8/26/2014

Sebuah Percakapan Kecil

Malam telah mengabarkan pada senja untuk segera beranjak sedari tadi. Menebar kedamaian pada jiwa-jiwa yang lelah dan menularkan keresahan pada hati yang terus menunggu, pada hati yang tetap berharap, serta pada hati yang selalu merindu. Tak kulihat bintang berkilau di langitku malam ini. Entah pergi kemana gerangan bintang yang setiap maalam aku tunggu kehadirannya itu.

Angin malam berhembus bersuara lirih, berbisik memanggil bersama hadirnya pengharapan yang mulai menyelimuti bayang-bayang malam. Ada sesuatu yang berontak meminta, menunggu untuk di dengar, entah sudah seberapa sering kalimat ini terlontar ketika pandangan mencoba menerobos malam gulita.

Hai tuan, bagaimana keadaanmu? tanya hati yang mulai terbiasa berbisik pada kekosongan dikala lelah mulai mendera raga.
Entahlah, mungkin sudah lelah bersuara, berharap untuk kembali namun tak menemukan jalan menuju ke rumah. Berharap untuk mengenggam tapi jemari ini tak merasakan kehadirannya. Ya, mungkin sudah lelah, mungkin hanya bisa menggenggam sendiri.

Sebenarnya bagaimana perasaanmu? tanyaku kembali kepada malam.
Bila kau menanyakan balik pertanyaan yang sama, apakah masih perlu jawab ketika semua sudah tertoreh dari setiap guratan yang hadir menemaniku, menyuarakan apa yang tak bisa terucap saat kau tak disini...
Aku akhirnya juga tidak tahu apapun. Tidak pernah tahu apa perasaan ini nyata, terlalu banyak gambaran dan bayangan yang memburam. Terlalu banyak harap yang akhirnya berubah jadi rasa lelah yang kurasakan sendiri. Terlalu banyak impian yang melumpuhkan akal sehatku..

Terkadang rasa lelah menyuruhku untuk berhenti menunggu dan pergi. Pergi? Apa benar aku bisa lakukan ? dan suara itu kemudian bergumam,

Benarkah aku harus pergi? Benarkah aku harus menyerah sampai di sini?
Dari awal aku telah memilihmu, menambatkan cinta pada seseorang yang aku yakini bisa menjaga hati yang rapuh ini. Berharap untuk kita terus bersama. Bukankah kau yang paling tahu bagaimana perasaanku. Kau merasakan apa yang kurasakan. Kita merasakan hal yang sama di setiap helaan nafas. Kita bahagia bersama.

Setelah semua yang kita lalui, haruskah kali ini kita kembal berlari menjauh? Diam-diam pergi dan akhirnya kembali dan tak lagi peduli. Aku tidak akan meninggalkanmu. Bahkan jika kau benar-benar mau pergi. Aku hanya tak ingin kau terluka lagi.

Aku terdiam. Mengenang tiap lembar cerita yang pernah kita buat. Mengingat semua kejadian-kejadian yang pernah terukir. Ya, kita memang selalu bersama. Aku terdiam. Dan dalam diam kemudian kulihat wajahnya, di hatiku yang terdalam semua tersimpan.