Disatu sisi aku mengharap cinta dari seseorang yang sama besar seperti aku mencintainya meskipun aku sendiri hingga sekarang tak yakin apakah dia benar-benar sungguh mencintaiku dengan segenap hatinya, namun disisi lain ada seseorang yang selama ini dengan setia memberikan apa yang aku butuhkan termasuk memberikan seluruh perhatian dan kasih sayang yang tulus kepadaku namun tak pernah aku anggap.
Penyesalan selalu datang belakangan....
Dia laki-laki yang baik, mencintaiku dan berani berkomitmen bahkan beberapa kali dia ingin membawa ibunya ke rumah karena ahahnya sudah tiada untuk bertemu dengan kedua orang tuaku namun niatan itu selalu saja aku cegah dengan beribu alasan agar dia mengurungkan niatnya untuk datang kerumah bersama ibundanya.
Jika boleh jujur aku tidak benar-benar mencintainya, hanya saja karena perhatian yang diberikannya begitu membiusku terlebih lagi dia mengerti, tak pernah mencoba mengatur dan melarangku dalam hal apa saja juga memberikan apa yang aku butuhkan inilah yang membuat aku masih betah jalan dengannya hingga dua tahun lamanya.
Aku sadar sifat egoisku yang sering menyulut kemarahan hingga ada pertengkaran-pertengkaran kecil yang sebenarnya tak perlu namun begitu dia selalu mengalah dan meminta maaf terlebih dahulu meskipun sebenarnya akulah yang salah. Apa pun kesalahan yang aku perbuat tak pernah sedikitpun dia marah bahkan dia selalu menuruti apa keinginanku dan menomor sekiankan kepentingannya bahkan keluarganya.
Bersambung