Pekerjaan rumah sudah terselesaikan semua, mencuci, membersihkan rumah, setrika juga memasak untuk makan siang ketika yongsa datang. Sudah tak ada yang bisa aku kerjakan, daripada bengong atau hanya melihat acara televisi tanpa gerak aku pun mulai mengambil peralatan perangku yaitu kaos kaki untuk di rubah menjadi boneka-boneka lucu. Ya beginilah rutinitas yang aku lakukan semenjak tidak bekerja.
Aku memutuskan untuk berhenti bekerja bukan semata-mata permintaan dari suami melainkan juga keinginanku yang sudah mulai capek dengan rutinitas yang sama setiap harinya, daripada bekerja untuk orang lain maka aku beranikan mengambil keputusan untuk berhenti bekerja dan memulai usaha sendiri dengan membuat boneka dan kerajinan dari kertas. Aku belum begitu mahir membuat dan ini juga aku gunakan sebagai sambilan setelah pekerjaan rumah selesai.
Sambil menunggu suami pulang, aku mulai berkutat dengan jarum dan kain. Aku membawa beberapa kain dan peralatan jahit di depan televisi, ya sekalian mencari hiburan gitu.
Hari belum terlalu siang namun yongsa sudah pulang dari mengantarkan barang. Aku bergegas meninggalkan pekerjaanku untuk membukakan pagar yang aku kunci untuk menghindari orang yang tak di kenal masuk ke rumah.
"Jam segini sudah pulang yo..."
"Iya, cuma mengantar ke beberapa tempat yo"
Yongsa yang lelah dari bekerja duduk di depan televisi dekat dengan peralatan perang yang masih berserakan di di lantai. Aku mengambil segelas air putih untuk yongsa, yang langsung di teguknya hingga setengah gelas dan meletakkannya di meja.
"Mau makan sekarang apa nanti yo biar aku siapkan.." tanyaku kepada yongsa yang masih duduk di kursi panjang yang biasa kita gunakan untuk duduk berdua, meskipun tadi pagi sudah sarapan sebelum berangkat.
"Nanti saja yo, masih kenyang".
"Hu um. Kamu ganti baju dulu yo" sambil mengambil jaket dan kaos tangan yang tergeletak di kursi.
Aku mengangin-anginkan jaket yang yongsa pakai agar bagian yang basah karena keringat hilang dan meletakkan kaos tangan, helm serta masker ke tempat biasanya yaitu di tempat penyimpanan helm.
Dan aku kembali lagi dengan kesibukanku sebelumnya untuk membuat boneka.
Yongsa beberapa kali berseliweran di depanku hingga akhirnya tiduran di pangkuanku. Kebiasaan yongsa yang ga bisa liat kaki nganggur langsung saja dibuat bantalan. Ia mulai bercerita tentang pekerjaannya hari ini dan kejadian saat ia mengantarkan barang ke langganannya. Aku lihat yongsa memejamkan mata, mungkin lelah habis berkendara. Aku biarkan ia tertidur, namun namanya yongsa mana bisa diam, ia selalu usil menggangguku.
"Yo, aku bosan..." katanya tiba-tiba. Padahal aku kira ia tertidur pulas di pangkuanku ternyata hanya memejamkan mata saja.
"Bosan kenapa yo" Aku hentikan jahitan di kaos kaki dan memandang ke arahnya yang masih sibuk memainkan dakron isi boneka.
"Bosan aja yo"
"Lha iya bosan pastinya ada alasannya kenapa bisa bosan dan bosan dalam hal apa ni...?"
"Bosan ya bosan saja ga ada alasan untuk memperjelas. Bukannya tidak semua alasan bisa diutarakan"
Jika sudah begini dipaksapun juga kagak bakalan ada ujungnya malah akan memperkeruh suasana dan kadang malah akan menimbulkan pertengkaran. Aku memilih membiarkan, tidak menanggapi kebosanan yang baru saja dikatakannya.
"Yo, jalan-jalan yok biar ga bosen. kan sudah lama kita ga jalan-jalan"
"Mau kemana memangnya...?!"
"Ya kemana aja yo, yang penting jalan-jalan"
"Bukannya minggu kemaren habis main ke pantai ya..." mencoba mengingatkan dari kata 'sudah lama tidak jalan-jalan.
"Ya jalan-jalan lagi yo, namanya juga bosen. Ayo to yo jalan-jalan"
"Iya, tapi mau kemana sayang..."
"Ya jalan aja dulu nanti juga ketemu tujuannya."
"Aku mau ke pantai..."
" Boleh. Pantai mana yo...?!"
" Ya yang dekat aja yo, biar ga capek perjalanan"
"Kalau pantai mending yang bagus yo, kalau yang dekat kan udah kita datangi semua yo"
" Namanya juga jalan-jalan ya kemana aja boleh yo, mau ke tempat yang sama juga gapapa to"
"Hu um. Ini yang bosen kan aku yo, tapi kenapa kamu yang antusias yo"
"Hehehee..., ya anggap aja aku juga ikutan bosen"
"Bagaimana kalau kita menginap di pantai saja yo seperti waktu itu"
"Boleh-boleh. Kamu buruan mandi aku siapin semuanya biar cepat selesai semua"
"Bawa bekal sendiri ya yo"
"Iya sayang, masakan kita bawa semua aja ya yo nanti kita makan siang di pantai"
"Iya yo. Aku mandi dulu ya yo kamu siapin semua"
"Eeeh, kamu beresin ini yo (menunjuk peralatan jahit dan boneka yang belum jadi di tangan agar di bereskan suaminya)"
"Aduuuuh, memang wanita banyak maunya ya"
"Udah beresin aja sayang biar cepat berangkat"
"Iya sayangku, aku beresin."
"Nah gtu kan enak kerjasama, kalau kamu yang siapin baju ganti dan bekal malah juga paling ga mau.
"Iya sayang, ini kapan mulainya kalau nyerocos terus yo"
"Iya"
Dan mulailah bebenah, yongsa membersihkan kerajinanku lalu mandi sementara aku menyiapkan baju dan bekal yang akan di bawa.
Setelah semuanya siap kita pun berangkat, padahal belum tau tempat yang akan di tuju namun asal jalan nanti juga ketemu. Ini sama saja bolang ngasal dan karena hal seperti inilah kita sering menemukan tempat-tempat bagus yang belum banyak diketahui oleh orang lain. (17/08/16)
Aku memutuskan untuk berhenti bekerja bukan semata-mata permintaan dari suami melainkan juga keinginanku yang sudah mulai capek dengan rutinitas yang sama setiap harinya, daripada bekerja untuk orang lain maka aku beranikan mengambil keputusan untuk berhenti bekerja dan memulai usaha sendiri dengan membuat boneka dan kerajinan dari kertas. Aku belum begitu mahir membuat dan ini juga aku gunakan sebagai sambilan setelah pekerjaan rumah selesai.
Sambil menunggu suami pulang, aku mulai berkutat dengan jarum dan kain. Aku membawa beberapa kain dan peralatan jahit di depan televisi, ya sekalian mencari hiburan gitu.
Hari belum terlalu siang namun yongsa sudah pulang dari mengantarkan barang. Aku bergegas meninggalkan pekerjaanku untuk membukakan pagar yang aku kunci untuk menghindari orang yang tak di kenal masuk ke rumah.
"Jam segini sudah pulang yo..."
"Iya, cuma mengantar ke beberapa tempat yo"
Yongsa yang lelah dari bekerja duduk di depan televisi dekat dengan peralatan perang yang masih berserakan di di lantai. Aku mengambil segelas air putih untuk yongsa, yang langsung di teguknya hingga setengah gelas dan meletakkannya di meja.
"Mau makan sekarang apa nanti yo biar aku siapkan.." tanyaku kepada yongsa yang masih duduk di kursi panjang yang biasa kita gunakan untuk duduk berdua, meskipun tadi pagi sudah sarapan sebelum berangkat.
"Nanti saja yo, masih kenyang".
"Hu um. Kamu ganti baju dulu yo" sambil mengambil jaket dan kaos tangan yang tergeletak di kursi.
Aku mengangin-anginkan jaket yang yongsa pakai agar bagian yang basah karena keringat hilang dan meletakkan kaos tangan, helm serta masker ke tempat biasanya yaitu di tempat penyimpanan helm.
Dan aku kembali lagi dengan kesibukanku sebelumnya untuk membuat boneka.
Yongsa beberapa kali berseliweran di depanku hingga akhirnya tiduran di pangkuanku. Kebiasaan yongsa yang ga bisa liat kaki nganggur langsung saja dibuat bantalan. Ia mulai bercerita tentang pekerjaannya hari ini dan kejadian saat ia mengantarkan barang ke langganannya. Aku lihat yongsa memejamkan mata, mungkin lelah habis berkendara. Aku biarkan ia tertidur, namun namanya yongsa mana bisa diam, ia selalu usil menggangguku.
"Yo, aku bosan..." katanya tiba-tiba. Padahal aku kira ia tertidur pulas di pangkuanku ternyata hanya memejamkan mata saja.
"Bosan kenapa yo" Aku hentikan jahitan di kaos kaki dan memandang ke arahnya yang masih sibuk memainkan dakron isi boneka.
"Bosan aja yo"
"Lha iya bosan pastinya ada alasannya kenapa bisa bosan dan bosan dalam hal apa ni...?"
"Bosan ya bosan saja ga ada alasan untuk memperjelas. Bukannya tidak semua alasan bisa diutarakan"
Jika sudah begini dipaksapun juga kagak bakalan ada ujungnya malah akan memperkeruh suasana dan kadang malah akan menimbulkan pertengkaran. Aku memilih membiarkan, tidak menanggapi kebosanan yang baru saja dikatakannya.
"Yo, jalan-jalan yok biar ga bosen. kan sudah lama kita ga jalan-jalan"
"Mau kemana memangnya...?!"
"Ya kemana aja yo, yang penting jalan-jalan"
"Bukannya minggu kemaren habis main ke pantai ya..." mencoba mengingatkan dari kata 'sudah lama tidak jalan-jalan.
"Ya jalan-jalan lagi yo, namanya juga bosen. Ayo to yo jalan-jalan"
"Iya, tapi mau kemana sayang..."
"Ya jalan aja dulu nanti juga ketemu tujuannya."
"Aku mau ke pantai..."
" Boleh. Pantai mana yo...?!"
" Ya yang dekat aja yo, biar ga capek perjalanan"
"Kalau pantai mending yang bagus yo, kalau yang dekat kan udah kita datangi semua yo"
" Namanya juga jalan-jalan ya kemana aja boleh yo, mau ke tempat yang sama juga gapapa to"
"Hu um. Ini yang bosen kan aku yo, tapi kenapa kamu yang antusias yo"
"Hehehee..., ya anggap aja aku juga ikutan bosen"
"Bagaimana kalau kita menginap di pantai saja yo seperti waktu itu"
"Boleh-boleh. Kamu buruan mandi aku siapin semuanya biar cepat selesai semua"
"Bawa bekal sendiri ya yo"
"Iya sayang, masakan kita bawa semua aja ya yo nanti kita makan siang di pantai"
"Iya yo. Aku mandi dulu ya yo kamu siapin semua"
"Eeeh, kamu beresin ini yo (menunjuk peralatan jahit dan boneka yang belum jadi di tangan agar di bereskan suaminya)"
"Aduuuuh, memang wanita banyak maunya ya"
"Udah beresin aja sayang biar cepat berangkat"
"Iya sayangku, aku beresin."
"Nah gtu kan enak kerjasama, kalau kamu yang siapin baju ganti dan bekal malah juga paling ga mau.
"Iya sayang, ini kapan mulainya kalau nyerocos terus yo"
"Iya"
Dan mulailah bebenah, yongsa membersihkan kerajinanku lalu mandi sementara aku menyiapkan baju dan bekal yang akan di bawa.
Setelah semuanya siap kita pun berangkat, padahal belum tau tempat yang akan di tuju namun asal jalan nanti juga ketemu. Ini sama saja bolang ngasal dan karena hal seperti inilah kita sering menemukan tempat-tempat bagus yang belum banyak diketahui oleh orang lain. (17/08/16)