Sejak aku mengenalnya duniaku berubah, aku sangat mencintainya. Andai jarak ini tak ada tentunya semakin indah dan komplit kebahagiaanku. Kita tak perlu menunggu long weekend untuk bisa bertemu. Terkadang ada rasa was-was dengan berbagai prasangka yang bisa menyudutkan hatiku hingga menjadi sesak untuk bernafas ketika kau tak ada kabar atau terlalu lama membalas pesanku. Aku takut kau tergoda dengan perempuan lain disaat kau jauh dariku. Aku terlalu takut kehilanganmu karena aku sangat mencintaimu. Namun aku mencoba melawan pikiran-pikiran buruk itu meskipun tak mudah dan barulah reda disaat mendengar suaramu ataupun mendapat pesan darimu.
Bimbang yang menjadi-jadi seakan menjadi warna hari-hariku bersama cintamu. Aku tau jika landasan hubungan jarak jauh adalah kepercayaan, aku percaya dengannya namun aku ga percaya dengan lingkungan dimana dia berada. Entah di kantor, di lingkungan dia tinggal bahkan teman-temannya pastinya banyak, dan ada ceweknya lalu bagaimana jika...??! Aaah tak bisa kubayangkan. Semoga saja ini hanya kehawatiran tak mendasar yang muncul sesaat, selama ini dia menghadirkanku dalam setiap aktifitasnya dengan bercerita apa saja yang dia kerjakan dan siapa saja yang di temuinya satu hari penuh, begitu pun aku, ya walaupun tak ada yang penting karena sehari-hari aku hanya bermalas-malasan di depan tv selain membantu pekerjaan rumah ibu yang seabrek. Mungkin ini juga yang membuat kecemburuanku semakin ga terkendali, tak ada kegiatan untuk membunuh waktu yang serasa lambat berputar.
Sebenarnya bosan juga selalu berada di rumah, namun apa boleh dikata surat lamaran pekerjaanku belum satu pun yang mendapat respon dari pihak perusahaan, sedangkan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi juga membutuhkan dana yang ga sedikit lagian aku juga sudah capek untuk berpikir, ya mungkin kapasitas otakku terlalu kecil sehingga bila digunakan untuk menghafal dan berpikir berat mudah panas. Pernah juga mas pacar berkata jika ia sanggup untuk membiayai kuliahku sampai lulus tapi aku tolak, sumpah ya aku benar-benar sudah ga kuat bila harus berlama-lama memandang buku yang penuh dengan tulisan dan angka. Ya memang aku akui jika pendidikan itu penting tapi apa boleh dikata jika otak sudah tak merespon daripada dipaksakan juga hasilnya malah mengecewakan. Lagian bila pun jadi meneruskan ke perguruan tinggi aku tidak tau harus memilih jurusan apa, karena aku sama sekali ga punya keterampilan. Yang aku punya hanya cinta untukmu sayang, ahaaai....
Cerita di jam-jam tertentu menjelang malam seakan sudah menjadi rutinitas kita sebelum ngantuk menggelayut di kelopak mata sedikit banyak mampu melumerkan kegelisahan karena kangen ingin bertemu. Cinta... terlalu indah ketika menyapa, susah untuk menjabarkan apa yang sedang dirasakan karena yang aku rasakan hanya bahagia, sukacita, dan senang. Semua terlihat indah ya maklum saja pertalian kasih kami bisa dibilang masih seumur jagung jadi yang kami rasakan hanya rindu dan kangen saja setiap harinya.
BERSAMBUNG...