10/19/2015

Ziarah Bersama Rombongan Ibu-Ibu


Hari ini ibu-ibu pengajian kelompok ibu mengadakan ziarah ke Demak dan Muria. Waktu itu ketika ibu bercerita aku punya keinginan untuk ikut dan ibupun mendaftarkan aku. Aku pengen ke Muria, dan kebetulan ibu ada rencana kesana, tapi nanti tanggal 20 aku juga kesana dengan yongsa.

Pagi-pagi ibu sudah teriak-teriak menyuruhku untuk siap-siap. Aku kurang srek dengan perjalanan ini lalu aku katakan keberatanku kepada ibu namun ibu ga menanggapinya sayang sudah di bayar masa tidak jadi ikut. Ya akhirnya aku pun siap-siap dan berangkat dengan ibu. Saat berangkat aku tidak melihat bapak jadi tidak sempat pamitan, terlebih sudah di tunggu yang lain menurut jadwal bus berangkat jam 6 teng.

Di perempatan bus sudah siap dan yang lain juga sudah duduk dengan manis. Piknik dengan ibu-ibu, oke lah aku coba nikmati naik bus tanpa acc dengan jendela yang dibuka lebar-lebar. untung saja maskerku yang aku pake kemaren masih tersimpan di tas belum aku buang ke keranjang pakaian kotor. Busnya seadaya karena yang di pakai hanyalah bus kota biasa, sebelum berangkat dibagikan snack yang berisi roti, arem-arem dan jeruk. Langsung aku masukin tas. aku duduk dengan dhe tik di barisan kedua dari belakang sementara ibu duduk di bangku belakang.

Namanya kumpul dengan ibu-ibu yang ada ya komentar saut sana sini. Aku ga peduli dari masuk bus langsung memejamkan mata dan sesekali chat dengan yongsa. Bahkan aku sempat mengutarakan ketidak nyamananku, tapi sudah kejadian yongsa menyarankan untuk menikmati perjalanan ini.

[05:37] Y: Pagi yo
[06:07] A: Met pagi juga yo
[06:11] Y: Gi apa yo?
[06:13] A: Akhirnya jadi ikut, td sempet sedikit bingung.
Bangun tdr langsung mikir, trus pas di panggil ibuk jg langsung nyelonong ke kmr mandi, trus mau mandi ga jadi langsung lari ke bawah bilang ama ibuk klo ga ikut gmn kan 'gojak-gajik' eeh ibuk malah bilang buruan mandi mungkin saja dsana ada sesuatu n ibuk ngomel panjang lebar dgn suara khas kerasnya. Jadilah ikut
Ini bru brangkat. Satu bis ama ibuk" tu rasanyaa sedunia dah
[06:14] Y: Ya wis, hati" yo
[06:14] A: Iya. Kmu gi apa
[06:15] Y: Gi ngeringin baju
[06:16] A: Lha kok ga bilang, punyaku jg masih nganggur tu
[06:18] Y: Hehe. Masukin hp mu yo.
[06:19] A: Iya. Udah dulu ya, pusing jg klo maenan hp di mbl

Karena pusing melihat tulisan ketika berada di bus makanya aku masukin hp seperti saran yongsa dan memejamkan mata agar tidak mual dengan bau solar.

[07:29] A: Kirain ke masjid demak dulu ternyata ke makam sunan kalijaga
Ibu bilang ziarah ke demak dan kudus. Ketika bus berbelok aku curiga tapi mimirku mungkin ada jalan lain yang lebih pendek karena selama ini aku taunya hanya jalan kota saja. Tapi ternyata Demak yang di maksud bukanlah masjid agung demak melainkan makam Sunan Kalijaga.

Mungkin karena hari libur sehingga banyak peziarah yang datang sampai parkir bus penuh dan kita parkir di pinggir jalan. Namanya ibu-ibu rempong. Anggap saja aku jaga ibu, sebelum masuk ke kamar mandi dulu sekalian wudhu. Ibu sudah menyiapkan kantong keresek untuk sendal, sehingga saat masuk sendalnya dibawa. Aku sempat ngeyel dengan ibu jika sandal di titipin saja, ada penitipan sendal tapi ibu ngeyel ditaro kantong plastik dan di bawa karena dulu ia begitu tapi kemaren aku begitu. Akhirnya aku nurut saja sendal dimasukin kresek dan dibawa agar mudah. Masuk berdesak-desakan, bagaimana bisa kusuk kalau seperti ini.

Sampai dalam tidak mendapat tempat, ada beberapa orang dari kelompok kita yang terpencar. Kita duduk di belakang, orang yang banyak dan setiap kelompok melantunkan doanya dengan suara keras ini membuatku bingung dan sedikit pusing. Aku hanya berdoa dan mencoba konsentrasi walaupun gagal dan ga pernah bisa fokus karena terlalu banyaknya orang. Namun gerakan tanganku masih saja ada, itu aku tutup dengan jaket yang sengaja aku bawa.

Kami disana tak begitu lama, setelah selesai kami pun keluar, ibu mengambil air dari sumur yang dimasukkan di botol. oh iya tak hanya ibu, bamyak ibu-ibu yang membawa boyol kosong untuk di isi air dari sumur yang ada di area makam Sunan Kalijaga ataupun Sunan Muria. Mereka mengharapkan berkah kesehatan dari air yang dibawanya itu.

Di pintu keluar semakin riuh saja orang-orang yang baru masuk dan mencari sendalnya, benar kata ibu jika membawa kantong plastik dan membawa sendalnya masuk agar tidak kesulitan saat mencarinya. Waktu datang dari arah depan dan keluarnya lewat sebelah kiri sementara kemaren aku lewat sebelah kanan. Jiwa ibu-ibu, di tengah jalan ada yang membeli jambu air, membeli pisau, kerudung, baju untuk anaknya dan ibu membeli kerudung sama seperti guru ngajinya. Aku ga pengen apa-apa, karena tadi aku sudah minta dibeliin ama ibu gorengan bakwan jagung yang masih panas yang aku makan sambil jalan. Sebenarnya aku ingin minta pentol sama ibu tapi keinget nanti pasti dimarahi yongsa jika aku beli pentol, jangankan pentol beli gorengan juga pastinya di pelototin.

Ada penjual es kelapa muda, dan ibu membeli aku juga di tawari antara ingin dan keinget yongsa yang ga suka aku jajan sembarangan tapi pengen banget akhirnya beli juga, dengan es yang sedikit dan di jalan menuju bus es batunya aku buang. Enak juga, yo sekali-kali kamu harus coba yo dan nanti suatu saat bakal aku paksa kamu untuk membelikan aku jajan kaya ibu dan membaginya juga ke kamu.

Kirain aku dan ibu yang terakhir masuk bus, ternyata masih banyak yang ketinggalan. Ada yang bilang si ini ama itu masih nawar baju, si ono masih cari sendal, pas masuk sendalnya cuma di selipin trus pas pulang kelupaan dikira dititipin si ntu pas di cari balik sudah ga ada, ada yang saling tanya harga oleh-oleh dan membandingkannya kalau aku masih asik dengan es klamut tanpa es yang belum habis dan gorengan di tangan.

Setelah kumpul semua berangkaylah ke tujuan selanjutnya... Kudus....

[07:30] Y: Nitip salam yo
[08:18] A: Udah tak salamin tp sambil pulang
[08:23] Y: Iya, terimakasih yo
[08:35] A: Padet buanget yo
Mungkin ini jg yg menjadi alasan sebenere ga boleh ikut
[08:41] Y: Bukan karena padet yg menjadi alasan.
tidak ada alasan untuk tidak ikut. Dan sepertinya memang km harus ikut.
[08:51] A: Tda di dlm kepalaku pusing. kmu gi apa yo
[08:54] Y: Maksudnya?
Gi bingung tp ndak tau apa yg dipikirkan
[09:11] A: Ga ada maksud apa". Kemenara aja wes. Drpd bingung
[09:15] Y: Iya, kepingin kesana. Sekalian sungkum ama ibu mertua
[09:16] A: Halah
Pergi ama ibuk kena omel terus, udah suaranya banter pula
Pengunjungnya penuh, kmrn kita kan sendal di titip in kan nah ini td ibuk ngeyel di masukin plastik trus di bawa n itu pake acara ngeyel
[09:20] Y: Ko' halaah?
[09:21] A: Ni jg ada sandal yg ilang lupa naro
[09:21] Y: Ya ndak apa" dibawa masuk
[09:23] A: Tar yo ni gi jln
[09:25] Y: Ya
Dalam pikiranku ke Kudus itu yang di tuju ya menara, sudah berhayal ketika disana yongsa juga disana trus bisa ketemu deh makanya waktu chat aku menyarankan agar yongsa ke menara. Secara ga langsung ingin bilang pengen ketemu tapi ga nyampe, heheheh...

Tapi ternyata keinginanku ini sirna, karena rombongan tidak ke Menara melainkan ke Colo. Bagaimana ini coba, hayalanku belum juga selesai tapi sudah dihancurkan seketika.

[10:10] A: Ni kayanya ke colo dulu deh bkn ke menara
Chat dan mengatakan bahwa tujuannya ternyata ke Colo, berharap yongsa langsung meluncur ke Colo agar bisa ketemu dan bisa ke Muria bareng meskipun nanti tanggal 20 kita juga akan ke colo. Membayangkan menaiki anak tangga bareng yongsa, cocuiiit romantis abis dah.

[10:40] Y: Oya, hati" yo
[10:47] A: Iya. Ni udah sampe
[10:48] Y: Lanjut

Jalan ke Colo tidak hanya lurus melainkan menanjak, dan aku sedikit hawatir dengan bus yang aku tumpangi takut jika ga kuat menanjak atau tiba-tiba mogok di tengah jalan.Alhamdulillah semua kehawatiranku ga ada yang terjadi, bus mendaki dengan lancar bahkan berbelok untuk mencari parkiran dengan lincah.

Dari turun bus sudah ditawari ojek untuk sampai ke atas. Ibu bersikukuh untuk berjalan sampai ke atas katanya dulu waktu kesini ibu juga jalan kaki pulang perginya. Satu persatu kami melangkah menyusiri anak tangga yang entah berapa ratus atau berapa ribu jumlahnya perlahan namun pasti, jalan pun tidak bisa cepat karena begitu banyak orang yang naik-turun dan berhenti di tengah jalan ataupun menggunakan jalur yang salah. 

Berjalan pelan jika capek berhenti. Aku akui ibu termasuk kuat, dimana kakinya sudah tidak setangguh dulu karena sering mengeluh sakit di persendian masih membawa tas berisi mukena, air minum juga jajan dan di tangan satunya membawa botol kosong. Nah yang ini sedikit garuk-garuk, ketika aku tanya bilangnya daripada nanti disana beli mending bawa sendiri dari rumah. okelah kalau begitu

Saling susul menyusul, yang tadinya di depan jadi ketinggalan yang tadinya paling belakang sudah mulai terlihat. Namanya jalan dengan ibu-ibu setiap ketemu teman selalu menanyakan teman yang lainnya tapi tidak semuanya naik dengan berjalan kaki ada juga yang menggunakan jasa ojek untuk sampai atas.

Meskipun dengan jalan perlahan melewati ribuan anak tangga dengan kios pedagang di kanan kiri yang seakan menambah sempitnya jalan menunu ke atas terlewati juga. Sampai di atas aku dan ibu istirahat sejenak, menunggu teman yang belum sampai. Untuk menghilangkan lelah dahaga ibu membeli es dawet, aku juga ikut dan beberapa orang lain yang ibu tawari. Es dawet tanpa es, nah gimana coba rasanya.... ya cuma dawet hangat dengan rasa manis gitu aja. Lumayan juga dawetnya tidak terlalu manis dan sepertinya aman soalnya tenggorokanku yang mudah komplain kali ini pun diam saja tanpa reaksi.

Setelah dirasa anggota yang ingin naik sudah komplit maka berangkatlah kita untuk sekali lagi menyusuri anak tangga menuju ke makam. Anak tangga kali ini tidak terlalu banyak dan lebar. Dari pintu masuk sudah terlihat begitu banyak peziarah yang berkunjung. Sebelum memasuki pintu masuk ke arah makam disarankan untuk para peziarah wudhu terlebih dahulu. Nah dari sinilah kemacetan dimulai sampai-sampai di pintu masuk ada petugas yang membatasi jumlah pengunjung agar di dalam tidak begitu berdesak-desakan.

Rasanya begitu lama untuk sampai ke pintu masuk saja, ibu aku suruh berada di depanku agar aku bisa membentengi sehingga tidak ikut kedesak-desak. Sudah bisa lolos dari pintu masuk jangan berharap bisa melenggang dengan lega karena perjuangan masih panjang, selama berjalan di lorong antrian orang begitu banyaknya sampai berdesak-sedakan tak jarang ada yang sampai kegencet. Namun ada kejadian memalukan yang dialami salah seorang anggota dari kelompok kami dimana ketika dalam suasana desak-desakan seperti ini ada yang mencari kesempatan dengan mengambil dompetnya, untung saja ketahuan dan orang yang mau mencopet itu pun membaur kembali dengan yang lain agat tidak dicurigai.

Bisa-bisanya di tempat selerti ini masih saja mencari celah untuk berbuat jahat. Lama menanti dan berdesak-desakan dengan yang lain. yang dari belakang selalu saja mendesak agar bisa maju ya terang saja yang di depan kegencet namun ibu terus saja terlindungi karena bila aku merasa ada yang mendesak dari belakang pertahanan kaki aku perkokoh dan aku balikin untuk menggeser ke belakang. Maaf ini hanya untuk melindungi ibu dan beberapa orang tua dan anak kecil yang ada di depanku.

Setelah bisa masuk kami pun mencari tempat untuk mengirimkan doa. aku bisa duduk di barisan depan, mebaca doa untuk Sunan Muria dan juga memohon berkah dari beliau. Aku begitu kagum dengan Sunan Muria terutama tentang kisah percintaannya yang membutuhkan perjuangan untuk mendapatkan cintanya. Seperti sebelum-Sebelumnya di makam Sunan Muria ini pun ada getaran di tanganku bahkan tubuhku juga seperti deg degan. Sepertinya ada interaksi yang aku tangkap dari beliau. Setelah selesai kami beserta rombongan keluar. Nah lagi-lagi antri, budayakan antri. Di tempat untuk mendapatkan air pun antri namun kali ini ada yang dengan sukarela mengantri untuk dirinya sendiri juga untuk yang lain. Ada beberapa orang yang bingung  karena botolnya ketinggalan di makam mau di ambil tapi disana penuh sesak sehingga tidak jadi, beruntung ibu dan beberapa orang yang lain membawa botol lebih sehingga bisa diberikan ke yang botolnya ketinghalan. Namun tetap saja ada yang belum dapat, aku teringat bila air minumku tinggal separo langsung saja aku ambil air minum di tas dan menghabiskannya lalu memberikan botol kosongku kepada ibu yang tidak kebagian botol. kenyang rasanya perutku minum setengah botol air dalam waktu singkat. kami menunggu yang lain luar. Laper aku keluarin roti yang aku bawa dari rumah dan makan bersama dengan yang lain.

Saat turun melihat yang lain pada makan bakso di salah satu warung, aku dan ibu juga ikut nimbrung. pesan bakso, namun ibu tidak memakannya malah bilang agar aku mengambil bakso ibu sayang kalau tidak di makan. Karena hari udah semakin sore, bila menunggu juga tidak tau yang di tunggu siapa malah ada yang ga ikut, bisa jadi ada yang sudah turun juga maka dari itu kami putuskan untuk menunggu saja di bawah siapa tau nanti ketemu di jalan.

Perjalan turun ibu membeli oleh-oleh jenang kudus, kimpul, ganyong dan pisang rebus yang panjang banget. aku pengen beli pentol tapi tetap saja inget sama yongsa jadi ya aku redam rasa pengenku itu. Sudah bawa banyak oleh-oleh juga air di dalam botol besar. aduuuuh emak-emak emang susah di tebak. Di tengah perjalanan kami berhenti dan duduk di pinggir jalan untuk menyelonjorkan kaki kata ibu lututnya sakit lagi bila di tekuk makanya kami istirahat, ada anggota yang lain ikut gabung dan yang lainnya sampai disalip beberapa orang. Setelah dirasa cukup kami pun kembali turun dan alhamdulillah sampai juga di bus, tinggal duduk nyelonjorin kaki.

[13:48] A: Butuh kesabaran basar dsini
[15:43] Y: Knp emang nya yo?
[15:48] A: Padat poool, td antri ada kayanya 1½ jam an
4 antrian bru bisa masuk makam
[15:57] Y: Dimana?
[16:01] A: Masuk ke makam sunan muria
Kamu gi apa yo
[16:04] Y: Oh, sabar yo. Salah 1 dr perjuangan.
[16:04] A: iya
[16:05] Y: Ini gi di Gor minum klamud bari dengerin acara band
[16:05] A: malah td kan kena dorong dr blakang, trus gantian tak dorong ke belakang aja. Hehehehe
[16:06] Y: Siapa yg dorong? Hati" yo
[16:06] A: Ooow ya udah met seneng" yo.
Ni gi perjalanan pulang, lanjut tar aja ya
[16:07] Y: Iya
[16:07] A: Ya aku lah
Eeh sebenere tak tahan deng tp sdikit condong ke belakang. Lha depanku ada ank kecil kasihan klo kebencet
Klamutnya jgn pake es yo. Lg musim pancaroba lho
[16:09] Y: Ndak pake apa"
Iya. Udah masukin hp mu, nikmati keadaan disitu.

[18:40] A: Apanya yg dinikmati, kebiasaan klo naek mbl or bis dr masuk langsung merem ampe tujuan bru melek lg
[18:44] Y: Udah sampe rumahkah?
[18:46] A: Iya
Sepertinya aku tau knapa kmu bilang mending jgn ikut. Banyak alasan ternyata yg membuatnya ada kalimat itu
[18:49] Y: Istirahatlah. Apa itu?
[18:59] A: klo menurutku alasannya
1. Terlalu rame, ga bisa konsen
2. Mungkin ama rombongan ibuk" jd ga bisa eksplor semua, td pas dr pintu keluar sempat melihat penunjuk arah ke suatu makam ada rasa ingin kesana tp saat itu kan sama ibuk makanya ga bisa ngapa"in.
3. Perjalanan menanjak banyak menyita tenaga apa lg aku ga pernah gerak nambah dah.
4. Selama dsana ga ada yg bisa diajak pertimbangan.
[19:00] A: tp aneh selama menunggu giliran masuk ke makam itu kan ampe desak"an tp akunya brasa biasa aja ga kegencet ato kedorong maju malah aku yg nahan biar yg di dpnku ga kegencet, aku ngerasanya ga mepet banget dgn tamu yg laen deh.
td sempet hawatir kaki ku kumat lg. N sempet keinget jg kejadian di suroloyo, trus aku berdoa biar ga knapa" sampe di rmh.
kaya pas naek, ga biasa olah raga langsung di suruh mendaki otomatis kaki agak protes trus memohon agar bisa sampe di atas ternyata aku bisa
[19:05] Y: Setidaknya dirimu baik. Bighug
Bukan hal aneh yo, km selalu dilindungi.
[19:07] A: oh ya aku ngerasa beliau td tu ga ada. Mungkin ini jg yg jd pertimbangan
Alhamdulillah yo baik

[19:09] Y: Jangan mikir yg ndak-ndak yo. Mungkin km lelah, istirahtlah
[19:15] A: Makanya td langsung berdoa biar selamat ga terjadi apa"
Trus sharian ni kmu ngapain aja
[20:23] Y: Maap yo lama bls, ini baru selesai manaqib an. Km rehat giih, besok pan kerja
[20:24] A: Iya gpp yo. Iya, ni td jg kebangun
[20:27] Y: Udah sholatkah? Kl blm sholat dl, kl udah ya rehatlah
[20:32] A: Iya. Makasih yo...

Oh ya selama perjalan  pulang tadi hp ada di tas dan ketika sampai rumah dan ngcek hp ada telefon dari bapak dan juga sms yang bertanya aku main kemana kok sampai sore begini belum pulang...., terang saja bapak bertanya lha aku ga pamit dan yang lain juga ga tau jika aku ikut ibuk. Dan tumben-tumbenan juga mau ikut rombongan emak-emak. hehehehehe.... (18/10/16)


★Ell