Sepertinya aku semakin menikmati kesendirianku, meskipun dalam hati merasakan hampa yang semakin mengharu biru tak ada seseorang yang bisa mengerti, sekedar basa basi mengulurkan tangannya dan menganggapku ada. Coretan-coretan tentangnya dengan seribu ingin agar bisa seperti dulu, agar dia tau bahwa aku membutuhkannya saat ini. Seperti orang gila yang tanpa henti menyuarakan lirih rindunya pada malam berharap bisa sampai kepada orang yang dituju. Roman picisan dari anak manusia yang tak bisa mendapatkan cinta dari seseorang yang sudah bisa merebut hatiku, hingga hanya bisa bercerita tentang dia kepada bintang, pada awan dan pada hujan yang dirasa bisa merasakan kepiluan hati.
Mungkin banyak yang menyadari perubahan sikapku (aku yakin akan hal itu) namun hanya beberapa orang yang berani mengatakannya, barangkali sebagian dari mereka tak peduli perubahan itu. Aah siapa aku ini hingga mereka harus peduli, masih banyak urusan mereka yang lebih penting dari pada mempedulikanku. Hari-hari berlalu, dari perjalanan itu hanya 1 orang yang menyadari dan sudi mengulurkan tangannya, menyisihkan waktunya untuk menghibur ataupun mencoba membantu, namun sangat disayangkan hati ini tak tergerak dengan ketulusannya. Aku tau dia peduli namun disisi lain ada satu hal yang tak bisa aku jabarkan alasannya disini. Hanya tak ingin menumbuhkan harapan-harapan kecil yang akan mengubah apa yang sudah ada dan bisa jadi akan melukainya juga.
Dia hadir, menemani dan sesekali menghiburku. Siap mendengarkan semua cerita-ceritaku bahkan sampai dibela-belain membuat banyolan yang krispi sampai terlihat garing hanya untuk memperpanjang obrolan, menyadarkanku dia ada jika aku membutuhkan teman. Entahlah mengapa hati ini tak memberikan kesempatan untuk menitipkan sepenggal cerita apa pun kepadanya. Mengapa tak ada imbal balik dariku, setelah ia mempercayakan beberapa cerita kepadaku tapi aku masih tetap saja tak bisa berbagi cerita walau hanya untuk sekedar meringankan beban pikiranku tetap saja ga bisa.
Aku ga apa-apa, cuma lagi mencoba berperang dengan diriku sendiri. Itu alasan yang ku berikan ketika ia bertanya ada apa denganku. "Berperang, mengalahkan diri sendiri itu tidak mudah" itulah kata-kata yang masih aku ingat dan dia pun sepertinya mengerti, memberikan waktu untuk sendiri. Berpikir dan instruspeksi diri tentang semua hal yang sudah terjadi, mencari jalan keluar dan memenangkan pertempuran yang mulai berlangsung.