Memandang jauh ke langit malam dalam bulan sabit yang hanya sendiri tanpa ditemani bintang
Menetes air mataku yang begitu dalam mengingat satu masa yang telah terlewati.
Jatuh begitu deras, kesedihan sudah mulai mendesak menetes perlahan keluar dari sudut cangkang retina
Mengiris perih di sanubari mengalir dalam isak penuh lirih
Ku rasakan amat sangat lelah, jarak yang seharusnya indah kini hanya menimbun sepi dan kerinduan dalam dekap hangat.
Sendiri merengkuh gulita bersama harap dan mimpi
Sedang engkau disana termangu, pernahkah kau merasakan rindu yang begitu kelu tak terucap.
Setiap malam tiba nyanyian lagu sendu oleh angin berdesir berbisik lirih.
Apakah kau tau...
Ada rindu di sela jemariku yang kosong dan mulai kaku
Ada rindu di setiap tetes air mata yang mengalir
Ada rindu dibibir yang tak henti menyebut namamu
Ada rindu yang membekukan hatiku
Ada rindu di detak nadi yang berdenyut
Ada rindu yang membekukan setiap tetes darah yang mengalir
Ada rindu dengan sapa dan perhatian hangatmu
Menetes air mataku yang begitu dalam mengingat satu masa yang telah terlewati.
Jatuh begitu deras, kesedihan sudah mulai mendesak menetes perlahan keluar dari sudut cangkang retina
Mengiris perih di sanubari mengalir dalam isak penuh lirih
Ku rasakan amat sangat lelah, jarak yang seharusnya indah kini hanya menimbun sepi dan kerinduan dalam dekap hangat.
Sendiri merengkuh gulita bersama harap dan mimpi
Sedang engkau disana termangu, pernahkah kau merasakan rindu yang begitu kelu tak terucap.
Setiap malam tiba nyanyian lagu sendu oleh angin berdesir berbisik lirih.
Apakah kau tau...
Ada rindu di sela jemariku yang kosong dan mulai kaku
Ada rindu di setiap tetes air mata yang mengalir
Ada rindu dibibir yang tak henti menyebut namamu
Ada rindu yang membekukan hatiku
Ada rindu di detak nadi yang berdenyut
Ada rindu yang membekukan setiap tetes darah yang mengalir
Ada rindu dengan sapa dan perhatian hangatmu