Maaf...
Maaf untuk kalimat yang aku lontarkan yang tak semestinya terucap. Kata yang datang dikala hati sudah tak tau harus bagaimana lagi untuk ku menjelaskan tentang praduga atau tuduhan atau apa lah namanya yang sejatinya tidak benar.
Aku kacau, tuduhanmu itu sangatlah menyakitkan. Hal yang ga aku lakukan dan semuanya tidak benar apakah harus aku berkata 'iya' biar kamu merasa puas. Lantas apa yang aku dapat dengan berbohong mengatakan tuduhanmu itu benar, kamu pernah mengatakan jika aku ga bisa berbohong lalu mengapa dikala aku menyangkal satu tuduhan yang keluar darimu sepertinya kau tak terima. Memilih mempercayai apa yang kau lihat bahkan mempercayainya dengan sepenuh hati.
Aku sakit dengan tuduhanmu yo yang beranggapan masih memiliki mimpi dengannya (masa lalu), dengan segala cara aku menjelaskan bahkan sampai aku membuka kebungkamanku selama ini tentang inginku kamu berada disini sekarang. Andai kamu tau yo bagaimana rasanya memendam rindu dengan pengharapan kamu akan menemuiku walau hanya sesaat namun hanya kata sabar yang aku dapat itu.... ya aku sabar yo menantimu datang ke kotaku.
Di akhir kalimat yang sebenarnya tak pantas di ucapkan itu suara telefon mati. Sambungan terputus, entah waktunya habis atau kamu yang matiin aku tak tau. Yang aku tau setelah mengatakan kalimat yang tak layak di ucapkan itu aku terdiam, bukan takut namun ada penyesalan. Ya aku merasakan kekecewaan yang ada di dalam diriku. Hati yang diam, sejujurnya aku merasa bersalah mengatakan hal bodoh seperti orang yang ga bersekolah. Namun aku sudah hilang cara untuk meyakinkannya.
Kini terserah saja kamu mau menuduhku kaya gimana dan seperti apa, walaupun itu tidak benar dan aku ga akan meng "iya-kan" dengan semua kata yang kau lontarkan kepadaku. Aku hanya ga suka ada perdebatan terlebih denganmu yo karena pada akhirnya aku juga akan merasakan bagaimana sesaknya dada ini di sela helaan nafas yang tersengal perlahan dan berat. Aku sakit... (12/01/16)