7/17/2015

Dan Ramadan pun Pergi Meninggalkanku

Ramadan sudah berlalu dengan terdengarnya suara takbir berkumandang di seluruh masjid di penjuru negeri. Pesta kemenangan, merayakan dengan segala macam kemeriahan, dengan berbagai cara. Baju baru, kue-kue, opor dan ketupat juga yang paling khas adalah tradisi mudik berkumpul dengan sanak sodara. Namun di penghujung ramadan ini aku merasa ada sesuatu berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Ketika suara petasan mulai menggelegar warna-warni kembang api pecah di kegelapan langit malam, sungguh indah walau hanya sesaat. Terlintas dalam benak "apakah ini perayaan kegembiraan atau aku harus bersedih..." entahlah mana yang benar tapi di dalam hati ku melihat kemeriahan kembang api yang tak henti-hentinya meletup bukan sebuah kegembiraan namun malah sedih. Ini bukan kegembiraan untuk merayakan kemenangan setelah sebulan lamanya berpuasa namun ini satu perpisahan, dimana ramadan akan segera pergi dan harus sabar menanti 11 bulan lamanya ramadan kembali.

Puasa yang masih bolong-bolong dan tidak sempurna disana sini, yang aku lakukan kini sudah pergi meninggalkanku. Apakah aku patut berbangga dengan semua yang sudah aku lakukan, sibuk dengan baju baru, menyiapkan kue-kue untuk sajian dan makan lontong opor serta eforia suara petasan juga kembang api yang susul menyusul tanpa henti.

Maaf, bila aku masih belum bisa memaknai lebaran dengan sempurna. Hatiku tiba-tiba menjerit melihat kembang api di langit yang berwarna-warni. Keindahan yang semu, dalam harap aku berdoa semoga masih di pertemukan dengan ramadan tahun depan dan bisa menjalankannya lebih baik dari tahun ini.

Meringkuk di dalam kamar yang masih terdengar suara takbir bergema dari balik jendela yang terbuka masih kalah nyaring dengan suara petasan dari arah sebaliknya. Teringat dengan adik-adik di panti, "apakah mereka juga merayakan lebaran seperti aku, yang menyiapkan baju baru, kue-kue kering aneka rasa sebagai sajian untuk orang-orang yang berkunjung dan ada hidangan opor ayam, sambal goreng lengkap dengan ketupat dan kerupuk..." astofirullah halazim ternyata aku benar-benar dibutakan dengan gemerlapnya dunia.

Karena terlalu banyak kembang api yang dinyalakan sampai asapnya ada yang terbawa angin masuk ke kamarku dan terhirup olehku. "Apa sebenarnya manfaat menyalakan kembang api...???!" Kembali tanya muncul dari dalam hatiku sementara otakku pun menimpali "ga ada manfaatnya, malah mencemari udara dan meracuni tubuh. Itu sama saja membakar uang, coba bayangkan harga kembang api yang ga murah lalu di bakar habis dalam sekejap dan menguap begitu saja bersama angin, hanya mendapatkan bunyi yang memekakkan telinga bahkan terkadang membuat kaget sampai jantung berdetak kencang karen kerasnya bunyi. Andai uang yang diginakan untuk membeli kembang api itu di sumbangkan untuk panti pastinya mereka bisa merayakan lebaran dengan lebih spesial.

Aaah..., berpikir seperti itu membuatku malu dengan segala macam kesibukan untuk menyambut hari raya idul fitri yang jatuh pada esok hari. Kesedihan meninggalkan hari penuh rahmat, penuh berkah dan penuh ampunan yang kini sudah meninggalkanku. Membeli begitu banyak kue yang pada akhirnya juga hanya dimakan beberapa butir saja karena mereka yang datang juga sudah punya di rumah. Maaf ketamakanku sudah meracuni arti kemenangan di hari yang fitri ini.

Selamat hari raya idul fitri untuk teman-teman yang merayakan
Mohon maaf lahir dan batin atas segala hilaf baik yang disengaja atau yang tak disengaja lewat lisan begitu juga perbuatan.
Semoga kembali fitri, suci dan menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Jangan hanya ketika ramadan berlomba-lomba mencari surgaNya namun semoga lebaran ini menjadi awal untuk menorehkan kebaikan serta amalan untuk makhlum Allah yang membutuhkan pertolongan.
Kembali dari NOL ya.... aamiin. (16/07)


★Ell