Seminggu ini masuk pagi dan aku ada janji untuk datang ke bangku merah setiap pulang kerja. Terkadang ada beberapa hal yang harus dilakukan tali jika ditanyakan alasan mengapa harus melakukannya tak mudah untuk dijabarkan, dan ketika semua sudah terjadi barulah mengerti alasan yang sebenarnya seperti yang sudah terjadi.
Aku ingin bercerita tentang hal yang aku alami tapi dengan siapa....?! Tak semua orang bisamengerti dengan pemikiranku, lalu teringat dengaa mba N. Seketika itu aku bbm menyapanya, ya awalnya basa basi menanyakan kabar tapi setelahnya ya cerita. Selain menceritakan yang sudah aku alami, juga bertanya bahwa sepertinya ada yang menyuruhku untuk kembali main ke tempat mba N dan tanpa panjang lebar dan langsung mendapat jawab bahwa yang menyuruh untuk kembali itu neneknya mba N. Beliau mengundangku kerumahnya lagi untuk satu alasan dan aku merasa sebenarnya undangan itu sudah sangat lama setelah aku pulang dari rumahnya mba N sebelum puasa kemaran hingga sekarang. Ada niatan main kesana namun masih wacana belum ada tindak lanjutnya dan saat ini jangka waktunya sudah mau habis. Hari rabu ini sepertinya menjadi batas waktu dan beberapa hari terakhiran memang keinginan untuk main kesana sangatlah kuat.
Mba N juga mengatakan hal yang sama untuk segera main ke rumahnya, sepertinya besok adalah hari yang pas untuk kesana. Sempat bertanya kepada teman satu bagian denganku besok hari apa... ya tau jika besok hari selasa karena hari ini senin maksud aku dalam penanggalan jawa besok selasa apa begitu maksudnya (pasaran). Mendengar jawaban dari teman tiba-tiba saja ada sedikit keraguan benar besok harinya benar namun serasa ada yang kurang. Lalu aku bercerita juga tentang bangku merah juga tentang kejadian kemaren mba N bilang itu energi baik yang masuk ke dalam tubuh. Benar juga kata mba N bahwa akan tau dengan sendirinya hanya tinggal mengasahnya saja.
Mba N berjanjii untuk membantu menanyakan, merayu neneknya agar mengatakan apa yang ingin beliau katakan dan tentang batas waktu sampai rabu ini. Karena aku merasa beliau mulai marah denganku karena tak kunjung datang. Mba N juga menyarankan untuk mengikuti arahan yang berasal dari dalam hati yang membawaku ke bangku merah.
Siang ini selepas kerja langsung datang ke bangku merah. Dari datang langsung menuju ke mushola untuk sholat duhur yang memang belum aku kerjakan. Ga tau tadi di kantor seperti malas beranjak untuk ke mushola bahkan seperti disuruhnya nanti saja dan baru ngerti sekarang setelah di bangku merah bahwa aku dituntun untuk sholat disini. Aku pun beranjak ke mushola yang terletak di pojok dekat pintu masuk. Masih menggunakan sepatu, sedangkan tempat wudu di samping dan disana tidak melihat sendal untuk wudu. Melihat petugas yang berjaga di toilet yang masih duduk-duduk dan meeggunakan sendal aku dekati dan meminjam sendal beliau. Sama beliau di tunjukkan bahwa disana ada sendal untuk wudu namun memang tidak ditaruh di depan pintu melainkan di atas kursi samping toilet (tepat di depan mushola), mungkin biar terlihat rapi ya. Nyaman juga sholat disana.
Setelah sholat rasanya plong, ada sesuatu yang kurasakan ketika menjalankan ibadah di tempat ini. Lalu setelah sholat menuju ke bangku merah, mencari tempat untuk duduk dan bersantai sejenak. Ada bangku kosong di bagian depan, masih sama ga ngerti apa yang harus aku lakukan, hanya duduk mendengarkan mp3 sambil mencoba untuk corat coret namun semuanya gagal, aku ga bisa konsen. Masih bbm an dengan mba N setelah berpikir aku putuskan besok berangkat ke rumah mba N. Saat itu juga aku bbm teman mengatakan bahwa besok ga bisa masuk ada keperluan lain. Lalu bagaimana dengan janjiku untuk datang ke bangku merah selama seminggu full, semoga saja beliau mengijinkan esok aku absen ga kesini.
Ada yang berbeda di tempat ini, sepertinya akan ada acara karena dari kemaren aku melihat tenda-tenda yang dipasang di trotoar. Bingung harus ngapain, apa aku harus mendekat ke patung itu lagi, tapi mata bukan tertuju ke arah patung melainkan bangunan di belakangnya. Ingin rasanya masuk tapi bagaimana caranya... antara ingin dan bingung karena setau aku yang boleh masuk ke area bangunan (kelenteng) hanya yang ingin ibadah. Melihat ke arak deretan kelenteng bangunan yang paling besar yang nomor 4 menyita perhatianku selama ini, ingin sekali masuk ke dalam tapi bagaimana caranya, apakah boleh jika ingin ke dalam. Banyak pertanyaan yang aku sendiri ga tau jawabnya daa harus mencari orang yang bekerja disana untuk bisa tau.
Melihat 2 satpam yang lagi berbincang di bawah pohon sambil mengawasi keadaan sekitar, tapi tapi tapi.... takut. Aaah inilah aku, yang selalu menjadi penakut walau hanya untuk bertanya. Ga berani bertanya, sementara patung di depan kuil itu terus saja menyuruhku datang lalu bagaimana selanjutnya, hmmmm.... Berhubung sudah waktu sholat asyar kuputuskan untuk sholat terlebih dahulu, dipikir nanti lagi bagaimana enaknya. Selama berjalan menuju ke mushola terlintas untuk bertanya kepada penjaga di pintu keluar tapi, hmmmm... masih saja takut menguasai. Aaaah ga tau lah mengapa diri ini terlalu penakut. Dan aku pun sholat disana.
Oh ya dua kali sholat di mushola mengenakan mukena berbeda, antara ga srek dengan mukena bahan parasit warna biru muda yang ketika rukuk aku melihat lubaag di bawahannya sehingga aku menggunakan mukena lain saat sholat asyar ini. Mukena merah marun yang terbuat dari bahan katun, namun ketika dipakai ternyata di bagian dagunya sudah robek besar dan dari kedua mukena yang aku pake ada kesamaan yaiti karet untuk bawahannya sudah molor harus di ganti. Disanalah hatiku tergerak, sepertinya ini sengaja ditunjukkan oleh suara hati yang mengindangku ke tempat ini.
Selepas sholat ketika di persimpangan sedikit bingung antara ingin bertanya dengan penjaga yang ada di pintu keluar atau duduk kembali di baagku merah. Akhirnya setelah mengumpulkan banyak keberanian dengan degup jantung yang sangat kencang aku hampiri bapak penjaga itu dan bertanya apakah boleh jika ingin masuk ke area kuil juga sedikit bercerita tentang tarikan untuk datang ke tempat ini. Bapak penjaga yang bernama pak Joko itu pun sepertinya mengerti dengan ceritaku dan menganjurkan untuk ke warung (tempat yang menjual peralatan sembahyang juga minuman ringan) lalu masuk menuju kelenteng yang ingin di datangi disana nanti disuruh untuk bertemu dengan juru kunci yan mengenakan baju hitam lalu ceritakan apa yang menjadi keinginan atau kegamanganku. Sedikit bingung dan takut, sempat aku meminta pak Joko untuk meegantarku beli dupa dan ke masuk ke dalam namun beliau menolak mungkin karena masih bertugas sehingga ga bisa meninggalkan tempatnya berjaga.
Perlahan aku menuju ke warung untuk membeli dupa seharga Rp. 10.000,- lalu berjalan ke pintu masuk kuil. Disana ada pos yang dijaga dua orang perempuan, sepertinya penjaga karcis masuk dan satpam. Tanpa di tanya langsung dipersilahkan masuk, mungkin karena di tanganku membawa dupa sehingga membebaskanku masuk. Kaki terus melangkah hingga ke kuil di nomor empat, yang paling besar sendiri, disana aku disambut oleh juru kuncinya pak Kong lalu aku sedikit bercerita tentang kegamanganku juga tentang pengarahan pak Joko untuk kesini. Juru kunci yang menemuiku sepertinya sedikit bingung karena menurrt beliau yang datang kesana seringnya yang ada masalah atau punya keinginan sedangkan aku ga meeginginkan keduanya hanya ingin tau apa maksud menarikku ke tempat ini.
Oleh pak Kong disarankan untuk berdoa di goa. Karena ga ngerti harus bagaimana aku pun menanyakan caranya lalu aku pun beranjak ke goa meletakkan begitu saja dupa yang aku bawa ke meja, sebelum masuk memberi salam selayaknya ketika bertamu ke rumah orang baru masuk ke dalam. Di depan patung di atas karpet bermotif warna merah aku duduk bersimpuh dan tanpa aku duga sebelumnya baru saja duduk tiba-tiba tangisku pecah sejadi-jadinya. Sangat lama, bagai bendungan jebol yang alirannya ga bisa aku tahan. Tertunduk, ga mengerti apa yang aku rasakan hanya sebuah kelegaan, terharu dan aaah ga bisa diungkapkan dengan kata. Tangis terus saja terdengar hingga terisak sambil berbicara dalam hati, seperti interaksi dengan beliau aku ucapkan terima kasih sudah meegundangku ketempat ini, mengijinkanbertemu beliau juga bertanya tentang tujuan beliau meegundangku ketempat ini apa sebenarnya yang ingin diperlihatkan padaku. Beberapa kali dalam isakan aku melihat ke arah patung, beliau seolah tersenyum padaku. Beliau sangat berwibawa, baik, memiliki karisma yang luar biasa, penolong, dan tegas.
Ada rasa takut memandang patung beliau namun juga menemukan keteduhan disana. Tak kuasa aku menahan keharuan ini hingga aku tertunduk dan kedua tangan digunakan sebagai tumpuan setelah aku ganti posisi kakiku yang mulai kesemutan karena bersimpuh. Terus saja terisak dan tiba-tiba jari kananku bergerak, perlahan terayun ke kanan kiri lama-lama menjadi sangat cepat. Ada apa ini mengapa begini terus saja aku berbicara dalam hati dan dari dalam aku merasakan ada suara yang mengatakan bahw beliau berterima kasih karena sudah menerima undangan untuk datang kesini namun beliau tidak mengatakan alasan menyurrhku datang kesini. Anehnya setelah pembicaraan dirasa cukup dengan tiba-tiba tangan kananku yang bergerak langsunh berhenti begitu juga dengan tangis seketika itu ga ada lagi air mata yang mengalir.
Rasanya lega, setelah itu aku berpamitan untuk undur diri, di luar aku bertemu lagi dengan pak Kong lalu aku ceritakan apa yang terjadi di dalam walaupun sebenarnya beliau juga tau karena aku sempat melihatnya ada di dalam sedang membenarkan atau merapikan beberap lilin dan entah apa lagi ga begitu merhatikan. Pak Kong hanya tersenyum mendengar ceritaku dan mengatakan ga apa-apa itu tandanya beliau menerima kehadiranku dan mendengarkan semuanya. Mungkin itu satu cara untuk membuatku tenang namun aku benar merasa tenang setelah berada dari dalam.
Lalu aku undur diri, meninggalkan tempat itu. Sebelum pulang aku mampir ke pating besar di pinghir lapangan. Beliau tersenyum padaku, aki suka memandangi wajahnya yang berkarisma dan berwibawa teduh itulah satu kata yang cocok untuk menggambarkan perasaanku. Sempat juha memegang patungnya namun hanya sebentar, aku takut ada orang yang tau tentang keanehan tanganku yang bisa bergerak sendiri mengingat waktu itu ada beberapa orang yang sangat dekat dengan patung. Lalu aku pun pulang, kali ini ga menunggu magrib mengingat badan yang sudah ga karuan selain itu ada suara yang menyuruhku untuk pulang saja.
Di pintu keluar aku bertemu dengan pak Joko, beliau menanyakan tentang apa yang terjadi dan tanpa sungkan aku ceritakan semuanya. Pak Joko sependapat dengan pak Kong bahwa kedatanganku diterima, itu adalah hal yang bagus. Kami pun terlibat pembicaraan yang lama bahkan pak Joko sempat juga bercerita pengalamannya hingga waktu magrib tiba. Lalu selepas adzan magrib aku undur diri untuk pulang takut dicari bapak karena masuk pagi tapi sampai larut belum sampai rumah. Dan saking capeknya setelah bersih-bersih bbm an dengan mba N untuk memastikan bahwa besok jadi kesana sekalian menanyakan nomor teleponnya bila nanti kesasar dan aku pun tertidur. (10/08)
★Ell