Sering pendapat pertanyaan 'apa kamu ga pengen cari kerja lagi....???!' dan dengan cepat akan aku jawab 'enggak, aku pengen usaha sendiri'.
Mungkin memang benar untuk memulai usaha tidak hanya didasari niat dan ingin, namun juga keberanian. Keberanian untuk memulai, keberanian melompat dari zona nyaman dan keberanian untuk menghadapi semuanya seorang diri.
Memulai usaha tidaklah mudah tapi juga tidak susah, bermodal nekat dan keyakinan kuat aku beranikan untuk berproses membangun pondasi dari usaha yang aku geluti sekarang. Seperti membangun rumah, membangun bisnis dibutuhkan kesabaran di awal. Tak serta merta orang akan langsung menyukai produk yang ditawarkan, mereka mau mengenal saja sudah bersyukur sekali. Perjuangan hari demi hari yang tak pasti, hari berganti bulan masih saja belum menampakkam hasil hingga membuatku perlahan dilanda krisis keyakinan. Mulai muncul pertanyakan yang menggerogoti keteguhan hati yang sedari awal sudah kokoh. Pertahanan mulai goyah, pemasukan yang tak seimbang dengan pengeluaran bahkan terkadang tak ada pendapatan sama sekali. Semakin terkikis keyakinan di dalam diriku terlebih ada beberapa orang di kehidupanku yang meragukan bahkan meremehkan bahwa usaha ini ga bisa dijadikan pegangan, namun ada juga beberapa orang yang terus saja memberikan suport untuk terus semangat dan meyakinkan bahwa seiring berjalannya waktu usahaku bisa berkembang dan besar. Aaaah andai semua orang bisa memberikan asupan semangat kepadaku setiap hari sungguh beruntungnya aku.
Aku tetap optimis bahwa apa keputusanku ini benar, bahwa usaha yang aku tekuni sekarang berdasar. Ya memang dari awal aku memulai usaha bukan hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah namun ada satu alasan yang mendasarinya. Dan aku juga berpegang bahwa bisnis ini tidak di ukur dengan nominal, aku mengerjakan sepenuh hati dan buatku mereka memberikan terima kasih dengan wajah ceria itu menjadi sebuah kebanggaan buatku yang artinya merek menyukai dan memberikan nilai positif dengan usahaku ini.
Ada banyak usaha yang ingin aku geluti, dan jika ditanya 'mana yang menjadi prioritas?' maka akan aku jawab semuanya prioritas, karena usaha yang aku rintis berbeda arah. Seperti mata angin dengan tekat yang menjadi porosnya. satu dengan yang lain tidak ada yang sama sudah ada waktunya sendiri-sendiri untuk menanganinya jadi tidak ada alasan bahwa tak ada waktu untuk ini-itu. Belajar managemen waktu agar lebih terarah tidak seperti sekarang yang lebih acakadut sehingga tak jarang target yang sudah dibuat berantakan hanya karena kurang matang menjadwalkan apa yang sudah terarah.
Terus bergerak seiring berjalannya waktu.
Jangan mengejar waktu, jangan mengkotak-kotakkan waktu namun berjalanlah bersama denting waktu yang terus berputar. Jadikan waktu menjadi teman. itu jauh lebih baik. (19/10/17)