Y : "Pagii yooo"
A : "Met pagi menjelang siang juga yo. Baru bangun ya"
Y : "Yeee. Tadi setengah 6 udah bangun yoo. Emang kamu"
A : "Iiiih udah bangun daritadi lah. Cuma kalau sabtu gini kamar mandi antri makanya ga langsung bangun. Hehehehehe..."
Y : "Welaah. Jadi ini juga belum mandi?"
A : "Belum. Hehehehe. Masih dingin yo"
Y : "Yasalam. Justru kalau masih dingin itu malah yang bagus buat tubuh."
A : "Ntar aja siangan daripada malah demamnya balik lagi kan gawat"
A : "Kamu gi apa yo"
Y : "Ok, Bisa diterima alasannya.
Gi bingung. Dari tadi naik turun ndak jelas."
A : "Makanya pijitin sini biar cepet sembuh.
Daripada naik turun mending duduk diem liatin pohon. Eh maksudnya daunnya bukan pohonnya"
Y : "Semalem pas aku laper trus ngambil pisang itu pan udah sekitar jam 1 an to, itu ibu masih motongin kain loh. Eeh pagi-pagi udah ngluyur ndak tau kemana. Ampe sekarang ntah dimana"
A : "Waaaah hebat ya ibuk kmu"
Y : "Ada pohon sih, tapi posisi nya rada jauh, jadi kalau liatin daunnya ndak jelas, lagian daunnya kecil-kecil"
A : "Perlu di contoh tu, ulet
Tapi itu diwariskan ama kamu ga ya... hmmmm"
Y : "Aku aja sampe geleng-geleng kepala. Salut dah.
Maunya yang baik-baik aja yang diwariskan ke aku."
A : "Jangan geleng-geleng tapi di ikuti. Lah itu bukannya sangat baik"
Yo km udah sarapan?
A : "Belum"
Y : "Sarapan dulu yoo"
A : "Ambilin to"
Y : "Aku juga belum sarapan ini. Ini mau masak apa yaa?"
A : "Terserah ajaah kan kamu yang masak"
Y : "Liat bahan dulu"
A : "Adanya cuma bumbu dapur doank ama telor"
Y : "Hadeeeh. Goreng telor aja yoo
Aku malah udah dimasakin ama ibuu. Yasalam...
Kapan ibu masak? Kirain ndak dimasakin aku nya."
A : "Nah tu kurang apa lagi coba. Pergi udah di masakin gtu"
Y : "Hu'um *peluuuk emaaaaak*
Nyook sarapan yoo"
A : "Ambilin
Y : "Barengan aja to ah. Suka bandeng kah? Ini ama bandeng."
A : "Lha ya, kamu yang ambil trus dimakan bareng"
Y : "Ini udah. Ayoooo"
A : "Maem ama apa. Met maem yo, dinikmati ya makanannya"
Sudah ga ada jawaban dan ga ada balasan ataupun umpan balik dari yongsa, mungkin saking menikmati apa yang dimakannya sehingga ga menghiraukan lagi kedipan hp nya.
12:14
A : "Yoooo. Bangun udah adzan lho"
16:32
Y : "Aku udah mandi dong"
17:33
A : "Udah ganteng donk
Y : "Dari mana aja iiikh"
A : "Ga dari mana-mana siang habis minum obat tidur ampe sore bangun trus ngepel dan mandi udah"
Sejak kemaren aku off kerja karena badan lagi ngedrop.
A : "Kenapa kenapa kenapaaaaa... kangen ya
Kamu tu yang darimana katanya makan ga nongol-nongol"
Y : "hahaa. Aku tidur"
A : "Iiiiih habis maem kok tidur. Nunggu dulu biar nasinya turun baru tidur"
Y : "Izin dulu yoo"
ini artinya aku di suruh nunggu karena yongsa mau menjalankan kuajiban terlebih dahulu. Karena aku masih libur ya ga bisa bareng absennya.
A : "Hu um. Nitip salam ya"
Y : "Yoo"
A : "Dalem. Udah isya'an sekalian to"
Y : "Belum. Hehe
Gembrobyoos. Kamu gi apa yo"
A : "Nah lho emangnya habis ngapain ampe gembyobyos. lama kirain sekalian isyaan"
Y : "Ndak ngapa-ngapain. Kamu gi apa yo"
A : "Boonk aah."
Setelah mengatakan kata itu tiba-tiba saja ada rasa menyesal dan bersalah yang teramat dalam di lubuk hati. Seharusnya ga terlontar kata itu, karena itu sama saja menuduh dan tidak mempercayainya. Teramat sangat bersalah, namun untuk mengatakan 'maaf' itu juga ga mudah bukan sombong namun takut.... takut jika nanti ada penafsiran atau yongsa memiliki pemikiran yang lain lagi aku ga mau itu ada.
A : "Yo kesini temeni. Gi nonton tv"
Lama menanti datangnya pesan darinya namun yang di tunggu kagak datang-datang, sehingga untuk mencairkan suasana aku kirim umpan balik dengan harapan ada respon positif dan mencairlah semua seperti sedia kala.
A : "Apa itu artinya."
Y : "Ndak ada artinya"
A : "Kayanya gi sibuk, ya udah selesein aja dulu semuanya yo"
Mungkim yongsa tersinggung dengan apa yang tadi aku katakan, karena aku merasa dia sedikit kesal hanya saja ga mau memperlihatkannya padaku.
[20:35] Y: "Ndak sibuk.
Sekarang mulai banyak kata-kata --> ya udah. Heleeeeh"
[20:43] A: "Lha kamu ga ada respon kaya lagi malas ngobrol"
[20:45] Y: "Bukan malas ngobrol, tapi embuh iki"
[20:46] A: "Kenapa mang nya"
[20:47] Y: "Ndak kenapa. Cerita lah kamu yoo. Apa kek"
[20:48] A: "Lagi ga ada cerita. Sini nyender aja sambil nonton tv 'narnia'
[20:49] Y: "Aaaah, bilang aja ndak mau cerita karena lagi asik nonton tipi. Cerita yo"
[20:49] A: "Emang lagi ga ada cerita sayang
Eh ya inget semalam pas lagi ngobrol ntu kan aku agak sedikit gimana gtu kan trus ambil tasbih trus habis tak pake aku buat gelang
Nah dari sana lah keinginan punya gelang muncul lagi bahkan lebih besar dari sebelumnya
Trus ga tau dapat ide darimana tiba-tiba pengen ngajak kamu punya gelang kembaran"
[20:58] Y: "Haah. Masa sih. Aku juga butuh yoo"
[21:02] A: "Kan tasbihnya kecil aku pake ampe pagi malah
Jadi ngobrol ama kamu sambil ngepas-ngepasin di tangan trus tiba-tiba aja ada ide kaya gtu
Bukan tali tapi bulet-bulet kaya tasbih gtu bentuk gelangnya"
[19/9 21:04] Y: "Kemarin aku sempet mau dikasih temenku tasbih kecil dr batu seukuran gelang.
Tasbih itu katanya udah 13 tahun bersamanya.
Aku nya nolak secara halus aku bilang gini --> yaudah aku titipin ke kamu aja, jaga dan rawat ya.
Dan tadi barusan doi bilang ke aku, tasbihnya putus & salah 1 batunya pecah saat buat dzikir setelah sholat maghrib."
[21:05] Y: "Aku mau yoo. Aku butuuuh.
Tapi cari yang beda dan unik, mempunyai ciri khas tersendiri."
[21:05] : "Kemaren malam mau bilang tapi maju mundur gtu soalnya"
[21:06] Y: "Lah kenapa ko' maju mundur gt?"
[21:06] A: "Tasbih dari batu apa ga berat. Ya antara mau bilang kamu tapi gimana gtu"
Sepertinya kata 'gimana gtu' lebih sering di gunakan untuk menggambarkan sesuatu yang susah dijelaskan dengan kata.
[21:07] Y: "Aku juga ndak tau berat atau ndak nya."
[21:07] A: "Emang belum pegang"
[21:07] Y: "Gimana gt, gimana too. Iiiikh kamu tuuuh"
[21:08] A: "Ya kan kesannya kaya lebay lah yo masa cuma pengen gelang di omongin terus, kan tinggal beli. Mikirku gtu. Warna coklat"
[21:10] Y: "Belum. Orang doi di tanggerang."
[21:10] A: "Entah kalau warna emang aku dapat apa karena sering liat orang pake gelang kaya tasbih warna coklat kurang tau juga.
Ooow... Trus alasan teman kamu ngasih apa"
[21:11] Y: "Ya ndak lebay lah yoo. Hmzz.
Coklat? Ntar ntar ntar"
[21:13] A: "Tadi sore kan aku mikir mau nyari gelang di toko aksesoris tapi mungkin senin. Trus barusan kaya sekilas belinya tu bukan di toko aksesoris dan bukan di semarang
Kok kisaran demak kudus ya arahnya. Bingung deh... ini apa seh yo. Muria yo. Kalau ga salah. Aduuuuh malah pusing bulet gini seh"
[21:16] Y: "Ntar ntar ntar. Ko' aku ndak nemu ya yoo. Duuh"
[21:17] A: "Gelangnya bulet-bulet nggak gede juga ga kecil.
Kalau yang biasa dipake orang-orang kan agak gede nah ini agak kecil dari yang dipake orang-orang
Coba sekarang pegang tanganku sapa tau nemu"
[21:19] Y: "Bulet sedang gitu"
[21:20] A: "Susah yo... malah yang aku liat pas merem banyak banget potongan gambar. Pas merem tadi ada pria pake pakean adat jawa"
[21:21] Y: "Siapa beliau?"
[21:21] A: "Ga tau. Wajahnya tenang, adem"
[21:22] Y: "Coba liat lagi yoo"
[21:22] A: "Ga tau beliau siapa. Sekilas kliatan punya kumis tapi kayanya enggak"
[21:23] Y: "Coba kirim ke aku gambarannya"
[21:25] A: "Ga bisa konsentrasi yo"
[21:26] Y: "Ntar"
[21:27] A: Ni aku udah di kamar sapa tau bisa. Kamu nemu yo. Aku ga bisa tak paksain kepalaku malah pusing"
[21:34] Y: "Ndak pokus, tapi arahnya menuju ke colo, ya muria.
Tapi ndak tau bener apa ndak, sebelumnya kuping kiri selalu mendengung."
[21:34] A: "Colo tu mana"
[21:35] Y: "Aku sih ndak pusing, cuma kek kesemutan."
[21:35] A: "Kesemutan gimana yo"
[21:36] Y: "Colo, gunung muria. (Makam sunan muria)
Masih daerah kudus juga.
Ya kesemutan gt yo. Ya seperti biasa ndreeet ndreeeet gt"
[21:37] A: "Kamu pernah kesana"
[21:37] Y: "Aku pernah kesana. Tapi dulu."
[21:38] A: "Bisa gambarin suasana disana kaya apa ga
Yo kamu tetep fokus ya tar kalau nemu sesuatu aku liatin
Kayanya sosok itu salah satu wali deh"
[21:41] Y: "Aku lupa yo. Daerah pegunungan yoo."
[21:42] A: "Bayanganku ada tanah agak tinggi tapi sebelumnya juga kaya deket jalan raya"
[21:43] Y: "Iya beliau salah 1 wali.(Sunan muria) yo"
[21:43] A: "Kalau sunan muria aku tau"
[21:43] Y: "Iya, diketinggian."
[21:44] A: "Tadi sosok yg aku liat itu lho pake blangkon trus baju adat jawa
Katanya kan ketinggian tapi bentuknya anak tangga ini tanah yo"
[21:45] Y: "Coba kita ulang dari awal lagi"
[21:45] A: "Tapi ga liat tangganya cuma tanah tinggi
Tanahnya coklat agak sedikit hitam, subur
Ibu udah beberapa kali kesana tapi tar kalau ditanya pasti malah cerita ga karuan bukan jawab apa yang ditanyain"
[21:51] Y: "Belum bisa yoo
Ko' ini malah suara ngiiiiiiiiiiiiing muluk sik"
[21:51] A: "Jangan dipaksain yo
Masalahnya otakku juga kaya blank tiba-tiba penuh.
ngiiiing gimana. Kaya bisikan ato kaya kemasukan aer"
[21:54] Y: "Kamu juga jangn dipaksa yoo. Tubuh kita juga belum bener-bener fit
Ya ngiiiiiiiing gt"
[21:55] A: "Iya, udah aku hentikan kok. Kamu dimana"
[21:55] Y: "Bukan seperti keduanya.
Suara ngiiiiiing, yang seperti berasal dari otak trus kedengeran ke kuping.
[21:56] A: "Kamu jangan tidur gelap-gelapan pake lampu kecil gtu lah yo. Mungkin sinyal yang ga bisa kebaca x"
[21:56] Y: "Aku menatap tembok, sepertinya wajah ku berubah. Aku dikamar.
Semenjak waktu itu, aku tidur dengan nyala lampu yoo.
Mungkin iya, mungkin tidak. Aku juga ndak tau yoo."
[21:58] A: "Berubah gimana"
[21:59] Y: "Sekarang wajahku kembali seperti biasa lagi.
Aku ngalami ini juga udah lama, cuma udah lama ndak berasa berubah. Tapi tadi barusan seperti berubah."
[22:00] A: "Maksudnya gmn to"
[22:00] Y: "Ya seperti bukan aku tapi itu aku."
[22:00] A: "Emang tadinya gimana trus berubah jadi gimana"
[22:01] Y: "Ndak tau ah. Aku juga ndak ngerti yo"
[22:02] A: "Hahahahahha... Kalau aku mata yang berubah.
Berubah seperti seharusnya apa berubah laen"
[22:05] Y: "Iya, sedikit tau kalau kamu daerah mata. iiiiiiikh, maksa mulu kamu mah"
[22:06] A: "Emang aku pernah cerita tentang mata ya"
[22:06] Y: "Bersih putih bagus berwibawa tenang"
[22:06] A: "Lha penasaran"
[22:07] Y: "Ndak tuuh"
[22:07] A: "Trus tau darimana"
[22:08] Y: "Pas natap tembok trus tutup mata, aku lihat dan rasa. Gt yoo.
Tapi embuh lah. Ngliat aja."
[22:09] A: "Binguuuuuuuung. Sepertinya saat ini kata-katamu susah dimengerti
Liat dan rasa apa yo. Tau dari mana kasih tau donk"
[22:12] Y: "Aku dewe yo bingung ko' yo. Kita tutup dengan bacaan hamdalah sekalian."
[22:12] A: "Gini gini dibahas satu satu ya. Tuh kan, kasih tau dulu donk"
[22:13] Y: "Jewer juga nih"
[22:14] A: "Lha kamu bikin penasaran seh. Kalau udah penasaran ya bakal tak uber ampe tau.
Yo yooooo yoooooooo yooooooooooooo kasih tau"
[22:16] Y: *sodorin pipi*
[22:17] A: "Iiiih kasih tau yoooo"
[22:20] Y: "Udah yo. bikin tema baru aja"
[22:22] A: "Tapi besok jawab ya"
[22:22] Y: "Untuk apa sih yoo"
[22:24] A: "Ga jadi"
Mendengar kata-kata yongsa langsung saja merasa kecewa, aku hanya ingin tau dan memastikan apakah yang aku rasakan sama seperti yang kamu lihat yo. Dan kecewa itu seperti membuatku malasuntuk melanjutkan obrolan, kamu pasti juga merasakan apa yang terjadi saat ini, sesuatu yang berkecamuk dalam diriku.
[22:28] Y: "Udah mau tidur kah yo"
[22:28] A: "Belum"
[22:28] Y: "Hmzz..."
[22:29] A: "Kenapa ik"
[22:30] Y: "Ndak kenapa-kenapa"
Dan hari ini pembicaraan di akhiri dengan mood yang ga begitu bagus. Bukan akhir yang manis, dan tidak untuk diperpanjang bila tak menginginkan bakal lebih rumit dan semakin ga ngenakin. Biarlah untuk malam ini saja akan seperti ini, tidak untuk hari-hari selamjutnya. (19/10)
★Ell