menganggap Jogj tempat yang tepat, disana banyak orang yang kamu kenal disana lebih menjanjikan banyak hal
Sedangkan di kudus kamu seperti babat alas jadi harus berjuang dari nol sedangkan di jogja kan kmu tinggal ngikut sudah ada jalan buat kamu susuri.
Ingat yo tidak semua ilmu orang pinter cocok buat kamu. Kamu harus bisa gali sendiri apa yang kamu punya, apa yang kamu bisa.
Itu diri kamu, tubuh kamu, kamu yang harus tentuin, kamu yang jadi sopirnya dan buat stelan seberapa kamu nyaman untuk melaju itu yang terpenting. Belajat outo didak sayang maksudnya"

Y : "Yoo, aku ndak bisa berlama-lama dirumah ini, ini bukan rumahku meski ini yang bangun ibu.
Ada sesuatu yang disembunyiin ibu dariku, tapi aku belum tau.
Kalau tanah ada bagianku, tapi ibu ndak memberikan. Semua anak udah dapat bagiannya masing-masing terakhir kemarin ngurus tanah itu harusnya buat aku, kata adek. Tapi aku ndak diikut sertakan.
Aku ndak meminta, aku ndak mempertanyakan sungguh aku tidak meminta dan menuntut.Kalau aku dikudus, aku tinggal dimana?
Sedang aku belum ada pekerjaan dikudus. Aku dirumah ini, tapi seperti tidak merasakan pulang kerumah.
Kalau ndak tau yang buruk, bagaimana kita bisa tau yang baik. Aku saring semuannya, bukan berarti aku ngikuti yang buruk. Yoo, yakin kan, aku akan baik.
Dulu aku pernah bilang, aku ndak sholat tapi alhamdulillah sekarang aku sholat meski belum setepat waktu dan terkadang bolong. Kamu bisa kan rasakan perubahanku?"

A : "Sementara di kudus dulu yo, biar kamu benar-benar punya tameng
Biar kondisi tubuh stabil
Kalau sifat aku bisa rasain tapi yang ada di diri kamu yo"
Sepertinya aku mulai frustasi ga tau lagi bagaimana meyakinkanmu untuk menetap di tempatmu sekarang bukan kembali. Aaaah andai aku bisa menjelaskan semua baik yang aku rasakan juga tentang kehawatiranku untukmu yo.
Y : "Sholat dulu yoo udah adzan. Tapi aku mandi dulu. Hehe.
Awas jangan ngintip."
A : "Masih ada pencarian yang kamu sendiri saja ga tau. Wooooo mandi sukanya malam-malam. Waktu sudah lewat dari adzan magrib dan dia belum mandi itu sesuatu banget deh.

Y : "Hu'um. Pencarian apa ya, hingga ampe terkeok-keok mencari nya.
Hehe, baru kali ini.
Kamu ndak nakal to. Hayoooooo.
A : "Aku jg ga paham yo, lha wong kaya ada sesuatu yang kaya nyuruh buat bantu kamu. Bantu apa juga ga ngerti.
Tapi entah ya pokoknya aku sreknya kamu di kudus dalam waktu yang lumayan lama. Ada sesuatu disana buat kamu.
Nakal apa lagi, cuma buat kopi doank ni lho"
Sebenarnya ada sedikit rasa bersalah karena selama menunggu dia mandi sempat berbalas pesan dengan teman lain, ya walaupun itu hanya sebentar saja.

Y : "Siapa yang ngasih arahan ke kamu buat bantu aku yoo?
Tapi ko' aku ndak merasakan sesuatu yang greget ya disini?"
A : "Ga tau cuma ada suara, suaranya lembut. Belum sayang, saat ini masih adaptasi"
Y : "Sip lah kalau ndak nakal.
A : "Hehehehe. Joinan kopi yo ama roti"
Y : "Kenapa sepertinya kamu duluan yang diberi isyarat? Kenapa bukan aku duluan?"
A : "Mungkin ngerasanya aku udah siap, udah nyelesein tugas jadi ga masalah diberi tugas baru. Hehehehehe...."
Y : "Mau kopi buatanmu yoo, tadi aku bikin kopi yang udah dibungkus plastik ama ibu yang udah ditakar, rasanya aneh, ndak seperti kopi biasanya. Ini kopiku masih penuh, baru aku minum dikit.
Roti apa yoo? Mau dong. Stock roti udah abis disini.
Mungkin juga seperti itu."
A : "Ini masih panas tapi, baru aja buat trus kamu datang.
Sari roti raisin. tu roti ama kopinya.
Tadinya mau buat milo anget tapi entah mengapa sreknya kopi"

Y : "Aaaaaaakk. Mauuuuuuuuu
Itu sendok bukan disitu tempatnya."
Hadaaah, selalu deh kalau di kasih lihat pic fokusnya bukan yang jadi permasalahan malah sekitarnya.
A : "Kalau dimasukin ke gelas malah ga bagus donk sayang"
Y : "Pan bisa dicuci lalu ditaruh ketempat nya"
A : "Hadaaaaah nyucinya ya nanti lah skalian ama gelas. Kan masih dipake ngudek biar kopinya ga diatas"
Y : "Diiiiiih ko' gt"
A : "Gtu gimana. Kan ga ditaro di meja, ada lemek sendoknya"
Y : "Aku kalau nyeduh kopi hanya sekali ngaduk, tapi 7x putaran berlawanan dengan arah jarum jam. Ya gitu, ndak ringkes."
A : "Kalau aernya panas banget kopinya bisa larut lha ni kan cuma dispenser ga panas banget aernya"
Y : "Oh, masih ngambang gt ya"
A : "Iya"

A : "Oh ya pas kamu bilang ~jangan nakal ya or ga  nakal kan~ itu yang kamu rasakan apa"
Y : "Pan aku pan mau mandi. Hehe"
A : "Kan tadi bilangnya setelah mandi"
Y : "Pan awalanya bilang pas mau mandi.Piye to
Lah emang kenapa dan apa yang kamu perbuat? Hingga km mempertanyakan --> apa yg aku rasa? "
A : "Setelah mandi yo bilangnya. Engga ngapa-ngapain cuma penasaran aja"
Y : "Oia, maksudku kan gini --> awas jangan ngintip. Gitu~
Nah setelah selesai mandi trus sholat, aku kan balas WA kamu bla bla bla trus aku tanya --> kamu ndak nakal to. You know lah maksud dr kata itu. Hahaa.
Udah ah ndak usah dibahas, ngono ae kok. Huuuuuuuuu"
A : Hahahahha"

Y : "Gi apa yo?"
A : "Gi ngobrol ama kamu. kenapa minum kopi malah jadi ngantuk gini ya
Kmu gi apa yo"
Y : "Aku diruangan tempat biasanya.
Disini ada 3 kursi. 1 kursi yang aku duduki, yg ke 2 tempat naroh tipi, trus kursi yang ke 3 seperti nya kosong, km mau ? Atau aku yang ketempatmu?
Nah kan, sekarang kamu percaya bahwa kopi itu tidak membuat kita jadi ndak bisa tidur?"
A : "Sana pemandangan bagus ga. Kopi campuran yang bikin ga bisa tidur
Eh yo gimana kalau aku kesana trus kursi no 2 di taro depan aja biar bisa buat selonjoran 
Seketika saja aku berada disana duduk di sampingnya sambil nyender dengan tangan yang saling bertautan dan kaki kami sama-sama selonjoran di kursi yang ada di depan sedangkan kopi taro di bawah samping kursinya. Melihat malam dari balik jendela sambil ngobrol tentang bayak hal, brasa nyaman dan itu adalah satu wujud kebahagiaan yang sederhana tapi penuh makna.
Y : "Sama aja, ndak ada efek ndak bisa tidur"
A : "Buktinya kalau minum kopi bisa nyampe jam 3an itu juga dipaksa buat tidur.
Y : "Ko' aku sama aja ya, ndak ngefek. Waktunya tidur ya tidur.
Kalau pun ndak bisa tidur itu karena memang ada sesuatu yang dipikirkan."
A : "Ya mungkin karena aku jarang minum kopi x."

A :Gambar apa seh yo ga jelas. Kamu ceritain aja deh. Kamu di atas yo"
Y : "Masa ndak jelas. Kameraku ndak pokus kali ya pengaturannya.
Goyang juga sih tapi pas ngambilnya.
Jadi gini di samping kananku pas duduk, ada 2 kursi, yang 1 menghadap sejajar dengan yang aku duduki, yang satunya menghadap kekiri.
Lah dibelakang kursi yang aku duduki itu kakarku, trus di belakan kursi yang atunya ada 2 jendela, lah itu yang aku kirim pict pertama.
Hanya terlihat beberapa rumah, jalan dan pepohonan beserta lampu.
Iya, aku diatas.
Ibu dibawah lagi dengerin tipi bari motong kain.
Cs kalau aku turun trus nimbrung dideket ibu, ibu langsung pergi dan masuk kamar. Entah lah ibu tuh emang rock n roll.

A : "Hahahahaha"
Y : "Ko' ketawa?"
A : "Kmu ndeketi ga bantu malah minta di manja seh, udah tau masih motong"
Y : "Apa naik ke lantai yang diatas lagi po? Tapi rada gimana gitu..
Ndak manja yoo, kepingin nemeni aja bari ngobrolin apa kek. Kemarin-kemarin gt, langsung cuuuus kekamar. Bbbrrrrr"
A : "Yo tiba-tiba kok brasa takut ya, dada tu seperti berdesir gtu
tadi pas wudhu kan sekalian pipis to, jadi aku tutup pintunya trus di belakangku kaya ada bayangan sangat dekat banget deh
Enggak aah di situ aja
A : "Adaptasi yo, pelan-pelan ya biar ibu terbiasa dulu kamunya juga biasa"

Y : "Setiap ketoilet ngerasa seperti itu po?
Aku selalu menyendiri disini, ditempat ini."
A : "Enggak. Walaupun ada tapi ga kaya tadi. Coba deh kamu liat
Kenapa ga ngajak kalau pas disana. Perempuan yo sosoknya"
Y : "Ibu malah nyetuk kek gini --> kamu tuh bukan anakku, ngapain kamu kesini (bukan waktu ini ibu bilang tapi tahun berapa aku lupa). Aku nya nyengir ketawa kenceeng. Hahahaa.
Yang biasa nya itu bukan? Mungkin itu yang menghuni disaerah situ."
A : "Ya mungkin karena kamu ga ikut beliau dari kecil yo, ga usah di ambil hati ya
Ga tau, selama ini cuma ngerada ada tapi belum pernah tergambar sosoknya"
Y : "Aku mah ndak sakit ati, emang gt kalau ama anak-anak nya. Aku malah ketawa ko' waktu itu"

A : "Sekarang rasanya pantas mendapat cap penakut deh.
Akhir-akhir ni ga bisa ngilangin rasa takut bahkan semalam juga masih tidur ama ibuk.
Trus kemaren pas mau pulang kan pas lampu udah di matiin semua brasa liat banyak sosok ampe pas keluar lari aku"
Y : "Beliau ndak ada maksud apa-apa yoo, cuma terkadang menampakan bayangannya, itu bermaksud memberi tau kamu bahwa beliau ingin dianggap ada. Pikir ku seprti itu"
A : "Sosoknya apa"
Y : "Kalau kamu takut, ya selamanya kamu akan ketakutan.
Coba deh berani kan diri, mereka ndak akan mengganggu ko'. "
A : "Ya mungkin juga yo, tapi menurut cerita sudah ada beberapa orang yang diliati sosoknya pas di kamar mandi"
Y : "Meski selalu menampakan diri, tapi mereka ndak akan ikut campur/ gangguin kamu, terkecuali memang mereka ada tujuan, entah minta bantuan atau apa. Gt"
A : "Ga tau juga yo kenapa bisa setakut ini akhir-akhir ni padahal biasanya juga bisa ngalahin rasa takut
Aduuuuh jangan dulu deh ya. Nanti aja kalau udah benar-benar fit udah siap mental."

A : "Oh ya seharian ini aku ga liat sosok beliau hanya saja dada masih sering sesek"
Y : "Itu sebelum nya kamu bisa melawan rasa takut, tapi kenapa sekarang ndak bisa?"
A : "Sepertinya kepekaan indra penglihatanku mulai terbuka yo
Kalau dulu kan hanya merasakan kalau ada tapi sekarang mulai sedikit tergambar"
Y : "Iya udah, siapin semuanya dulu. Tapi jangan terlalu lama, kasian kamu juha selalu tersiksa dengan keadaan itu."

A : "Makanya kasih keberanianmu to
Y : "Baguslah kalau gt, tapi kalau kamu beranikan diri dan ndak ada rasa takut itu akan lebih bagus, artinya indra penglihatan akan terbuka jelas, ndak akan samar-samar.
Dan kedepannya kamu akan biasa aja kalau melihat sosok seperti mereka. Malah asik tau.
Iya nanti aku transfer."
A : "Emang kamu udah lalui fase itu yo"
Y : "Dulu aku punya temen, cewek, masih belia. Umur sekitaran 15 th an.
Dia bisa interaksi ama mahluk lain.
Becanda gt. Malahan lebih asik berteman ama mereka dibanding sesama manusia. Doi ada keturunan cina. Tapi sekarang udah ilang kontaknya."
A : "Dari dulu selalu bilang siap tapi deg deg an ga pernah bisa berhenti padahal udah mencoba ditenangkan juga.
Ooow gtu. Ya katanya kalau udah biasa enk-enk aja"
Y : "Aku belum melalui fase ini tapi pandanganku seperti itu. Aku siapkan untuk suatu saat."
A : "Siiiip bagus yo"

Y : "Siap yang kamu kata itu masih naik turun, artinya belum yakin mutlak."
A : "Maksudnya gimana"
Y : "Emang.
Aku kalau lagi ngumpul ama temen ku juga gt, mereka selalu di ikuti sosok lain. Ada macan lah ada sosok orang dulu lah. Ampe keder dewe aku.
Lah kamu bilang siap, tapi ko' masih ada rasa deg degan. Berarti kan emang masih ragu dan belum siap sepenuhnya.
Sekarang aku tanya, apa yang kamu takutkan dari mereka?"
A : "Mungkin karena belum pernah trus bru mau, ketambahan cerita di tv yang serem-serem gtu
Kan kadang kalau mau masuk zona baru ada ketakutan dalam diri sendiri padahal kalau udah di dalamnya juga jauh lebih baik dari yang dibayangkan... nah itu yo yang sedang terjadi"

Y : "Halaaaaaah. Gini aja aku kasih waktu, hari sabtu kamu harus berani.
Panggil aku jika kamu butuh aku, aku akan datang.
Tapi alangkah lebih baik nya kamu sendirian."
A : "Kemana. Tidur di kamarku sendiri"
Y : "Nah itu tau, kalau sudah melewati lintasan dan berada di tempat baru itu jauh lebih baik.
Jadi masih senang dengan ketakutan yang kamu alaimi?
Bukan kemana-mana, tapi berdamai dengan rasa takut, hingga ndak ada rasa takut lagi, bahasanya diganti, bukan melawan, tapi berdamai.
Karena kalaul melawan kesannya kita menantang."
A : "Tapi temeni dulu to
Setiap saat kalau pas ngerasa ada sesuatu spontan langsung berusaha nenangin diriku biar ga deg degan, biar bisa tenang"
Y : "Untuk mengawalinya, boleh tidur dikamar sendiri, atau disekitaran rumah.
Saat mereka menampakan diri, kamu salam seperti biasa lalu datangi, coba beriteraksi. Andai diajak kesuatu tempat, jangan mau. Biar mereka yang ada didunia kita, jangan kita masuk kedunia mereka.
Terkecuali kalau leluhur kamu yang membawamu, itu ndak jadi masalah.
Iya, aku temeni. Tadi pan aku udah bilang, panggil aku saat kamu butuh, aku datang.
Iya, pertama tenangi diri, kalau udah tenang baru lihat dengan penglihatan yang lain.

A : "Tapi jangan malam ini ya"
Y : "Iya. Sabtu malam minggu."
A : "Iya aku coba"
Y : "Kamu harus yakin seyakin yakinnya. Mutlak.
Buang semua rasa ragu dan takut serta pikiran yg mematahkan niat."
A : "Iya"
Y : "Santai wae yoo, ojo tegang ngono aah.
A : "Hehehehehe
Kesini yo temenin maen kartu daritadi ga jadi-jadi terus ni"
Y : "Aelah main kartu lg."
A : "Lha ga tau mau ngapain"
Y : "Lha kan masih ngantuk, nyender kamu malah tambah ngantuk"
A : "Nah nah nah.... Oia ko' punggungku terasa pegel nih.
Tau lah maksudku.....
Biar kamu ndak ngantu, gitu~
A : "Itu mah modus"

Y : "Yoo, km baik deh. *ini rayuan bukan maut*
A : "Emang dari dulu baek
Y : "Hahahahaa... Kalau baik ya buruan atuh
*berbaring tengkurep*
A : "Ga bisa mijit, di injak-injak aja ya, kan sama aja tu"
Y : "Di injak-injak? Eebusetdah.
Gimana nasib tubuh ini.
Yasalam -____-
A : "Pake satu kaki donk sayang"
Y : "Enggak ah,
Sebenere aku ki ora seneng nek dipijiti.
Rapenak blas. Malah piye ngono rasane"

A : "Tau ga yo dari tadi tu brasanya duduk samping kamu nyender sambil pegangan tangan dan kakinya selonjoran di kursi makanya malah tambah ngantuk
Lha kok minta dipijit... kamu tu ngerjain ya"
Y : "Hadeeeeh.
Emang berasa nyama gt?
A : "Iyalah"
Y : "Hehe. Ndak ngerjain.
Siapa tau kalau kamu yang mijitin jadi beda gt."
A : "Mijit tu bagian leher apa telapak tangan bukann punggung sayang
Kalau punggung tu di urut biasanya"

Y : "Bangun bangun banguuuuuuun.
Duduk sendiri, bukan waktunya bermanja-manja.
A : "Huuuuuh... paling kamu mau gantian nyender kan"
Y : "Masa' siih, aku ndak tau masalah pijit memijit, setauku ya pijit, meski disemua bagian."
A : "Iya lah"
Y : "Hehe. Aku seneng saat nyender ke kamu, tapi lebih nyaman kalau boboan paha kamu. Gitu"
A : "Mana bisa yo kan di kursi. Kalau pas nonton tv itu baru bisa"
Y : "Jarak rumah ketempat kerja jauh ndak sih? Berapa lama waktu yang ditempuh?"
A : "Kalau brangkat 8km , pulang 6km"
Y : "Kepinginya pas kamu duduk dirumput trus kamu nyender dipohon, baru lah aku boboan. Hehe
Bereti lain jalan saat brangkat ama pulang?"
A : "Kan sering kalau pas di bawah pohon ampe kamu tidur-tidur gtu kok
Iya kalau brangkat agak muter soale kalau lewat jalan pulang susah nyebrang"
Y : "Nah itu, makanya aku bilang lebih nyaman boboan.
Tapi ndak tega juga kamu ditinggal tidur."

A : "Tapi kenapa ya yang kamu pengeni itu sepertinya bener sering kita lakukan"
Y : "Oh gitu to. Kalau malam keadaan jalan gimana?
Rame atu sepi?
*cie mulai perhatian cie* kalem
A : "Ya tar sambil buat kerajinan manik-manik ya"
Apakah ini juga salah satu alasan yang ga bisa dijabarkan ketika ingin belajar kerajinan manik-manim dan merajut.
Y : "Hanya sepertinya atau memeng benar keadaannya?"
A : "Lumayan rame cuma jalan agak gelap tapi ada lampu seh"
Y : "Nah ntu. Sambil bikin apa gt. Kayak anyaman dari benang itu apa namanya yg pake jarum."
A : "Benar terjadi
Kalau pas nonton tv, dibawah pohon"

Y : "Kalau memang benar terjadi, coba selidiki?
Apakah dimasa lalu, masa sekarang atau masa nanti?
A : "Kalau kamu mah ada orang duduk langsung rebahan di pangkuanku tanpa permisi beda ama aku yang lebih suka nyender sambil pegangi tangan"
Y : "Ibu udah teriak-teriak. Suruh maem. Hadeeeeeh.
Sambil nyeloteh, kopine ora enaaaaak.
Hadeeeh ibu ibuu, hmzzz. Bikin gemes wae"
A : "Jam segini belum maem... hadeeeeh yo. gitu kok pengen gedein badan" jam sudah menunjukkan ke angka 20:49
Y : "Hehe"
A : "Beneran yo sering banget aku lihat kejadian kaya gtu, kadang di kamar juga gtu kamunya langsung ngasal tidur aja.
Trus sebentar mejamin mata baru deh cerewetnya keluar.
Tapi kalau pas nonton tv seringnya datang sambil bawa segelas teh bru deh rebahan
Masa kamu ga pernah seh ada gambaran kaya gtu"
Y : "Kalau yang aku rasa, keadaan dan kejadian kita itu memang sudah dialami di masalalu, sedang berlangsung dimasa sekarang dan akan terjadi di masa nanti.
Itu udah lama aku pendam, baru kali ini aku ngomong.
Takut kalau semua itu hanya imaji saja.
Bukan ndak pernah lagi, tapi memang seperti itu yang sering tergambar."
A : "Ga tau yo itu gambaran masalalu, sekarang, ato nanti
Yang pasti rumah mungil dengan halaman luas di dalamnya begitu buanyak kebahagiaan dan cinta"

A : "Maem dulu  sana udah malam lho ngobrolnya sambung habis maem"
Y : "Hu'um. Maem nyook barengan. Dimasakin ibu cumi"
A : "Yaaaah ga daritadi, masih kenyang ama kopi + roti
Aku temeni aja ya, sambil icip-icip dikit"
A : "Udah yo maemnya"
Y : "Udah selesai. Alhamdulillah. Masakan ibu tuh enak
Kamu bisa masak?"
A : "Ya jelas lah
Enggak... Cuma bisa dikit-dikit doank"
Y : "Hehe"
A : "Ngeledek ya"
Y : "Piye too, ko' ora iso masak. Kamu tuh harus bisa masak. Besok kalau udah nikah gimana?
Ini jelas aku ngledek. Dan memang harus dimarahi, mau ditambah tampol?"
A : "Ya awal masak serba tumis dulu aja. Sop, sayur bening, kue ama masakan daerah nyusul"
Y : "Tumis itu untuk seusia anak SMP, lah km ? Yasalam yooooooooooooo"
A : "Kamu aja yang masak to"
Y : "Aku ndak suka jajan, aku lebih suka masak sendiri. Ada kalanya aku yang masak, tapi yang utama ya kamu, KAMU."
A : "Anak SMP sekarang ga pegang pisau tapi pegangnya hp"

Y : "Singkirkan semua alasan yang ndak masuk diakal. Halaaah itu anak kekinian."
A : "Ya makanya masak tumis aja tar kalau masak nya susah dimasak bareng"
Duuuuuuh kalau udah gini mulai keluar dah seremnya, apa yang di mau ga bisa di nego. Tapi benar juga kalau seharusnya perempuan itu bisa masak.
Y: "Apapun alasanmu, TIDAK aku terima. TITIK.
Mumpung masih ada waktu, BELAJAR MASAK. Itu ibu kalau di dapur bantuin."
A : "Trus trus truuuuuuus
Malah bisa di ceramahi aku
Ibu juga ga suka masak, kalau masak ya itu itu doank kalau yang sulit ga bisa"
Y : "Trus kamu mau seperti ibu? Ndak ingin lebih dari ibu?"
A : "Enggak... mau bisa masak bikin kue juga"

A : "Yo tak siap-siap dulu ya lanjut kalai udah nyampe rumah"
Y : "Pokonya harus bisa. Dan wajib bisa. Ndak mau tau."
Y : "Oke, jangan sampai ada yg ketinggalan yoo. Ati-ati."
Kalau kaya gini mirip bener ama bapak, apalagi kalau udah bilang TITIK ga akan terima alasan apa pun dan kata 'harus' seperti kata wajib dan sesegera mungkin ga mau kalau hanya di usahakan tapi jadi.
Y : "Aku kepingin ikut kamu naik motor"
sudah tak ada jawaban tapi entah emang dia ikut naik motor atau hanya sugesti malam ini naik motor enk aja, sedikit ngepot dan brasa nyaman.

A : "Kamu juga harus bisa
Udah nyampe"
Y : "Intinya kamu. Kamuuuuuuu
Udah sholat blm yoo?"
A : "Kok akuuu.... Trus tugas kamu apa donk"
Iya
Y : "Tugas ku makan. Kamu yang masak
Udah apa belum ko' balasnya iya. Piye toooooooooo"
A : "Semua kerjan rumah aku kerjain trus kamu cuma makan, duduk cantik sambil ngayal gtu. Udah"

A : "Kenapa deg deg an tapi rasanya ga karuan ya"
Y : "Pokoknya km harus pinter masak. Karena aku suka makan.
Deg degan gimama? Waktu dirumah atau dikamar?"
A : 'Suka makan apa suka ngemil
Kaya deg degan tapi sampai keseluruh tubuh gtu. Sekarang di kmr ibuk"
Y : "Suka semuanya.
Yoo mbok kamu bisa masak to. Aku kepingin kamu bisa masak.
Wanita yang jago masak itu seksi.
Jangan takut sayang, semakin takut akan semakin kencang deg degan nya. Biasa aja"
A : "Udah pernah kepikir cari kursus masak tapi belum dapet
Lha wong mau belajar ngerajut aja belum jadi ampe sekrang gara-gara sedikit takut pergi sendirian
Ga takut cuma heran aja... kenapa ada deg degan yang ampe seluruh badan"
Y : "Yang penting masak dulu, kalau ngrajut bisa nyusul.
Kalau ndak takut, berati kamu berani. Ayo dicoba."

Y : "Aku sholat dulu yoo. Nanti aku temeni."
A : "Tar masak bayam aja to. Apanya yg dicoba
Hu um. Tak tunggu disini"
Y : "Harus menguasai segala macam masakan.
Dicoba untuk membuka semuanya.

Y : "Yoo"
A : "Ya. Kamu gi apa yo"
Y : "Gi rebahan.
Mencoba menembus ketempat kamu berada, tapi belum bisa.
Kamu dikamar sendiri apa dikamar ibu"
A : "Kenapa belum bisa. Dikamar ibuk"
Y : "Ndak tau kenapa? Mungkin karena dikamar ibu, ibu ndak ngizinin"
A : "Ooow gtu. Ga usah di paksain yo tar malah kamunya yang luka lho"
Y : "Trus aku harus gimana? Masih berasakah?
Dan karena tidak bisa datang menemuiku seperti biasanya inilah sepertinya mulai membuatnya bingung, berpikir untuk mencari cara bagaimana bisa menengok aku ketika sedang terlelap bahkan dia juga berusaha berkali-kali namun tetap ga bisa, seperti ada dinding yang menghalangi untuk kita tidak bisa saling datang sekedar melihat apa yang sedang dilakukannya. Mencari ketenangan ketika melihat seseorang yang dipikirkannya terlelap dalam mimpi.

A : "Ya ga gimana-gimana tar aja ketemu di tempat biasa
Kadang ilang kadang brasa"
Y : "Ko' gt sih yo."
A : "Gtu gimana"
Y : "Ndak
Aku merasakannya, ya benar merasakan kesedihan dan frustasi karena ga bisa melihat, ga bisa datang dan mengucapkan selamat tidur untukku.
A : "Kenapa yo"
Y : "Aku dah janji nemenin kamu, tapi ndak bisa
A : "Boro-boro kamu, aku aja juga kaya tersingkir
Terlalu banyak suara disini. Ini juga udah kamu temeni yo"
Y : "Tersingkir gimana? Suara benda apa omongan?"
A : "Ga bisa mikir. Benda"
Y : "Tapi kan beda yo."
A : "Teneni di mimpi aja yo itu jauh lebih mudah sepertinya"
Y : "Sepertinya kita harus mengakhiri obrolan di hp untuk malam ini."
A : "Iya. Sepertinya begitu, ngantik seperti ga mau kompromi lagi yo"
Y : "Lalu kita berdoa.. Aku mencoba untuk mendengar dan merasakan suasana yang ada disitu.
Semoga aku bisa membantu. Bighug."
A : "membantu apa. Bighug"
Y : "Kita letakkan hp sekarang."
A : "Iya... ayo"
Dan hari sudah berganti namun kami baru akan memejamkan mata sekedar melepas lelah. Entahlah itu kata yang benar atau tidak karena selama tidur aku juga ga merasakan seperti istirahat, banyak organ tubuh tetap bekerja seperti disaat terjaga bahkan bisa saja lebih keras bekerja. (09/09)